Chereads / Inilah Cinta. / Chapter 15 - Kembali Bersatu

Chapter 15 - Kembali Bersatu

Rama berpikir bahwa dia akan pergi menikah dengan Kirana dan mengikhlaskan Sinta tinggal bersama Aman.

Dia kembali melanjutkan perjalanan pulang.

Sesampainya di rumah, Rama begitu murung dan terus menunduk.

"Ada apa Rama? Kau terlihat kesal. Apa yang terjadi?" tanya Rangga. Rama tersenyum menggeleng.

"Tidak ada apa-apa." Ia pergi ke kamarnya.

Malam hari, Rama sedang duduk di kursi sambil memandangi foto pernikahannya dengan Sinta dulu.

Rangga duduk di samping Rama.

"Kau masih mencintainya?"

"Tidak. Aku hanya iseng melihat foto, lagipula tadi tidak sengaja terjatuh."

"Emm."

"Oh ya Rama, kapan kau akan menikah? Apa kau mau hidup sendiri?" tanya

Farah yang baru datang. Rama menggeleng.

"Tidak ibu. Aku pasti akan menikah dengan Kirana," jawab Rama.

Kirana yang mendengar perkataan Rama bahwa ia akan menikahinya itupun terkejut. Dia lalu bersembunyi di balik pintu dan mendengar percakapan Rama dan keluarganya.

"Apa itu benar? Lalu tanggal berapa kalian akan menikah? 12 Februari?" Rama menggeleng

"Tidak. Aku ingin menikah dengannya besok."

Kirana menghampiri Rama.

"Kau serius? Besok itu cepat sekali."

"Aku tahu itu, tapi kau tenang saja. Aku akan mengurus segalanya."

"Baiklah, terserah kau." Farah dan Kirana pergi meninggalkan kamar Rama.

Rangga memegang bahu Rama.

"Rama, apa kau yakin dengan keputusanmu ini?"

"Iya, Ayah."

"Apa kau benar-benar akan meninggalkan Sinta?"

Rama mengangguk.

"Tapi bukankah kau masih mencintainya?" Rama menatap Rangga.

"Tidak."

"Lalu kenapa kau bisa bersamanya kemarin malam dan berkata bahwa kau mencintainya di hadapan semua orang?"

"Ayah, waktu itu aku terlalu banyak minum dan tidak sadar. Aku tidak kuat mengontrol emosi ku sehingga berkata seperti itu. Lagian aku juga tidak begitu ingat tentang apa yang ku lakukan. Jadi anggap saja kalau apa yang terjadi kemarin malam hanyalah kebodohan ku dan Sinta. Dan yang sebenarnya...aku tidak mencintai Sinta.''

"Dengar, terkadang mulut bisa berkata bohong, mata juga bisa, tapi hati akan terus berkata jujur. Baiklah kalau kau ingin menikah dengan Kirana, ayah tidak masalah. Karena tugas orang tua adalah mendukung keputusan anaknya. Tapi ingat, satu hal, kalau kau kehilangan Sinta sekali lagi, jangan pernah salahkan siapapun," ujar Rangga lalu pergi.

Keesokan harinya, ini adalah hari pernikahan Rama dan Kirana. Semua orang terlihat sibuk mempersiapkan dekorasi pernikahan termasuk Rama dan Kirana yang sedang sibuk dengan berdandan dan memakai baju pengantin yang indah.

Kirana memandang dirinya sendiri di cermin. Senyuman yang ada di wajahnya membuatnya terlihat cantik, jantungnya berdetak kencang tak karuan membayangkan pernikahannya dengan Rama. Namun tiba-tiba, dia kembali mengingat Sinta dan merasa bersalah padanya.

Malam hari, Sinta tidak kuat lagi tinggal di Solo terlalu lama karena setiap kali dia di sini, dia selalu saja teringat akan Rama. Dia pun memutuskan untuk pergi dari Solo untuk selamanya.

Dia sedang tersenyum melihat keindahan pemandangan di pinggir jalan, tiba-tiba ban bus bocor dan membuat bus mengalami kecelakaan.

Sementara itu, Rama dan Kirana hendak menikah.

Rama menatap Kirana sejenak kemudian menundukkan tatapannya itu.

Saat Rama akan mengucapkan sumpah pernikahan, tiba-tiba Zirfan, saudara sepupu Rama menyela ucapan Rama.

"Tunggu! Dia tidak bisa menikah," kata Zirfan.

"Kenapa tidak bisa?"

"Itu karena dia belum resmi bercerai."

Semua yang mendengar hal itu terkejut. Mereka saling berpandangan bahkan ada yang menggunjing Rama dibelakang.

"Bagaimana bisa dia belum sah bercerai?" tanya Farah.

"Dia belum bercerai karena dia belum menandatangani surat cerai ini," kata Zirfan sambil menunjukkan surat cerai.

#Flashback on#

Zirfan sedang mendadani Rama untuk mempersiapkan pernikahannya, kemudian Rama turun ke bawah. Zirfan hendak mengikuti Rama, namun dia tidak sengaja dia melihat ada sebuah surat cerai Rama dan Sinta. Dan di sana hanya tertulis tanda tangan Sinta, bukan Rama. Zirfan tersenyum. Dia lega mengetahui bahwa Rama belum resmi bercerai dan dia tidak bisa menikah dengan orang lain, karena bisa melanggar aturan hukum dan agama.

#flashback off#

"Baiklah, kalau begitu berikan formulir itu padaku. Akan ku tandatangani," ujar Rama. Zirfan itu memberikan formulir perceraian itu pada Rama.

Rama hendak menandatangi formulir tersebut namun Kirana mencegahnya.

"Rama, sebelum menandatangani surat itu, pikirkan dulu, apa kau bersedia hidup denganku dan melupakan Sinta?" tanyanya sambil memegang bahu Rama.

"Aku ingat, dulu kita pernah meninggalkan Sinta hanya karena keegoisan kita. Tapi sekarang, Allah telah memberi kita petunjuk. Rama, jika kau masih mencintai Sinta, aku mohon...jangan tandatangani formulir ini, dan kembalilah pada Sinta, cintamu," lanjutnya.

Rama hanya diam. Dia tidak menghiraukan perkataan Kirana dan tetap berniat menandatangani formulir tersebut.

Tiba-tiba ia teringat akan kenangannya dengan Sinta sewaktu masih kecil dulu.

_"Aku berjanji padamu, sejauh apapun dan seberapa lama aku pergi darimu, aku pasti akan kembali padamu."_

Rama yang mengingat janjinya itu terdiam. Tangannya menjadi kaku seolah tidak ingin tanda tangan.

"Rama, apa yang kau lakukan? Cepat tanda tangan!" desak Farah. Rama mengangguk pelan.

"Baik ibu." Dia berusaha untuk menandatangani formulir itu namun tangannya tetap terasa kaku.

Tiba-tiba, Akbar, Reza, Tiara, Dian datang menggunakan mobil sambil berkata, "Rama, Sinta kecelakaan!"

Rama menatap teman-temannya itu dengan bingung sekaligus terkejut.

"Kecelakaan?"

"Iya, dan sekarang dia dirawat di rumah sakit umum."

Rama yang mendengar hal itu langsung bergegas ke Rumah Sakit Umum tempat Sinta dirawat menggunakan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Sekarang ini yang Rama pikirkan hanyalah kondisi Sinta. Sepanjang perjalanan dia berdoa pada Allah agar Sinta baik-baik saja. Ia tidak peduli tentang pernikahannya dibatalkan atau tidak. Karena yang dia harapkan hanyalah Sinta kembali pulih.

Ketika tiba di rumah sakit, Rama bergegas menuju ke ruang rawat inap Sinta dan disusul oleh keluarga.

Rama datang membuka pintu kamar tersebut.

Di sana, ia melihat Sinta sedang terbaring lemah dengan menutup kedua matanya, seperti sedang tertidur pulas dengan memakai seragam khas rumah sakit.

Rama memandangi Sinta dengan mata yang berkaca-kaca. Ia duduk di kursi yang ada di dekat ranjang tersebut dan memegang tangan Sinta.

"Sinta, aku minta maaf kalau selama ini aku selalu menyakiti hatimu dengan sikap dinginku. Aku tahu aku pernah melakukan kesalahan, dan aku benar-benar menyesalinya. Aku mohon, cepatlah sembuh dan tersenyum seperti dulu lagi. Dan nanti kau bisa menghukum ku sepuas mu, kau boleh menyuruhku tidak makan, bekerja seharian, atau memanjakanmu dengan kasih sayang, bahkan aku akan meninggalkan semua pekerjaanku demi cintamu, asal kau jangan menghukum ku seperti ini. Hatiku kesepian tanpamu, Sinta..." jelas Rama kemudian mencium tangan Sinta. Tak terasa air matanya mulai jatuh mengalir membasahi pipinya itu.

Tiba-tiba keluarga datang dan bertanya, "Apa yang kau lakukan Rama? Pernikahanmu akan dimulai, ayo kembali," ujar Farah.

Rama menggeleng.

"Tidak. Aku tidak akan pergi. Aku hanya ingin tetap di sini, aku tidak peduli apa kata orang nanti, terserah mereka mau menggunjing ku, menghina, mengolok-olok, hatiku tidak akan goyah. Aku belum sah bercerai, jadi aku juga berhak menemani istriku yang sedang sakit dan merawatnya sepenuh hatiku."

Rama menatap Kirana.

"Aku minta maaf Kiran, yang kau katakan benar, aku masih mencintai Sinta. Aku minta maaf padamu karena pernikahan ini dibatalkan,' ucap Rama pada Kirana.

"Tidak masalah."

Seluruh keluarga pergi keluar kamar, kecuali Rama, dia masih setia menemani istrinya.

Keesokan paginya, Sinta masih belum sadar dan Rama masih setia menantinya kembali sehat. Setiap saat, dia selalu berdoa agar Sinta bisa kembali pulih.

Siang hari, Rama datang menghampiri Sinta sepulang dari kantor.

"Hai, apa kabar? Masih sakit ya? Atau kau hanya pura-pura tidak bangun supaya aku khawatir? Kau tahu kan? Aku sudah minta maaf. Sekarang bangun dan kau boleh menghukum ku sepuasmu, aku tidak akan melawannya. Oh ya, dulu kau selalu bilang padaku bahwa kau membenciku karena mengkhianatimu. Tapi hari ini aku berjanji tidak akan pernah selingkuh lagi," jelas Rama. Ia mengambil surat cerainya dan Sinta dan menunjukkannya pada Sinta.

"Lihat ini? Ini adalah surat perpisahan kita. Tapi ini ternyata...ini hanyalah perpisahan bukan perceraian. Kita belum resmi bercerai, dan harapan kita untuk kembali bersama terwujud. Kau selalu berkata bahwa kau ingin agar aku selalu ada untukmu, baik suka ataupun duka. Sekarang aku telah kembali padamu, dan tidak ada siapapun yang dapat memisahkan kita, bahkan surat ini," lanjut Rama sambil merobek formulir tersebut.

Namun apa yang dia lakukan sia-sia karena Sinta masih belum sadar dan membuatnya kembali kecewa.

Malamnya, Sinta membuka matanya secara perlahan. Dia menoleh ke kanan dan melihat Rama sedang berdoa kemudian merapikan sajadahnya.

"Di mana aku?" tanya Sinta sambil memegangi kepalanya. Rama tersenyum.

"Kau sedang di rumah sakit, kemarin kau kecelakaan."

"Emm."

"Oh ya, bagaimana kondisimu?" tanya Rama sambil memegang tangan Sinta.

"Alhamdulillah, aku baik-baik saja. Ngomong-ngomong, kenapa kau di sini? Kau kan harusnya bersama Kirana." Rama tersenyum menggeleng.

"Tidak. Aku tidak jadi menikah."

"Kenapa?"

"Karena kita belum resmi bercerai, dan aku masih sangat mencintaimu.''

"Lalu bagaimana dengan Kirana?"

"Kau jangan cemas, aku baik-baik saja. Malahan aku senang melihat kalian kembali bersatu karena kalian saling mencintai. Dan mungkin, di suatu tempat akan ada seseorang yang sangat mencintaiku dengan tulus sama seperti Rama mencintaimu. Emmm, Aku minta maaf padamu Sinta, atas segala perbuatan ku yang menyakiti perasaanmu selama ini," ucap Kirana.

Sinta hanya diam dan tersenyum.

"Tidak masalah, lupakan saja apa yang terjadi dan jangan bersedih seperti ini. Oh ya kalau kau tidak keberatan, boleh tidak aku meminta sesuatu padamu?"

"Apa?"

"Maukah kau menjadi temanku? Kau kan dulu hanya berteman dengan Rama, sekarang aku juga ingin berteman denganmu," jelas Sinta. Kirana tersenyum.

"Tentu saja, berteman?" Kirana tersenyum mengulurkan tangannya pada Sinta. Sinta membalas uluran tangan Kirana sambil tersenyum.

"Berteman."

Farah menghampiri Sinta.

"Sinta, ibu juga ingin minta maaf padamu karena telah melukai hatimu."

"Tidak masalah ibu, Sinta juga minta maaf karena telah bersikap tidak sopan dan pergi meninggalkan semua orang begitu saja."

Semua hanya diam dan tersenyum.

"Tidak masalah, Nak."

Rama memegang tangan Sinta.

"Jadi, apa kau mau menerima cintaku dan hidup bersamaku seperti dulu?" tanya Rama pada Sinta dengan tatapan penuh harapan.

Sinta menatap Rama.

"Boleh. Tapi dengan satu syarat," jawab Sinta.

"Apa syaratnya?"

"Kau harus mau minum teh buatanku." Rama menatap Sinta dengan terkejut.

"Apa? Kau tahu aku tidak suka---"

"Jangan menolak, atau tidak aku tidak akan kembali padamu," potong Sinta.

Rama yang melihat Sinta murung seperti itu akhirnya mengalah dan menuruti permintaan Sinta.

"Baik, aku akan meminum teh buatan mu, nanti."

Sinta tersenyum.

"Nah begitu dong, itu baru suamiku yang baik, dan tampan."

Rama tersenyum tersipu malu.

"Jadi kau mau kembali padaku?" Sinta mengangguk.

"Ya, aku mau." Semua yang mendengar hal itu merasa bahagia. Rama lalu memeluk Sinta.

"Aku mencintaimu," ucapnya.

"Aku juga."

Akhirnya setelah lama berpisah, Rama dan Sinta kembali bersatu dan hidup bersama dengan penuh kebahagiaan dan kasih sayang untuk selama-lamanya.

_Cinta adalah anugerah terindah dan paling berharga yang Allah berikan pada kita. Tidak ada cinta yang kotor. Cinta itu murni dari hati kita. Dan jika kita selalu menjaga hati kita dengan baik, maka cinta tersebut akan tetap suci._