Chereads / Daisy Chain / Chapter 21 - Ophidophobia

Chapter 21 - Ophidophobia

"AHK!" teriak histeris Daisy.

Tak hanya itu, Daisy juga menjatuhkan tubuhnya ketanah sambil menangis dan merasakan sesak napas saat melihat ular berukuran sedang berada di dalam tendanya itu.

Semua orang yang berada di situ langsung menoleh ke arah Daisy terutama Rian. Rian sangat mengkhawatir dengan Daisy.

Dengan sigap Rian langsung memeluk Daisy dan diam ditempat sambil menunggu ular itu keluar dari tenda Daisy. Rian juga mengamati pergerakan ular itu, untuk waspada jika nanti ularnya mengarah ke pada dirinya dan Daisy.

"Rian, gue takut banget, gue bener-bener takut sama ular," ucap Daisy dengan nada ketakutan saat ular itu telah keluar dari tendanya dan pergi menjauh.

Daisy sangat ketakutan sampai ia menggenggam kemeja Rian dengan sangat kuat dan gemetar akibat rasa takutnya itu kepada ular.

"Iya gue tau itu," ucap Rian dengan nada yang penuh ke khawatiran terhadap Daisy.

"Ular itu udah pergi, jadi lo tenang aja dan gak usah takut lagi ada gue di sini," ucap Rian sambil mengelus rambut Daisy dan memeluk Daisy dengan erat seraya menyalurkan kekuatan agar Daisy tidak takut.

"Rian, dada gue sesak banget," ucap Daisy dengan napas yang tidak teratur dan setelah itu Daisy pingsan di dalam pelukannya Rian.

"Daisy, Daisy bangun, Daisy!" Rian yang mulai panik karena Daisy yang tiba-tiba pingsan.

Dengan sigap Rian menggendong Daisy ala bridal style dan membawanya ke pos kesehatan yang telah di sediakan oleh sekolahnya itu.

"Sebel banget gue sama tuh cewek, dasar cewek caper!" ucap Irene yang kesal karena melihat Rian yang begitu menghawatirkan Daisy.

"Tapi bagus deh, itu peringatan buat cewek caper kaya lo!" ucap Irene dengan senyum yang penuh kepuasan.

"Ohh jadi ternyata lo biang keroknya," tuduh Riska saat mendengar ucapan Irene barusan. Hal itu membuat semua orang yang ada di situ menatap Irene dan Riska, termasuk Rian.

Irene yang merasa di tuduh oleh Riska langsung menegur Riska. "Apa maksud lo?"

"Lo kan yang udah taro ular di dalam tenda gue, Ella sama Daisy?" tuduh Riska.

"Wait, lo nuduh gue?" tanya Irene.

"Menurut lo?" Riska yang menaikkan alisnya.

"Gue sama sekali gak ngelakuin hal itu tapi gue berterimakasih sama ular itu, karena sepertinya ular itu mengerti apa yang gue rasain," ucap Irene tanpa terlihat rasa takut di wajahnya.

"Dan lo yang udah taro ular itu, iya kan?" timpal Ella.

"Harus pake bahasa apa sih biar kalian berdua tuh ngerti," ucap Irene yang sudah tak habis pikir dengan Riska dan Ella.

"Sudah-sudah jangan pada ribut," perintah pak Eko.

"Sekarang kalian bubar dan masuk ke tenda kalian masing-masing. jangan ada yang keluar dari tenda tanpa perintah saya, mengerti?" ucap pak Eko kepada semua murid yang sedang menyaksikan keributan antara Ella, Riska dan Irene.

* * * *

Rian menidurkan Daisy di atas tiker yang telah di sediakan oleh anak PMR dan Rian menjadikan jaketnya sebagai bantalan kepala Daisy, agar kepala Daisy tidak sakit.

Terlihat jelas kekhawatiran dari raut wajah Rian. Bahkan Rian tidak berhenti menghentak-hentakkan kakinya ke tanah karena merasa gelisah.

"Rian," panggil Dea setelah memeriksa Daisy.

"Dia gak kenapa-napa kok, cuman sepertinya Daisy mengidap Ophidophobia atau yang lebih dikenal phobia ular," ucap Dea bangun dari duduknya.

"Phobia ular??" tanya Rian yang di jawab anggukan oleh Dea.

"Kok gue gak tau kalo Daisy punya phobia ular ya?" heran Rian.

Dan Dea dibuat sedikit bingung dengan pertanyaan Rian barusan. Namun Dea tidak mau ambil pusing, Dea pun memilih untuk melanjutkan aktivitasnya yang tertunda tadi.

Rian duduk di samping Daisy sambil terus menggenggam tangan Daisy dan menatap wajah Daisy dengan lekat dan di saat itulah memori tentang kenangan masa kecilnya bersama Daisy kembali terlintas di dalam pikirannya dan membuat Rian tersenyum.

"Lo sama seperti Daisy yang gue kenal dulu," ucap Rian sambil mengusap lembut tangan Daisy.

"Walaupun lo amnesia lo gak pernah berubah, lo tetep jadi Daisy Chain yang gue kenal," ucap Rian yang sekarang Rian menempelkan punggung tangan Daisy ke pipinya dan menatap wajah Daisy.

"Gue gak nyangka ternyata lo pake hairpin pemberian gue yang dulu gue kasih saat lo masih berumur 7 tahun," ucap Rian sambil memegang hairpin Daisy.

"Tapi sejak kapan lo punya phobia ular?" tanya Rian pada dirinya sendiri.

Tanpa Rian sadari sebenarnya Bobby melihat dan mendengar semua yang Rian katakan dan itu membuat Bobby tau bahwa Rian dan Daisy sudah dekat sejak kecil. Bobby juga yakin kalau Rian memiliki rasa cinta kepada Daisy begitupun sebaliknya.

"Rian," lirih Daisy saat dirinya sudah sadar.

"Akhirnya lo sadar juga," ucap Rian yang membantu Daisy untuk duduk.

"Daisy!" Ella dan Riska langsung menghampiri Daisy.

"Lo berdua kok bisa ada di sini?" tanya Rian. Karena tadi pak Eko sudah melarang muridnya untuk keluar dari tendanya tanpa seizin dari pak Eko sendiri.

"Kita berdua udah minta izin kok sama pak Eko," jawab Riska.

"Daisy, lo gapapa kan? lo baik-baik aja kan? sumpah gue khawatir banget sama lo," ucap Ella yang sangat khawatir kepada sahabatnya itu.

"Iya gue juga khawatir banget sama lo Daisy," ucap Riska.

"Gue gapapa kok, gue baik-baik aja," jawab Daisy di akhiri senyuman tipisnya.

"Syukur deh," ucap Ella.

"Lo mau kemana?" tanya Rian saat Daisy ingin berdiri dari duduknya.

"Gue mau balik ke tenda aja," jawab Daisy.

"Tapi lo_" khawatir Rian.

"Gue gapapa kok." Daisy memotong ucapan Rian.

"Biar gue antar." Rian menawarkan bantuan.

"Gak usah, gue bisa sendiri kok," tolak Daisy.

"Lo tenang aja Rian, kan ada gue sama Ella yang bakal jagain Daisy selama 24 jam non stop, jadi lo gak usah khawatir oke!" Riska yang meyakinkan Rian agar tidak cemas dengan keadaan Daisy.

Namun saat Daisy, Ella dan juga Riska ingin pergi ke tendanya, mereka bertiga melihat banyak murid yang berkumpul di tengah-tengah tenda dan ternyata mereka semua sedang mendengarkan instruksi dari pemimpin permainan.

Hal itu membuat mereka bertiga menunda istirahatnya dan memilih bergabung.

"Kelompok terakhir diketuai oleh Rian Allveno kelas XI-IPS1, Irene kelas XI-IPS1, Ella kelas X-IPA1, Riska kelas X-IPA1 dan yang terakhir Daisy dari kelas X-IPA1."

"Namun sepertinya Daisy tidak bisa mengikuti karena Daisy mungkin masih trauma," sambungnya.

"Pak." Daisy yang sudah bergabung dengan siswa yang lainnya.

"Saya mau ikut serta dalam permainan ini," ucap Daisy.

"Tapi apa kamu yakin Daisy?"

"Saya yakin pak," ucap Daisy dengan yakin.