Chereads / Return to Polaris / Chapter 18 - Chapter 17

Chapter 18 - Chapter 17

"Ah, lelah sekali." Jae-Hyun merenggangkan tubuh saat memasuki kamar. Ia menghampiri Loey yang terbaring di tempat tidur. Pandangannya tertuju pada benda berkilau di dekat bantal Loey. Penasaran, ia mengambil kalung itu dan memperhatikannya. Kalung pasangan Loey dan Eun-Soo. "Kau masih menyimpannya meski Eun-Soo sudah menyakitimu."

Sejak trainee, Jae-Hyun memang dekat dengan Loey. Mereka sering menghabiskan waktu bersama anggota trainee S0Ne, termasuk Eun-Soo. Awalnya rumor Loey berkencan tidak terlalu diperdebatkan, tapi sejak Loey sering mengunjungi Eun-Soo di asrama secara diam-diam, banyak trainee mulai curiga. Hingga akhirnya Loey dan Eun-Soo mengakui hubungan mereka, berharap agensi akan member kelonggaran.

Banyak trainee yang mendukung mereka sebagai pasangan, hingga akhirnya Direktur Moon memilih mempertahankan Loey. Saat itu, E-X mulai debut dan meraih popularitas, sementara Eun-Soo dikeluarkan sebagai trainee. Meski enggan diterima, khususnya anggota S0Ne, perlahan nama Eun-Soo dilupakan. Bahkan terdengar kabar kalau namanya diblokir sebagai trainee di agensi lain. Memang jika dibandingkan performa dan popularitas Loey semasa trainee, Eun-Soo kalah jauh.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Loey ketika mendapati Jae-Hyun sangat dekat dengannya.

Jae-Hyun tersentak. Ia bergegas mengembalikan kalung itu lalu berjalan menuju tempat tidurnya. "Aku kira kau belum tidur."

Loey duduk di tempat tidur, lalu mengusap wajah.

"Mimpi buruk?" Jae-Hyun menebak.

"Ya …. Sangat sulit melupakannya."

"Tidak perlu memaksakan diri begitu, hei. Semakin kau melupakannya, semakin terjerat pula dalam ingatanmu."

"Sedang membicarakan diri sendiri?" Loey tersenyum jahil pada Jae-Hyun yang salah tingkah.

"Sialan. Bukan itu maksudku! Padahal aku bermaksud menghiburmu."

Loey tertawa. "Menasehati di saat kau sendiri yang membutuhkan nasehat itu. Benar-benar cocok denganmu, Jae-Hyun."

Jae-Hyun terdiam sesaat, mencoba mengalihkan pikiran pada media sosial. Namun, ucapan Loey terus terngiang dalam benak. Loey benar. Ia dan Loey sama-sama terjebak masa lalu. Meski berusaha melupakannya pun, mereka selalu gagal. Loey yang terpaku pada Eun-Soo dan Jae-Hyun yang terpaku pada Ji-Eum. Saat mengingat hubungan Ji-Eum dan Jae-Hyun, Loey malah teringat pada Hana. Andaikan perasaannya pada Hana terus berkembang menjadi yang tidak seharusnya, nasib mereka akan lebih parah dari kasus Jae-Hyun dan Eun-Soo.

Fans dan artis. Percintaan yang tidak boleh terjadi, yang mungkin menyakiti semakin banyak orang. Semua orang berpikir mereka harus menikah dengan yang satu level. Artis dengan artis. Orang biasa dengan orang biasa. Bahkan jauh sebelum ini pun, manusia selalu mengelompokan dirinya sesuai kemampuan sosial dan ekonomi.

"Kau masih menyimpannya?" tanya Jae-Hyun.

Loey mengangguk. "Ingin aku buang sebentar lagi."

Tiba-tiba Jae-Hyun tertawa. "Kau terlalu baik untuknya, Yeolie."

"Pffttt. Bisa dibilang baik pun aku tidak pantas. Aku telah menyakitinya, wajar jika ia pergi. Tapi aku tidak ingin larut lebih lama lagi. Untuk apa mencintai wanita ketika wanita itu enggan bertahan? Aku tidak ingin menjadi lelaki seperti itu, Jae. Apalagi saat ini aku memiliki Eris yang jauh lebih berharga." Untuk apa menunggunya yang terus menyiksaku?" Loey berhenti sejenak, menarik napas dalam sebelum melanjutkan. "Saat ini, aku sedang berusaha melepasnya secara utuh."

"Apa karena Hana?" tanya Jae-Hyun.

"Aku tahu ini tidak boleh, tapi aku bersyukur Hana hadir dalam hidupku. Berkatnya aku bisa merelakan perempuan itu."

"Apa kau juga bisa merelakan Hana jika waktunya berpisah nanti?"

Loey terdiam, ada rasa sesak dalam hatinya ketika Jae-Hyun menanyakan hal itu. Terbesit dalam pikirannya tentang kepergian Hana. Ia sadar kalau kehadiran Hana disini bersifat sementara, tidak selamanya perempuan itu bersama mereka. Apalagi jika banyak orang mengetahui tentang perasaannya pada Hana. Apa mereka akan berpisah secara baik-baik? Loey takut perpisahan mereka akan seperti hubungannya dengan Eun-Soo. Saling menjatuhkan dan saling menyakiti. Membayangkannya saja membuat Loey takut melepas Hana.

"Kau sadar, kan? Hana tidak lama bersama kita. Suatu saat ketika stylist kita kembali, ia akan pergi. Apa kau sudah siap untuk hari itu? Apa kau sudah siap merelakan Hana kembali pada tempatnya?"

Loey mendesah pasrah. Ia menyandarkan tubuh pada tempat tidur, lalu mengacak-acak rambut. "Entahlah, aku tidak tahu .... Bahkan saat ini, aku terlalu egois untuk memikirkan hal itu."

"Hana hanya fans biasa, kita tidak boleh menspesialkan satu penggemar atau penggemar lain akan terluka. Menyedihkan memang, tapi mau bagaimana lagi? Ada banyak penggemar yang mungkin saja rasa sukanya pada kita melebihi rasa suka Hana pada kita. Mungkin saja ada penggemar yang sangat ingin dekat dengan kita. Sudah seharusnya kita menjaga perasaan mereka agar mereka tidak terluka."

Loey hanya diam, mendengarkan Jae-Hyun bicara. "Dulu aku sangat menyesal. Aku egois dan aku menyakiti Eris, padahal Eris tidak pernah menyakitiku. Hanya karena perempuan yang baru aku temui, aku menyukai perempuan itu dan Eris kecewa. Aku tidak ingin itu terjadi lagi. Aku tidak ingin Eris menangis. Itu menyakitkan."

"Tapi aku tidak bisa mengabaikan Hana." Rasanya ingin Loey mengatakan hal itu, tapi ia memilih diam. Semua yang dikatakan Jae-Hyun memang benar. Sebagai idola, Loey harus tahu konsekuensi jalan yang dipilihnya. Ia tidak boleh menyakiti penggemar atau membuat mereka kecewa. Jika dipikir-pikir, Eris tidak pernah mengecewakan mereka. Tidak seperti Eun-Soo atau Ji-Eum. Namun, berat hati bagi Loey untuk melupakan Hana, sedangkan dirinya gagal mengendalikan perasaan.

"Rasanya terlalu lelah untuk memikirkan perasaan semua orang." Loey berucap lirih, tapi Jae-Hyun tetap mendengarnya. Dia memandang Loey yang menenggelamkan wajah di bantal. "Aku tidak ingin memikirkan apa pun. Untuk saat ini aku ingin beristirahat sejenak dari permasalahan percintaan konyol. Aku menyayangi Eris, tapi … aku tidak bisa membohongi diriku sendiri. Tidak bisa terus membohongi perasaanku. "

Jae-Hyun menarik napas. Ia bangkit lalu mendekati Loey, menepuk pundak sahabatnya dengan lembut. "Aku yakin kau bisa memikirkannya dengan baik nanti, Yeolie."

Loey mengangguk dalam diam, membiarkan Jae-Hyun mengusap pundaknya seperti seorang kakak. "Terima kasih telah mengerti perasaanku."

"Tidak juga. Kita ini sama-sama terjebak masa lalu. Hanya saja, kau lebih berani menghadapi kekangan itu daripada aku." Jae-Hyun tersenyum lebar, berusaha menahan rasa sakit yang mulai menjalari perasaannya. Ingatan tentang Ji-Eum kembali berputar. Rasanya, kenangan itu telah terpatri dengan indah dan rapat di hatinya.

"Ayolah, mana partnerku untuk menjahili para member? Ini rasanya seperti bukan Loey, bukan Kim Seung-Yeol!" Jae-Hyun mengatakannya sambil mempraktekkan senyuman jahil Loey. Loey tertawa lepas, meski masih ada perasaan mengganjal di hatinya. Jae-Hyun memang tahu cara membuatnya kembali ceria.

Namun, tanpa mereka sadari, Shi-Jin sedang mendengar percakapan mereka di balik pintu kamar. Ia menghela napas, membiarkan tubuhnya merosot ke lantai.

"Hyung, andai bisa memutar waktu, aku ingin menghalangi Hana untuk hadir di tengah-tengah kita."