Hana tidak bisa berpikir jernih lagi. Kepalanya pusing setelah mendapat hantaman bertubi dari lelaki itu. Tangannya berusaha meraih pintu, tapi tubuhnya kembali diseret dengan kasar. Entah bagaimana caranya, seluruh gaun Hana terlepas, menampilkan tubuhnya yang dibalut pakaian dalam.
Hana yang tadinya mulai pasrah, tiba-tiba mendapat kekuatan lagi. Ia kembali memberontak sekuat mungkin dengan melayangkan tendangan, tapi semuanya sia-sia. Tendangan Hana tidak lebih seperti anak kecil yang menendang batu. Lelaki itu dengan sigap mengunci seluruh tubuh Hana agar perempuan itu tidak bergerak.
Jemari yang kasar pun mulai meraba-raba seluruh tubuh Hana, menekan, dan memainkan poin-poin penting tubuhnya, termasuk di area vital. Hana mengejang. Ia tidak bisa melawan karena kepalanya benar-benar pusing karena darah terus mengalir dari kepalanya. Terlebih tubuhnya merespon sesuatu yang tidak seharusnya.