Shafa banyak melihat pemandangan sekitar yang ia lewati, tidak seperti beberapa tahun lalu ketika ia pulang kampung, jalanan kota kebumen sekarang sudah ramai dengan toko dan tempat kuliner yang d
Tidak kalah dengan kota-kota besar di Indonesia. Dalam hati nya ia begitu bangga dengan kemajuan kota kelahiran ibu nya itu.
Shafa telah sampai di suatu tempat di mana becak itu hanya bisa mengantarkan nya hingga ke tempat itu.
Shafa turun dari becak lalu membuka tas nya, ia kemudian mengambil uang pecahan seratus ribu lalu memberikan satu lembar uang itu pada tukang becak yang membawa nya hingga ke jalan arah menuju rumah nenek nya.
"Giye ora ana duit pas Bae mbak?" Ucap tukang becak itu dengan menggunakan bahasa Jawa.
"(Ini nggak ada uang kecil saja mba, yan pas karena saya nggak punya kembalian)" versi bahasa Indonesia
Shafa yang mengerti arti dari perkataan dari tukang becak itu pun tersenyum, kemudian menjawab pernyataan tukang Becak tersebut dengan menggunakan bahasa nasional.