"Jadi besok ka Darren berangkat jam berapa ke Surabaya," Kiara melihat Darren sedang mengepak baju kedalam kopernya dan memasukan barang penting lainnya kedalam tas ranselnya.
"Penerbangan pertama jam 4 subuh jadi dari rumah jam 2 pagi, biar gak terlalu mepet sama waktu ceck in di bandaranya," Darren menghentikan kegiatan packingnya melihat Kiara tidak beranjak dari pintu kamarnya.
"Sini sayang," Kiara menghampiri Darren yang menyuruhnya masuk dan disebelahnya.
"Selesai," Darren memandang Kiara yang berusaha tersenyum.
"Aku beli tiket dua sama kamu jadi sekarang Packing gih kamu kan lagi libur semester dari pada gak ada kerjaan lebih baik bantuin aku disana," Darren membetulkan anak rambut Kiara yang terjatuh didepan wajahnya dan menyelipkan dibelakang kuping Kiara.
"Kok Kakak baru bilang?" Kiara memandang kekasihnya seolah sedang mencari kebenaran disana.
"Sengaja ingin liat reaksi kamu, Dan aku tetap aja gak tega melihat mendung dimuka kamu, Cepet sana mau ikut gak?" Darren mencolek hidung Kiara.
"Tapi aku disana nanti gak ganggu Kakak kan?" Tanya Kiara lagi.
"Hai kok ganggu, disana kamu sekalian kerja prektek, kerja sejauh mana calon arsitektur bisa melihat finishing dalam dari sebuah hotel dan kamu bisa bantu kasih saran, Bagaimana?" Darren lalu berdiri dan menarik tangan Kiara dan memeluk pinggangnya yang membuat jarah antara mereka sangat dekat.
"Paling tidak jika kamu ikut kamu bisa jadi mood booster buatku disana," Darren mendekatkan keningnya kekening Kiara, Deru nafas Darren terdengar jelas dan menghebuskan hawa panas di wajah Kiara. Darren mengecupnya dan mencium bibir Kiara dengan lembut sementara Kiara hanya mampu menerimanya sapuan lembut bibir Darren pada bibirnya dan Darren melepasnya ketika dia tahu Kiara membutuhkan udara akibat lumatan bibir Darren yang cukup lama pada dirinya.
"Mau begini terus atau mau cepat packing pakaian," Goda Darren ketika melihat Kiara masih memejamkan mata. Dengan malu Kiara melepaskan pelukan Darren dan berlari keluar kamar Darren.
"Bawa seperlunya sayang biar tidak berat," teriak Darren dari dalam kamarnya. Dia sangat senang jika kekasihnya tersipu malu seperti tadi membuatnya kian gemas melihatnya.
***
"Sudah tidak ada yang tertinggal sayang?" Tanya Darren ketika dilihatnya Kiara sedang memasukan dompet dan ponsel kedalam tas kecil .
"Titip Kiara ya Dar," Rendy berdiri dipintu ketika mereka hendak menaiki mobil, yang dijawab oleh anggukan dan jempol Darren. Penerbangan pertama membuat mereka harus berangkat dini hari dari rumah.
"Kamu masih ngantuk?" Daren mendekap tubuh mungil kekasihnya dambil menyenderkan kepala Kiara kedalam dadanya tak lama Kiara tertidur.
45 menit perjalan akhirnya mereka sampai dibandara.
"Sayang bangun sudah sampai bandara nanti dipesawat kamu tidur lagi," Darren menepuk-nepuk wajah kekasihnya dengan lembut.
"Ehhhm sudah sampai ya ka," iya "Sudah kamu pules bener sampai tangan aku kevas karwna gak bisa gerak," Darren menunji-ninju angin untuk menghilangkan kebas ditangannya.
"Maaf ya kak," Kiara mengusap-usap Dada dan tangan Darren.
"Sudah gak apa-apa, ayo turun kita tinggal masuk aja tadi abang sudah cek in jadi gak perlu ngantri bawaan kita juga cuma sedikit.
Darren mengambil troly lalu menaruh tas Kiara dan kopernya kemudian didorongnya masuk kedalam tak pemeriksaan tiket masuk, Tak lama pesawat yang akan mereka tumpangan tiba dan mereka kemudian masuk kedalam pesawat, Setelah menaruh barang bawaan di bagasi atas pesawat Darren lalu duduk disamping mereka.
"Tuan Darren dan Nona Kiara ada yang yang bisa saya bantu, Seseorang pramugari yang merupakan petugas bisnis class menghampiri mereka.
"Tidak ada mba nanti jika butuh bantuan akan saya katakan," Darren lalu duduk disamping Kiara.
"Sudah dipakai selt beltny sayang?" Yang dijawab anggukan kepala oleh Kiara dan tak lama pesawat lepas landas
"Masih mengantuk? Kalau masih ayo tidur lagi," Darren menyenderkan kepala Kiara dibahunya sementara tangannya menggenggam tangan kekasihnya itu.
Kiara yang masih mengantuk tak lama kemudian tertidur Darren hanya tersenyum melihatnya.
"Sayang bangun sudah sampai," Kiara membukakan matanya perasaan dia baru saja memejamkan mata ternyata sudah sampai saja, Darren menggerakan bahunnya yang tadi hampir satu jam.menjadi bantalan untuk Kiara.
"Pegal ya ka, Maaf," Darren tersenyum lalu membelai rambut kekasihnya.
"Gak terlalu lagian nanti kalau sudah sampai kamu bisa pijitin pundakku," jawabnya sambil melepas selt belt pengamannya.
tidak membutuhkan waktu lama akhirnya mereka sudah berada digerbang kedatangan dan terlihat pak Supri sudah menjenput Darren yang datang dengan seorang wanits cantik dan masih muda.
"Biar saya yang bawakan kopernya Den," Darren memberika troly yang berisi koper mereka sementara tas ransel Darren memilih memakai dipundaknya.
"Kita mau kekantor atau ke hotel dulu mas?" Tanya Supri ketika mereka sudah keluar dari bandara.
"Kekantor saja jam 11 ada meeting saya," Darren melihat kearah kiara yang sedang melihat pemandangan diluar sana.
"Apa yang kamu lihat sayang?" Tanya membuat Kiara yang sedang melihat kearah luar sedikit terkejut.
"Pemandang itu, Kota besar setaraf Jakarta namun lebih panas," Celotehnya. Darren hanya tersenyum mendengarnya setelah menepuh perjalan selama 45 menit merwka sampai di kantor perwakilan milik ayahnya.
"Desain bangunan unqiek kak," Kiara memandang keatas bangunan.
"Siapa yang Desain, aku suka," Kemudian mereka masuk kedalam, hal, biasa yang dilakukan Kiara jika.melihat desain yang menarik naluri asiteknya akan keluar untuk menilai ataupun mengagumi.
"Jalannya lihat-lihat sayang, Jangan hanya memperhatikan gedung saja jalanan juga dilihat kalau nabrak kaca atau tembak bagaimana?" Darren memggelengkan kepalandia asyik berfikir untuk meronbak ini dan itu atau mengkritik banguna ini dan itu yapo juga berdecak kagum untuk sesuatu yang luar biasa.
belum lagi bibir Darren berhenti berucal nyaris saja Kiara menantak pintu kaca yang ada didepannya kalau tidak ia tarik.
"Aw kak sakit," dia memegang lengan yang ditarik Darren. Darren mengelengkan kepalanya.
"Bisa gak sih kalau orang ngomong didengerin belum bibir aku kering kamu nyaris menabrak kaca, Sakitan mana tangan ditarik atau nabrak kaca?" tanya Darren kesal, kadang Kiara itu kepala batu aja jawabannya kalau dikasih tahu.
"Sakitan ditarik lah tangannya?" Darrem memelototkan matanya mendengar perkata Kiara yang bikin kesal.
"Kejedot pintu mungkin gak sakit tapi malunya yang luar biasa? Mau diketawain orang banyak atau memang kamu suka jadi bahan tertawaan," Darren masih menatap Kiara seolah ingin menelanya hidup-hidup.
Yang dimarahi hanya nyengir seperti kuda.
"Maaf bercanda ahh kamu gak asyik yang, gak bisa diajak becanda?" kembali Darren menatap Kiara lalu menjentikan jarinya dijidat Kiara.
"Aw sakit kak," Kiara mengelus-elus jidatnya.
"Rasain, susah bener ya kalau dibilangi mau lagi," Darren menyiapkan jarinya seolah ingin menjengtikkan jidat Kiara namun Kiara malah memeluknya masuk kedalam lift dan mengecup bibir Darren dengan cepat. kembali Darren hanya terpaku melihat ketengilan dari Kiara padanya.