Qin Ming melepaskan topengnya begitu berkenalan dengan gadis pemanah hebat. Tak disangka dia memiliki kemampuan yang melebihi batas imajinasi para pria. Mereka hanya menilai dari wajah dan penampilannya, siapa sangka gadis lemah itu lebih ahli memanah dibandingkan siapa pun di antara mereka.
"Siapa kau sebenarnya?"
Qin Ming penasaran dengan gadis muda yang tampak agak lemah, tetapi kekuatannya sangat lebih dari cukup.
"Apa aku menanyakan kau siapa? Apa maumu? Dan sebagainya?"
Jawaban ketus itu cukup membuat pria tampan itu tertawa dan mengerti kalau gadis berpakaian merah ini memang tidak suka diganggu. Dilihat dari kesombongannya, gaya angkuh dan juga anggun dalam satu waktu, dia bisa menebak gadis ini bukan perempuan sembarangan. Mungkin memang ada hubungannya dengan kerajaan.
Kalau benar dia seorang putri lalu kenapa melarikan diri.
"Apa dia putri yang hilang? Satu-satunya yang selamat?"
Qin Ming memikirkan dalam hatinya. Dia tidak boleh salah menilai atau salah bertindak. Kali ini sangat penting demi keselamatan nyawanya.
"Apa kau selalu ingin tahu segalanya? Itu bisa membuat nyawamu hilang," kata Fei padanya.
Qin Ming tertawa tanpa rasa humor. Tawanya hambar untuk mengejek dirinya sendiri. Baru kali ini ada gadis yang begitu berani mengancamnya. Namun, setelah dipikir-pikir gadis ini memang sudah menyelematkan dirinya. Jadi, boleh dianggap wajar atau bisa dimaklumi.
"Baiklah, karena kau menyelamatkan diriku kau boleh meminta satu hal," kata Qin Ming.
Fei menatapnya dengan tajam.
"Kau yakin? Bagaimana kalau aku ingin kalian melepaskan aku saja? Lepaskan aku, makan utang budimu hilang. Selesai. Nyawa ganti dengan nyawa," kata Fei dengan serius.
Qin Ming tersenyum manis.
Dia tahu gadis ini akan meminta hal itu. Siapa yang tidak ingin lepas? Siapa yang tidak ingin hidup bebas?
"Justru kurasa kaulah yang tidak yakin. Kalau kau kami turunkan di sini, banyak penyamun dan penjahat. Bagaimana kalau mereka membunuh atau memperkosa nona muda yang cantik ini? Bukankah itu akan sangat mengerikan? Sayang, sangat disayangkan seorang perempuan cantik malah mati mengenaskan."
Qin Ming masih bisa banyak berbicara walau dia sudah terluka dan hampir mati tadi. Pria ini pasti sudah melewati banyak sekali kejadian hampir mati sampai dia bisa sangat santai.
"Lalu, kenapa kau peduli dengan apa yang terjadi padaku? Bukankah itu bukan urusanmu?"
Tsai Fei membalasnya dengan sedikit logika yang agak kejam.
"Ah, bukan begitu. Aku berniat menyelematkan jiwa lalu membiarkan kau mati, bukankah itu sama saja dengan membunuhmu?"
Fei tersenyum getir. Sejak keluarganya dibantai dalam semalam, tidak ada lagi rasa takut karena hal yang paling dia takutkan sudah terjadi. Sekarang dia hanya sendiri dan entah bagaimana caranya membalas dendam dengan kekuatan sebiji manusia.
"Aku tidak takut mati," jawab Fei dengan nada lemah nyaris tidak terdengar.
"Tapi aku takutkan kau mati sia-sia. Bukankah kau ingin membalas dendam? Balas dendam itu memerlukan sekutu. Tak peduli sekuat apa dirimu, kau tak bisa menginvasi kerajaan hanya sendirian. Kecuali kau adalah dewa."
Mata Fei memerah mendengar penjelasan pria sialan itu. Baru kali ini ada yang berani menebaknya dengan kejam dan juga benar.
Dia membayangkan ayah dan ibunya saat ini. Entah di mana dan bagaimana keadaan mereka---surgakah atau neraka?
"Lupakan membalas dendam, kau harus membangun kekuatan terlebih dahulu," kata pria itu lagi.
Fei semakin merasa aneh kenapa pria ini tahu segalanya tentang dia. Apakah kabar dirinya sudah tersebar? Kalau begitu bukankah bisa menjadi bahaya?
Namun, bisa juga menjadi kekuatan tersendiri.
"Entah dengan status atau tidak aku harus membangun kekuatan dan peradaban baru," ucap Fei dalam hatinya.
Melihat manusia penjahat itu bisa hidup tanpa kerajaan, dia juga berpikir bisa membangun kawanannya sendiri.
"Bagaimana? Sudah memutuskan? Yang aku katakan benar, kan?"
Fei memalingkan wajahnya.
"Lebih baik kau istirahat atau kau bisa mati karena tidak bisa menjaga mulut."
Ucapan itu membuat Qin Ming tertawa terbahak-bahak. Baru kali ini ada yang berani mengancamnya seperti itu, perempuan pula.
"Dia mungkin benar-benar sang putri, itulah kenapa berani berbicara selantang itu. Dia menarik juga. Perempuan tak terlalu lemah," pikir Qin Ming.
Mereka melanjutkan perjalanan beberapa hari sebelum tiba di kediaman yang dimaksudkan. Fei belum bisa memutuskan apakah ini pilihan baik atau buruk. Kawanan penjahat ini lebih baik kelihatannya dibandingkan dengan yang dia temui beberapa waktu lalu. Niat membunuh mereka juga tidak terlalu besar.
Pengetahuan Fei memang tidak banyak mengenai dunia luar. Itulah sebabnya dia agak kewalahan.
Namun, kalau mereka baik kenapa malah menghancurkan pelabuhan? Ada apa sebenarnya? Apakah itu salah satu kekejaman di dunia yang belum dia ketahui?
Fei kembali mengingat beberapa pelajaran yang diberikan oleh He Xue, gurunya dan juga ayahnya.
"Mungkin manusia jahat itu memang relatif, baik juga sama. Selama ada kepentingan dan keperluan orang akan baik. Lalu apa yang dia perlukan dariku? Jangan-jangan gelarku mau dijual?"
Fei sempat berpikir seperti itu. Namun, melihat kelompok ini tidak suka dengan kerajaan, mana mungkin ada niat itu.
"Atau, tuannya akan menjadikan aku selir?"
Pikiran yang kedua membuat Fei ketakutan. Dia lebih suka dibunuh atau dipenjara daripada harus menjadi selir dan menikah dengan paksa. Sangat beruntung ibunya walaupun selir, tetapi mendapatkan banyak cinta dan saling mencintai.
"Tuan, kita sudah sampai," kata seorang penjaga.
Qin Ming bangun dengan susah payah. Dia masih terluka walau sudah mulai sembuh dan tidak akan membuatnya mati seketika.
Ketika membuka matanya dia tersenyum dan menggoda, "Silakan Tuan Putri turun duluan," ucapnya.
Fei tak peduli dan langsung turun. Sekeliling dia melihat kediaman yang indah, terawat dan terasa seperti rumah.
"Tuan sudah kembali," sapa beberapa murid di sana.
Daripada sekelompok penjahat, mereka malah terlihat seperti sekte terpelajar dan terlatih dengan baik. Fei akhirnya sadar kenapa pakaian kelompok ini sangat rapi dan tidak mirip dengan penyamun jalanan yang keji.
"Ini adalah?"
"Kediaman Tuan Jiang," kata Qin Ming padanya.
Fei tidak yakin siapa pria yang disebut apakah dia baik atau tidak.
"Lalu?"
"Silakan masuk, kau akan tahu. Mereka tidak akan membunuhmu dan aku menjamin," ucap Qin Ming dengan sangat yakin.
Pria itu walau menyebalkan memang masih bisa dipercaya ketika melihat ekspresi wajahnya dan juga ucapannya yang begitu meyakinkan. Sesekali Fei malah takut pada kemampuan berbicara yang manis. Biasanya pembicara manis bisa sangat kejam dalam membunuh dan dia sudah menyaksikan apa yang dilakukan pria ini. Dia hanya terlihat manis ketika topengnya sudah dibuka.
"Bengis sekali, di balik topeng itu ternyata malah berbeda," gumam Fei sambil melangkah masuk mengikuti pria yang beberapa hari ini menjadi teman seperjalanan.