Leonar tak tau apa lagi yang harus ia lakukan rasanya ia benar-benar sudah ingin menangis sampai seseorang menepuk pundaknya Leonar pun menoleh.
"Bapak cari rujak?" tanyanya.
Leonar pun menganggukan kepalanya.
"Sampai kapanpun pintu enggak akan dibuka karena tukang rujaknya sudah pindah ke sana," ucap laki-laki itu menunjuk pada sebuah rumah besar dan di sana banyak orang-orang yang mengantri untuk membeli rujak.
Melihat rumah besar yang ia lewati tadi dan dia harus berjuang sampai ke sini. Sekali lagi Leonar menepuk keningnya sendiri. Ia merasa sangat konyol.
Tak sampai sepuluh menit rujak Mak Edah pun sudah di tangan Leonar. Ternyata rumah besar itu tempat tadi Leonar memarkir mobilnya. Rasanya ia seperti dikerjai habis-habisan.
"Maafkan saya Pak? Saya sendiri tak tau tempatnya di mana?" Bili merasa bersalah karena sudah membuat Leonar menahan kesabaran untuk sampai ke sini.