Chereads / Story at school / Chapter 38 - TENTANG DIA, SAPI PERAH DALAM KEHIDUPAN II

Chapter 38 - TENTANG DIA, SAPI PERAH DALAM KEHIDUPAN II

Dalam beberapa saat, turunnya posisi kami terasa lebih cepat daripada saat naik tadi, akan tetapi itu mungkin hanya perasaanku.

Saat gerakan tiba-tiba Rainata tadi, dia selalu mencoba lari dari mata kemata kami, fakta bahwa dia sedang menyembunyikan malunya adalah dengan menutup sebagian bibirnya yang sedikit terlihat sedang tersenyum.

Setelah itu, di sebuah tempat yang sedikit lebih sepi, tepatnya taman untuk lebih bersantai, aku dan Rainata duduk di kursi taman yang menghadap langsung kearah sangkar burung itu.

Jika dipikir-pikir, di tempat kami duduk ini lebih mirip halte bis umum daripada kursi taman, pasalnya ada benda yang melengkung dan menjadi atap bagi kami berdua.

Atap itu melengkung, melindungi panas matahari yang terkadang muncul dari awan sore yang sudah mulai kekuningan.

Entah mengapa di sini terasa sangat damai, padahal suara ricuh dari orang-orang yang sedang menikmati hari libur mereka masih terdengar jelas, meskipun begitu di sini benar-benar terasa sangat damai.

Yah, jarak kami berdua sedikit melebar, yah tentu saja aku agak risih dengan apa yang baru saja terjadi, aku bahkan masih bisa merasakan bahu lembut Rainata di sini.

Sekali lagi aku mencoba melirik kearah Rainata, dengan anggunnya dia menatap ranum tempat yang tak lama kami keluari.

Matanya seolah berbinar, menyatu dengan sinar matahari sore, seolah sedang menyapu lembut angin yang beberapa kali berhembus kearah kami.

Angin itu berhembus cukup kencang, tak lama setelah merasakan itu Rainata kali ini memindah rambut hitam panjang itu kepundak kanannya, rambut itu berkibar, menyapu pandangan ku yang sudah benar-benar terpesona dengan tingkah simpelnya.

Sial, aku harus sadar.

Aku harus mendinginkan kepalaku dengan sesuatu.

Aku sedikit menarik nafas panjang, berdiri seolah meminta Rainata untuk menanyakan aku ingin kemana.

"Mau kemana?"

"Tungguin disini aja, ke sana bentar."

Aku menunjuk kesebuah kedai, tak jauh dari kami saat ini, terlihat jelas.

Oke, aku akan sedikit bercerita hal yang memalukan.

Sebenarnya saat ingin masuk kedalam keranjang burung itu....

"Aku aja yang bayar."

Yah, satahuku ini memang tugasku, dari apa yang aku pelajari dari film-film yang Yuuki tonton.

Dan, buktinya...

"Hey Zell, nyari uang itu susah lho, nanti bla bla bla bla bla...." Dan seterusnya.

Aku malah di ceramahin di depan penjaga wahananya, bahkan si penjaga itu ketawa, sial!

Jadi, bagaimana aku memberikan es cream yang baru saja aku beli ini untuknya?

Tak lama setelah aku kembali kerahnya dengan membawa es cream cup dengan rasa yang berbeda kini aku malah bingung dengan apa yang harus aku katakan.

Aku kembali duduk di sampingnya, kali ini aku sedikit menutup jarak antara kami yang sedikit melebar, mengarahkan kedua tangan ku sambil memegang dua es cream tadi.

"Pilih satu, anggep aja hadiah terima kasih."

Mungkin saja, dia akan menerima rasa terimakasih ku, maksudku.

"Terimakasih?"

"Ya... Udah mau ngabulin permintaanku."

"....."

Permintaan saat itu.... Ah, kenapa aku harus mengingatnya.

Wajah Rainata juga sedikit lebih merah, dengan cepat dia mengambil cup berwarna merah itu lalu memalingkan pandangannya.

.... Apa-apaan itu? Dia terlihat sangat manis, cih sial! Kenapa denganku?

Untuk menghentikan perasaan aneh ini aku membuka bagianku dan memakannya.

Bagian anehnya setelah tak lama, Rainata benar-benar duduk dengan gelisah, aku juga tak begitu mengerti tapi dia terlihat sedang sangat gelisah.

Apa yang terjadi! Apa ada yang aneh?

Wait! Wait! Wait! Biarkan aku mencerna ini! Di sini ada aku dan Rainata, serta es cream yang memiliki dua rasa yang berbeda.

Sial, kenapa? Kenapa aku malah beli dua rasa yang berbeda?

Maksudku, pasti dalam pikiran sekarang ini sedang berkecamuk.

Ini salahku, aku terlihat seperti orang yang ingin bertukar rasa dengannya harapanku, tidak! Mana sanggup aku memperagakan apapun itu.

Adegan suap-suapan sepasang kekasih itu masih terlalu cepat, apapun itu aku harus lari lagi!

Kembali lagi aku berdiri, kali ini aku benar-benar sudah tak karuan dari tadi.

"Eh? Mau kemana lagi?"

"Ketoilet bentar, tunggu di sini aja yah."

Tanpa menunggu jawaban darinya aku berlari kearah toilet yang tadi sudah kutemukan sebagai orang yang hebat dengan memperhatikan hal kecil.

Huuuhhh..... Tenang, Zell, tenanglah.... Tenang.....

Kemudian, setelah selesai dengan urusanku, aku kembali ke tempat tadi, dan melihat jelas bahwa Rainata benar-benar sedang menungguku.

Tak melakukan apapun, duduk diam sambil sedikit terpaku dengan tampat tinggi yang kami naiki tadi.

Es milik Rainata tadi mungkin sudah habis, yah aku memang sengaja sedikit lama untuk membuat itu cair.

Lalu setelah aku lebih dekat lagi dan Rainata juga sudah menyadari kehadiranku, kini Rainata berdiri.

"Mau jalan lagi?"

"Iya, muter-muter lagi."

Rainata menepuk-nepuk celana hitamnya itu, lalu melangkah dengan tangannya yang sangat gemulai kearahku.

Dalam hal ini, aku ingin memeriksa jam di HP yang ada di sakuku, tapi saat aku mengangkatnya dan mulai menyalakan layar dari HP milikku, tiba-tiba saja tangan putih datang, menekan pelan kebawah sebelum aku melihat jam berapa sekarang.

Tangan putih itu adalah tangan Rainata, padahal tangannya sangat perlahan namun tanganku seolah mengikuti kehendaknya.

"Zell, kamu udah pernah nonton watakoi nggak?"

"Pernah."

Watakoi? Tentu saja pernah, jika ingatanku benar saat adegan ngedate, mereka melarang hal-hal yang berbau anime, game atau sejenisnya.

Kesampingkan itu dulu, apa aku nggak salah dengar? Rainata baru saja menggunakan kata kamu? Apa aku salah denger? Yah aku cuman salah denger, nggak salah lagi.

"Jadi, sini Hp kamu, biar aku aja yang simpen."

Ah, sial! Ternyata benar!

Mungkin karena kekalutan dalam diriku, aku dengan mudahnya memberikan Hp ku ketangannya yang sudah menengadah.

"Jadi, apa... hukumannya apa?"

"Nanti deh, aku pikirin."

Bukan, yang ingin aku bilang adalah "apa aku juga harus mengubah kata kau menjadi kata kamu?"

Argh, sial, bikin pusing saja.

"Kalo gitu kamu udah satu."

..... Pada akhirnya aku mengatakannya juga, hedeh, rasanya ada yang aneh dengan lidahku.

"Hah? Kok gitu? Yang tadi belum dihitung!"

"Dihitung."

"Nggak ah.."

Dalam perdebatan simpel kami, aku berbalik membuka langkah baru untuk diikuti oleh Rainata.

"Dihitung."

"Heemmm, aku bilang enggak ya enggak."

Sembari menarik nafas dan mendengus kencang Rainata sembari lari kecil sudah berjalan di sampingku.

Banyak yang berlalu, dari tadi kami berdua hanya keliling-keliling tanpa arah, meskipun begitu arah dari jalan kami selalu sama, tak pernah berubah.

Contohnya saat kami melihat kios baju, berjejer horizontal dan terlihat lebih besar dari kios-kios di sekitarnya.

Kalo nggak salah, aku pernah bilang bahwa aku ini nggak bisa ngenilai seseorang.

Yah, itu kenyataan. Tapi bagaimana pun juga semua baju yang dirapatkan Rainata di antara bahu-bahunya terlihat sangat cocok.

Dalam hal ini, aku bisa bilang bahwa aku mendapatkan acara fashion show salam beberapa saat.

Yah, aku lebih suka menyebutnya dengan cosplay!

Bedanya, event ini seolah sedang dikhususkan untukku.

Hari ini benar-benar luar biasa!