Chapter 17 - Tunangan

"Semua orang memiliki resiko untuk mendapatkan luka."

_______________________________________________

Suara deringan di setiap lorong sekolah berbunyi keras dan bergema, menandakan waktu belajar dan mengajar telah usai. Para murid yang memakai seragam putih abu-abu yang nampak melakukan ujian akhir semester satu serempak untuk bergegas mengumpulkan lembar ujian mereka lalu melangkah keluar dari kelas.

Senja meraih tasnya seraya mengambil udara dalam-dalam dan menghela napas berat, akhirnya ujian-ujian itu telah berlalu. Bukan, tentu saja bukan semuanya. Tapi hanya beberapa. Senja belum bisa santai karena di semester 2 akan ada ujian kompetensi, ujian tengah semester, ujian akhir semester, dan ujian nasional. Belum juga ujian masuk ke perguruan tinggi. Haduhhh... membayangkannya saja sudah sangat melelahkan. Sangat berat.

Dia kembali menghela napasnya, lelah.

Seketika seseorang merangkul bahunya dari belakang, "Lusa sudah masuk musim liburan, main kuy! kuy kuy?!" ucap Alex.

Senja meliriknya sekilas malas lalu kembali menatap lorong yang sedang dia telusuri.

"Mukamu kenapa ih? Murung gitu.." lanjutnya, kakinya mengikuti kemana Senja melangkah.

Seketika Rere menghentikan Senja,

"Kita harus bicara, Senja." sahut Rere nampak serius yang ternyata sedari tadi ada di belakang Alex dan Senja.

Gadis itu menghentikan langkahnya, dia tau, pasti Rere akan menanyakan tentang kejadian kemarin, kejadian antara dia dan Bima.

Kejadian dimana Bima mencium Senja dan tak sengaja terlihat oleh Rere dan Alex disana.

"Mmmm..." Senja kebingungan.

"Emm apa?" tanya Rere tegas.

Alex yang sedang berada di antara dua gadis itu juga bingung harus berbuat apa,

"Gini, kita cari tempat duduk dulu saja bagaimana? Biar enak ngobrolnya." ucap Alex membujuk dengan cemas.

"Tidak, tidak. Aku hanya butuh penjelasan dia sekarang."

Senja pasrah, Rere pasti sangat kesal karena Senja tidak pernah menceritakan apapun tentang dia dan Bima sebelumnya.

Karena memang sangat berisiko untuk kuliah dan karir Bima maupun untuk sekolahnya.

Tapi Rere adalah sahabat Senja, Senja akan merasa bersalah karena menyembunyikan hal ini terus menerus dan Rere pasti mengira dirinya tidak dianggap sebagai seorang sahabat.

"Kau punya hubungan apa dengan Pak Bima?" tanya gadis itu.

Alex ikut menoleh ke arah Senja dengan penasaran.

Hening, banyak orang berlalu lalang melewati mereka tapi terasa sangat hening karena Alex dan Rere sama-sama menunggu jawaban dari Senja.

Gadis itu melirik ke dua orang yang sedang menatapnya tajam, dia pun mengangguk pasrah.

Terlihat jelas raut terkejut dari mereka.

"Sejak kapan?" tanya Alex.

"Sejak dia menciumku di belakang gedung sekolah." jawab Senja pelan.

Lagi-lagi Rere dan Alex terkejut mendengarnya.

"Kau tahu kan bagaimana risikonya jika semua orang tahu kau mempunyai hubungan dengan seorang guru? Apalagi Pak Bima itu wali kelas kita sendiri." kini Rere menanyakan hal yang berhasil membuat kering tenggorokan Senja.

Senja menutup mulutnya rapat.

Alex seketika panik, "sudah sudah.. mungkin memang itu takdir mereka, Re. Kita sebagai teman Senja hanya bisa membantu." ujarnya pada Rere seraya menepuk bahu gadis itu pelan.

"Aku tak masalah Senja mempunya hubungan dengan siapa pun, kecuali jika dia sudah berani menyembunyikan sesuatu padaku, itu masalah sekali untukku."

Rere mendengus, "dau kau tak tahu, Lex. Senja jika sudah jatuh tuh bagaiman."

"Sorry." balas Senja lirih.

"Aku hanya tak mau kau terluka." lanjut Rere.

=====

Langit tampak gelap dan angin terasa menusuk kulit Senja saking dinginnya. Pikirannya terus melayang sejak tubuhnya duduk di kursi samping pengemudi. Padahal Bima berkali-kali meyakinkannya untuk tetap tenang, tapi bagaimana bisa?

Kepalanya seakan berdenyut, pusing, kenapa Bima membawanya seperti ini?

Senja menutup pintu mobil dengan perlahan, dia pun berulang kali menarik lalu menghembuskan napasnya dengan gusar. Dia sangat gugup. Bagaimana tidak, saat ini Senja sudah berdiri tepat di depan rumah mewah milik keluarga Bima.

Kalian pasti bertanya-tanya, kenapa Senja bisa berada di tempat ini?

Beberapa jam yang lalu, Bima tiba-tiba datang ke rumah Senja untuk memintanya menemani Bima di acara keluarga yang katanya acara peringatan atas kelahiran anak pertama dari kakak Bima yang berarti cucu pertama di keluarga besar Johannes. Dan ibu Senja menyetujuinya.

Jika mengingat kembali latar kejayaan keluarga Johannes, Senja merasa dirinya hanya ranting kecil yang Bima bawa ke dalam rumahnya. Bagaimana respon keluarga Bima nanti? Kenapa nyali Senja jadi ciut seperti ini? Kemana perginya Senja yang tak peduli apa pun itu?

Bima menepuk bahu Senja pelan lalu meraih tangan Senja untuk menggenggam tangan mungil gadis itu seraya melangkahkan kaki masuk.

Benar saja tubuh Senja seketika lemas.

Baru saja selangkah kaki Senja menginjak lantai rumah mewah ini, matanya terbuka sangat lebar.

Rumah Bima terlihat seperti sebuah istana, sangat besar, luas, dan antik, mirip seperti yang Senja liat di kartun kerajaan sering dia tonton di masa kecilnya. Kenapa Bima memilih untuk tinggal di apartment milik Wisnu? Padahal semua fasilitas dapat dia dapatkan. Segitu kekeuh-nya Bima dengan mimpinya?

"Bima ini siapa, Nak?" tanya wanita paruh baya dan berhasil membuat Senja tersadar dari lamunannya.

Dia baru sadar jika dirinya dan Bima sudah berada di ruang utama dengan sorot mata yang banyak tertuju padanya, rasa gugupnya bertambah parah. Keringatnya mengalir sembunyi-sembunyi dibalik gaun sederhananya.

"Perkanalan Bu, ini Senja, pacar Bima." balas Bima, Senja langsung tersipu.

"Pacar? Bima ikut Ayah! Kita harus bicara." sahut orang yang menyebut dirinya ayah Bima. Perawakannya sangat menyeramkan persis seperti Dewa.

Bima mengekor ke mana Johannes pergi, sedangkan ibunya yang terlihat khawatir pun ikut membututi kedua orang itu. Kenapa suasanya menjadi panas begini? Tidak sengaja mata Senja berpapasan dengan Dewa yang menatapnya tidak suka. Ah, Senja lupa, Dewa adalah kepala sekolahnya. Dia pun menundukan kepala.

Bagaimana jika Senja bertemu Dewa di sekolah nanti? dengan status yaitu pacar adiknya adalah muridnya sendiri?

Tamat sudah.

"Kau Senja?" sapa seseorang, gadis itu mengangkat wajahnya.

Dia mendapati seorang wanita anggun yang sedang menggendong bayi mungil yang masih kemerahan, "Aku Meli, Kakak iparnya Bima." lanjutnya, Senja tersenyum lalu mengangguk.

"Kau lihat gadis di sana!" pinta Meli seraya menunjuk seorang gadis dengan gaun putih yang sangat indah dan cantik berada di antara ayah, ibu, dan Bima di jarak beberapa meter darinya.

"Dia Sisil, tunangannya Bima."

Senja terkejut bukan main, sedih dan ragu langsung dia rasakan bersamaan Meli yang berlalu meninggalkannya.

Bagaimana bisa? Apa benar Bima sudah bertunangan dengan gadis yang sedikit lebih tua dari Senja itu?

Apa benar? Bima bisa setega itu pada Senja?

Jika benar, sadarkah Bima sudah membuat Senja sangat kecewa pada dirinya? apa yang dia sembunyikan sebenarnya?