Tiga bulan kemudian...
"Bagaimana perasaanmu belakangan ini?. " tanya seorang dokter psikologis yang menangani Fanya.
"Yah, aku tak yakin. Aku merasa agak bingung, dan aku juga tidak percaya diri bertemu dengan orang lain. "
"Tentu saja.Kau baru saja bagun dari koma selama empat tahun.Jadi jika kau merasa baikan hanya dalam tiga bulan, itu akan menjadi aneh. "
Fanya menganggukkan kepala tanda setuju.
"Iya aku tahu. "
"Alasan kau kehilangan ingatan pada saat kejadian itu... adalah trauma, dan ini adalah gejala umun, jadi jangan khawatir. " ucap tersebut sembari membolak-mbalikkan kertas dihadapannya.
Fanya yang diajak bicara malah melirik ke samping, dia merasa ada orang di belakangnya.
Fanya mencoba membiarkan, mungkin itu hanya perasaannya saja.
"Baik.Tapi... " Fanya menghentikan ucapannya karena merasa ada orang yang mengawasinya di belakang. Fanya menoleh untuk memastikan kekhawatirannya, dan ternyata memang ada orang, dan seseorang itu adalah lelaki berbaju hitam.
Fanya memelototkan matanya saat seorang lelaki itu tersenyum padanya.
"Tak apa, katakan padaku. " dokter tersebut seperti mengetahui perasaan Fanya, dia pun mencoba menenangkan agar Fanya kembali meneruskan perkataannya.
"Aku dapat melihat. "
"Apa?. "
"Manusia."
"Manusia?. "
Fanya mengangguk "Ya."
"Dia manusia tapi... sebenarnya bukan manusia. "
air mata Fanya mulai menetes saat mengatakan itu.
Dokter itu tersenyum sedikit " Apa yang kau maksudkan?."
"Yang aku maksudkan adalah... dia berbentuk manusia... namun dia tak mengatakan apapun...dan dia tak memiliki ekspresi apapun.. dia selalu mengikutiku... menurutku hanya aku yang dapat melihatnya... "
"Bisakah kau melihat seseorang itu di sini?. "
"Iya, tadi aku melihatnya, namun sekarang sepertinya dia telah pergi. "
~~~
'Penghargaan prestasi,Kenan Melviano'
Fanya menyusuri ruangan kantor tempat ia bekerja.
Iya saat ini dia sudah diperbolehkan kembali bekerja karena kondisinya yang sudah dinyatakan sudah membaik, dan dia sekarang dijadikan sebagai asisten dari CEO perusahaan tersebut.
'Tok, tok, tok. '
"Masuk"
"Permisi pak, saya Regina Zefanya yang akan menjadi asisten bapak sekarang. " ucap Fanya sembari menundukkan badannya sedikit tanda hormat.
CEO itu yang sedang membaca beberapa berkas, dibuat terkejut akan yang dilihatnya kini. Dia pikir asistennya akan seorang lelaki yang gagah, namun apa ini? bahkan yang datang saat ini malah seorang wanita yang sedang tenar-tenarnya di medsos dan beberapa media lainnya.
"Ka-Kamu? Kamu wanita yang koma empat tahun itu kan?. "
"Iya pak, benar. " Fanya menjawab sembari menundukkan kepalanya.
'huh.. ' CEO itu mengusap kepalanya gusar, dan menaruh berkas yang dipegangnya ke atas meja kerjanya..
"Kenapa kamu bisa masuk di perusahaan saya?. "
"Kan bapak yang sudah menandatangani surat penerimaan kerja saya sebagai asisten bapak. "
CEO itu mengingat kembali apa benar yang dikatakan wanita di hadapannya kini.
Ternyata benar, dia telah menandatangani sebuah surat tentang penerimaan kerja seseorang sebagai asistennya tanpa membaca nama dan jenis kelamin orang tersebut, karena semua telah diserahkan pada asisten sebelumnya yang telah membaca semua file tentang orang-orang yang memasuki perusahaannya.
CEO itu menghela nafas dalam"baiklah, saya Kenan Melviano, selamat bekerja, dan meja kamu berada di sana. " ucap Kenan sembari mengarahkan Fanya pada meja dekat pintu yang dilewatinya tadi.
Fanya menganggukkan kepala sebagai jawaban
"Baiklah kalau begitu, silahkan mulai bekerja sekarang. "
"Baik pak, saya permisi. "
"Bagaimana orang gila bisa bekerja di tempat saya sih?. "
gerutu Kenan selepas kepergian Fanya.
"Apa yang kau lihat? kembalilah bekerja. "ucap Kenan pada obe yang membersihkan ruangannya saat ini.
" Ya ampun, tidak ada kedisiplinan belakangan ini. "
Kenan berucap sembari memijat dahinya.
"Pak."
"Astaga!. " Kenan yang kaget akan kedatangan Fanya yang tiba-tiba berada di depannya.
"Fanya? apa yang kamu lakukan?. " tanya Kenan dengan menatap tajam ke arah Fanya.
Fanya yang ditatap seperti itu malah cengengesan sendiri melihat respon dari atasannya itu ketika kaget.
"Maaf pak, saya kemari ingin menyampaikan kepada bapak, kalau nanti sore akan diadakan meeting di luar pak, di Cafe Parash.Tadi saya ditelfon dari pihak depan. "
"Baiklah.Dan.. oh ya saya minta kamu kalau berbicara pada saya jangan ngagetin, paham?. "
Fanya yang diajak bicara malah menggigit pipi kanan dan kirinya dari dalam menahan ketawa lalu mengangguk pelan.
"Gak usah ketawa, gak lucu. "seperti mengerti ekspresi Fanya, Kenan berucap dengan wajah datarnya.
Tanpa mereka berdua ketahui, ternyata mereka tengah diperhatikan oleh sosok Aldo yang melihat Fanya yang sedang menahan tawa itu.
" Hehe maaf pak, ya sudah, kalau begitu, saya pamit dulu. Permisi pak... "Fanya lalu berbalik hendak pergi ke tempatnya lagi, namun...
" Aaaa. "Fanya sedikit berteriak karena kaget melihat sosok lelaki yang selalu saja mengikutinya.
Kenan yang melihat itu pun menautkan alis bingung, pasalnya tak ada apapun di dekat Fanya, lalu mengapa dirinya berteriak?.
" Ada apa?apa yang terjadi?. "Kenan segera menghampiri Fanya
Fanya berbalik menatap ke arah Kenan yang kini berada di depannya.
"Sebelah sana.... lelaki itu... " ucap Fanya dengan nafas tak teratur.
"Lelaki baju hitam... huh.. hah.. huh... "
"Dimana? di ruangan ini hanya ada kamu dan saya. Apa obe tadi kembali lagi? tapi obe itu memakai seragam oren, bukan hitam seperti yang kamu maksud. "
"It-itu dia di situ, huh... hah... "
"Jangan ngada-ngada kamu, cuci muka sana dan kembali bekerja. "
"Dia tidak ada disana?dia mengenakan baju hitam pakh... "
" Sadarlah. "
"Dia baru saja disini tadi. " Fanya berucap sembari memegang dada mengatur nafasnya.
'Prok , prok'
Kenan menepuk-nepukkan kedua tangannya di hadapan Fanya.
"Sadarlah!, saya tahu kau sedang tidak stabil saat ini, tapi jangan bereaksi berlebihan.Mengerti?. "ucap Kenan lalu meninggalkan Fanya dan kembali duduk di kursinya.
"huh... astaga. "
Setelah kepergian Kenan, Fanya mencoba rileks, dan mulai beranjak untuk ke tempatnya dan kembali bekerja.
"Dasar orang gila kalau kerja ya gini jadinya. ckck. "
Kenan menggeleng-gelengkan kepala lalu kembali membaca berkas yang sempat tertunda tadi karena Fanya.
~~
"Dia benar-benar gila. "
"Kau tahu dia baru bangun dari koma, dia berada di tempat tidur selama empat tahun seperti mayat.Ini akan menjadi aneh kalau dia baik-baik saja. Kau harusnya mengerti dia."
"Apa yang kau bicarakan, jika dia masih sakit, seharusnya dia beristirahat sampai sembuh. Kenapa dia harus memberiku masalah?. "
ucap Kenan pada temannya melalui saluran telfon.
Temannya yang berada di telfon malah terdengar sedang tertawa terbahak-bahak.
"Hahaha Kenan... nan.... kamu harus jaga dia Nan, dia sedang dalam masa pemulihan, jadi jangan memberikan pekerjaan yang berat-berat dulu. "
"Kamu ini gimana sih, dia sekarang yang menjadi asisten saya, jadi gak akan ada pasalnya asisten bekerja jadi kuli. "