"Ini mungkin kamu akan sampai rumah malam, Fanya. Apakah kamu sudah mengabari jika kamu ada meeting?. "
Mereka yang kini berada di mobil setelah acara meeting tadi di Cafe, Kenan memutuskan untuk mengantar Fanya terlebih dahulu pulang ke rumahnya.
"Saya hidup sendiri pak, orang tua saya sudah meninggal ketika saya SMP."Fanya menjawab dengan sedikit menundukkan kepala.
Kenan yang sedang menyetir dibuat kaget akan perkataan yang diucapkan Fanya barusan.
Kenan langsung saja memberhentikan mobilnya di pinggir jalan.
" Aduh pak kenapa ngerem mendadak sih? "
ucap Fanya sembari mengusap-usap dahinya yang terpentok oleh dasboard mobil.
"Apa kamu bilang? maaf Fanya soal tadi, saya bener-bener gak tahu. "
Fanya tersenyum sebentar ke arah Kenan "Iya pak, gak papa. "
Kenan membalas dengan senyuman tipis di bibirnya.
"Ya sudah kalau begitu, kita lanjutkan perjalanan. "
~~
Selama perjalanan,tak ada percakapan apapun diantara Kenan dan Fanya sampai tibalah mereka di rumah kediaman Fanya.
"Terima kasih pak atas tumpangannya. " ucap Fanya sembari tersenyum penuh arti.
"Iya."
"Ya sudah pak,kalau begitu saya pulang dulu.Permisi."
Fanya pun turun dari atas mobil Kenan.
Kenan menatap kepergian Fanya yang sudah berada di depan gerbang rumahnya, lalu menstarter mobilnya kembali untuk segera pergi dari rumah Fanya.
"PAK KENANN !!!!. " Fanya berteriak sembari berlari mengejar mobil Kenan yang sudah mulai berjalan itu.
Kenan yang melihat Fanya dari kaca spion pun mengernyitkan dahi lalu memberhentikan mobilnya dengan segera.
"Mau apa lagi... tu orang?. "
Tak lama, Fanya tiba di samping pintu kemudi mobil Kenan dengan nafas tersengal-sengal.
"Pa-Pakh... huh... " Kenan pun segera menurunkan kaca mobilnya.
"Apa?. "
"Handphone saya ketinggalan pak. "
Kenan yang mendengar penuturan Fanya pun segera melirik ke kursi samping kemudi untuk melihat handphone milik Fanya. Dan ternyata memang benar bahwa handphone milik Fanya kini tertinggal.
Kenan menghela nafas, lalu mengambil handhpone tersebut dan diberikan kepada Fanya.
"Ini handphone kamu, ya sudah sana balik. "
"Iya pak, terima kasih, permisi."
Fanya berbalik hendak beranjak kembali ke rumahnya, namun dia dikagetkan dengan sosok lelaki yang lagi-lagi menghantuinya, yang saat ini berada di belakang mobil Kenan.
Kenan yang hendak melanjutkan perjalanannya, kini harus kembali terhenti karena Fanya.
"Aaa pak, pak Ke Kenan, tolong pak... " Fanya menghadang mobil Kenan yang hendak pergi itu.
Kenan yang sudah mulai geram pun mencoba menahan emosinya karena dia merasa dipermainkan oleh Fanya.
Kenan memberhentikan mobilnya, dan segera keluar menemui Fanya yang berada di depan mobilnya.
"Kamu mau mati ya?!. "
"P-pak to-tolong pak.... sa-saya takut pak.... hikss... "
dengan nada bergetar Fanya menangis.
Kenan yang melihat Fanya menangis pun mengerutkan dahi sembari menatap Fanya, apa yang akan diucapkan lagi dari mulut asistennya itu.
"Pak tolong saya pak.... "
"Iya apa?, cepat katakan, saya mau pulang ini. "
"Pak.. to-tolong pak... di belakang mobil pak... "
Kenan yang tak mengerti apa yang di ucapkan Fanya, langsung saja dia menoleh ke arah yang ditunjukkan oleh Fanya, yaitu di belakang mobil. Namun Kenan tak melihat apapun di sana, dia kembali menoleh ke arah Fanya lagi.
"Apa? Tidak ada apapun disana."
"Le-lelaki pakh.... "
"Lelaki? apa maksudmu?. "
"Dia se-selalu mengikutiku p-pak... tolong saya pak... hiks.. "
"Jangan ngada-ngada kamu, jangan terlalu banyak berhalusinasi.Sadarlah!. "ucap Kenan di depan wajah Fanya. " Di sana tidak ada apapun, atau lelaki yang kamu maksud, jadi pergilah, saya mau pulang, dan.. jika kamu terus-terusan begini, saya tidak akan segan-segan untuk memecatmu, masih beruntung saya menerimamu bekerja di perusahaan saya, coba kamu bekerja di tempat lain. Saya pastikan tidak ada yang akan menerima orang gila bekerja di tempatnya. "
Setelah berkata itu, Kenan berbalik menuju ke dalam mobilnya lagi tanpa memedulikan Fanya.
Fanya yang masih diam di tempat seraya menangis pun tanpa sadar darah segar mengalir dari hidungnya.
Dan beberapa saat kemudian...Fanya jatuh terkulai lemas di atas jalan yang ber aspal itu.
Kenan yang berada di dalam mobil sambil menunggu kepergian Fanya, pun terkejut saat melihat ternyata Fanya sudah pingsan di depan mobilnya.
"Loh! itu Fa-Fanya-" Kenan segera turun dari mobilnya dan menghampiri Fanya.
"Fanya! Fanya!bangun Fanya!. " sambil menepuk-nepuk pipi kanan Fanya.
Karena tak melihat respon apapun yang di berikan Fanya, Kenan segera membopong tubuh Fanya ala bridal style ke arah mobilnya.
~~
"Apakah anda suami pasien?. "
tanya seorang dokter yang menangani Fanya di rumah sakit.
"Buk-bukan dok, saya rekan kerjanya. "
Dokter itu menatap Kenan sebentar seperti berpikir apa yang akan dikatakannya lagi.
"Bagaimana keadaan Fanya dok?. "
"Em.. begini pak, karena tidak ada keluarganya di sini, maka... saya akan memberitahukan kepada bapak.Jadi mari ikut saya ke ruangan saya. "
"Baik dok. "
Kenan pun mengikuti dokter itu dari belakang, untuk pergi ke ruangan dokter.
~~
"Jadi begini pak. Apa sebelumnya pasien pernah mengalami koma yang panjang?. "
"Iya dok benar, dia pernah koma selama empat tahun, dan baru sadar beberapa bulan ini. "
"Oke baik. Jadi, pasien Fanya tolong jangan ditekan, karena pasien sedang dalam masa pemulihan, dan pasien juga sepertinya banyak pikiran akhir-akhir ini. Tolong kerja samanya ya pak."
"B-baik dok.Apa Fanya sudah boleh pulang?. "
"Pasien sudah diperbolehkan pulang, namun tolong perbanyak istirahat untuk pemulihannya ya pak. "
"Baik dok, terima kasih. Saya permisi dulu. "
ucap Kenan yang diangguki dokter yang memeriksa Fanya.
~~
"Kasihan juga si Fanya, tapi apa ya yang dimaksud Fanya tadi? Seorang lelaki? apa maksudnya?. "
gumam Kenan di depan pintu ruangan dokter tadi.
Kenan kembali berjalan dan menuju ke ruangan tempat Fanya dirawat.
'cklek... '
Pintu ruangan terbuka, dan menampilkan Fanya yang duduk di atas ranjang rumah sakit dengan wajah sedikit memucat.
"Fanya?syukurlah kamu sudah sadar. "
Fanya hanya diam memperhatikan atasannya itu berbicara.
"Fanya,kenapa kamu tidak menikah saja? supaya ada yang menjagamu nanti. Umurmu juga sudah matang kan untuk melangsungkan pernikahan?. "
"Maaf pak, tapi saya tidak berpikiran sampai ke sana, entah mengapa saya tidak mengerti. Dan.. terima kasih banyak pak sudah mengantar saya ke rumah sakit, saya banyak merepotkan bapak di hari pertama saya bekerja."
Kenan tersenyum tipis menanggapi ucapan Fanya barusan.
Tak berselang lama, Fanya kembali berucap.
"Jika... bapak ingin memecat saya, saya tidak apa-apa pak. Saya sadar, saya merasa memang sudah seperti orang gila saja, saya selalu melihat hal aneh dan sampai sekarang pun saya belum mengingat apapun memori kehidupan saya. "
ucap Fanya melemah sembari menundukkan kepalanya.
Kenan yang merasa bersalah pun mencoba tersenyum miris memikirkan nasib Fanya yang begitu menyedihkan baginya.
"Jangan pikirkan itu,saya tidak akan memecatmu.Saya akan mencoba membantu mengembalikan ingatanmu."
ucap Kenan sembari tersenyum tipis kepada Fanya.