Chereads / Where Are You ?? / Chapter 2 - BAB [ 2 ]

Chapter 2 - BAB [ 2 ]

Empat tahun kemudian...

'cklekk'

Pintu terbuka dan menampilkan sosok wanita yang tengah berbaring tak berdaya di tengah-tengah ruangan bercat putih dengan bau obat-obatan yang sangat menyengat.

"Pertama, tolong periksa bagian vitalnya, lalu penyerapan oksigennya, dan irama EKG nya. "

"Aku akan memeriksa reaksi kesadarannya. "

ucap seorang dokter sambil memeriksa keadaan seorang wanita yang tengah berbaring tak berdaya di atas ranjang rumah sakit itu.

"Omong-omong berapa usia pasian ini dok?. " tanya seorang suster sembari memeriksa mesin EKG di depannya.

"Dia berusia 25 tahun sekarang. "

"Aku merasa kasihan padanya. "

"Dia mengalami mati otak dan tidak sadar selama empat tahun. Dan sekarang dia memasuki usia 25 tanpa bisa melakukan apapun. Hanya keajaiban yang dapat membangunkannya. " ucap seorang dokter tersebut dengan nada kasihan kepada wanita itu.

'Regina Zefanya, 25 tahun'

tulisan identitas di bawah ranjang tempat tidur wanita itu.

~~

pada malam harinya, jadwal pemeriksaan seorang suster pada Fanya dilakukan.

"Aku bisa menyuntikmu lebih awal bukan?. " ucap seorang suster yang datang dengan membawa alat-alat suntik di tangannya.

"Aku biasanya tidur lebih awal, jadi aku akan menyuntikmu dulu. "

Setelah menyuntik Infus dan lengan Fanya, suster tersebut hendak berbalik untuk melanjutkan tugasnya ke pasien lain, namun tiba-tiba ada yang mencekal tangannya dari belakang.

"AAAAAA." suster tersebut berteriak dengan sangat keras karena saking kagetnya, mungkin dia kira itu adalah hantu, karena memang tengah malam dan hanya ada suster itu dan Fanya yang tertidur di ruangannya.

Suster itu membalikkan badannya, dan ternyata yang mencekal tangannya adalah Fanya dengan mata yang membuka menutup, belum sepenuhnya sadar.

Suster itu memelototkan matanya, dia merasa kaget. Pasien yang empat tahun tak ada pergerakan, dan ini tengah tersadar di hadapannya? sungguh tak dapat dipercaya. ckck.

"Ka-Kamu ud-udah sa-sadar?. " suster itu bertanya pada Fanya dengan nada yang terbata-bata, dia masih tak percaya dengan yang dilihatnya kini.

Tak ada respon yang diberikan oleh Fanya, suster itu kembali berteriak memanggil seorang dokter untuk segera memeriksa keadaan pasien yang kini berada di depannya itu.

"DOKTER.... DOKTER.... PASIEN RUANG 134 SADAR... "

suster itu berteriak memanggil dokter yang saat ini berada di ruangan samping tempat Fanya berada.

Dokter yang tengah memeriksa keadaan pasien lain pun terkejut pastinya, dokter itu langsung berlari ke ruangan tempat Fanya berada untuk memastikan kebenarannya dan meninggalkan pasien yang tadi di periksanya. Ia tak memikirkan apapun, mungkin ia lupa jika dia sedang memeriksa pasien lain.

Tak lama datanglah beberapa dokter ke ruang 134 ruangan Fanya berada. Iya tadi suster itu langsung memencet tombol darurat yang sudah disediakan untuk jika ada pergerakan yang Fanya lakukan,maka para dokter akan segera mengetahuinya.Tombol itu berada di sebelah ranjang Fanya.

"Pasien sudah sadar dok. " lapor suster itu pada beberapa dokter dihadapannya.

"Detak jantungnya normal, dan tak ada bahaya lagi di area badannya, pasien ini sudah sadar full. "

ucap salah satu dari dokter yang memeriksa keadaan Fanya saat ini.

"Ini sungguh keajaiban, gak ada yang mengira kalau pasien ini akan sadar secepat ini sebelum hari penentuan tiba. " salah satu dari dokter itu berucap dengan sangat tak menyangkanya pada keadaan Fanya yang membaik kini.

Para dokter memang sudah memperkirakan dengan hitungan mereka, jika Fanya mungkin akan tersadar kurang lebihnya tiga bulan lagi, dan sekarang apa? Fanya bahkan sadar lebih cepat dari perhitungannya.

~~

"Bagaimana seharusnya kita menghadapi situasi ini? pasien ini terbangun setelah empat tahun?. "

para dokter dibuat kesusahan sendiri, karena saking tak menyangkanya ada pasien yang koma beberapa tahun.

"Tapi itu benar-benar sulit dipercaya... bahwa sistemnya masih berfungsi normal. "

~~

"Nona Fanya,di malam 27 september 2016,apa yang sudah terjadi di tempat itu?." tanya seorang detektif pada Fanya setelah Fanya dinyatakan sudah membaik secara total.

"Aku sudah bilang berkali-kali kalau aku tidak bisa mengingat itu.

" Baiklah, aku akan bertanya padamu lagi.

Kenapa kau pergi kesana?. "tanya satu detektif lainnya.

"Aku sudah bilang, aku tidak tahu.Aku tak tahu kenapa aku ditemukan disana. "

"Pikirkan baik-baik. "

"Salah satunya ditemukan mati ditusuk. Dan kau, nona Fanya, ditemukan hanya beberapa meter dari jasad itu. Kau tidak sadarkan diri. Bukankah kau pikir itu jelas kenapa kita mempertanyakan itu?. "

"Kau mengenal pria ini kan?. " ucap detektif pertama yang bertanya pada Fanya sambil menunjukkan gambar foto seorang lelaki, yang tak lain adalah Aldo.

Fanya mendongak ke arah detektif itu dan mengambil foto yang ditunjukkan padanya dari tangan detektif tersebut.

Fanya memperhatikan dengan seksama lalu menggelengkan kepala.

"Tidak.Apa dia orang yang ditemukan meninggal pada malam itu?. "

Kedua detektif itu saling tatap lalu menghembuskan nafas dalam.

"Kalau ini pasti kau tahu. " ucap detektif itu sembari menunjukkan kotak beludru berwarna merah, kepada Fanya.

Fanya mengerutkan dahinya, dan mengambil kotak beludru di hadapannya.

Fanya membuka kotak beludru tersebut, dan betapa terkejutnya dia melihat isinya, cincin.

Fanya dibuat melongo oleh cincin itu karena didalam cincin itu terdapat tulisan huruf A & F.

"Cincin siapa ini? apa ini cincinku? tapi ini seperti cincin nikahan?. "

Detektif itu mengambil cincin dan kotak beludru dari tangan Fanya dan menyimpannya kembali.

"Baiklah aku akan bertanya padamu lagi. "

"Pada malam itu, 27 september 2016,apa yang sudah terjadi?. "

Fanya mendongak lalu beranjak berdiri ke arah jendela belakang tempat kedua detektif yang sedang mengintrogasinya berada.

"Aku juga sudah mau gila karena ingin tahu apa yang sudah terjadi. Apa yang terjadi hari itu? Kenapa aku pergi kesana? Bagaimana ingatanku pada hari itu menghilang semuanya?. "

Fanya berkaca-kaca dan berbalik menatap kedua detektif dihadapannya.

"Jika kau punya sedikit petunjuk yang akan membantuku mengingatnya, tolong katakan padaku. " ucap Fanya sedikit bergetar menahan tangisnya yang akan keluar sebentar lagi.

Fanya menunduk sebentar lalu kembali mendongak

"Aku akan sangat berterima kasih. "

Kedua detektif itu saling menatap sembari mencerna perkataan dari Fanya barusan.