Tenda perkemahan sudah di dirikan sejak tadi siang, tetapi Melody masih sibuk dengan tasnya.
"Dy nyari apaan sih, kayaknya rempong banget?," tanya Raya sahabatnya.
"Itu gue lagi nyari anduk, udah ga betah pengen mandi di sungai," jawab Melody, yang masih membongkar isi tasnya.
"Oh lagi nyari anduk rupanya, mungkin ketinggalan kali di rumah sebelum berangkat ke sini," Raya lagi.
"Ga mungkin ah…gue inget banget kok, semalem gue udah packing dan anduk itu udah ada dalem tas gue," ucap Melody, yang tak percaya ucapan Raya.
"Yahudah gue coba cari anduk baru buat loe, siapa tau pengurus mapala punya yah," sambung Raya.
"Boleh deh, thanks yah Ray," ucap Melody, yang berhenti mencari anduknya di tas karna kelelahan.
"Kak sorry mau minta tolong nih, temen saya anduknya ga kebawa kakak pengurus punya anduk baru ga buat temen saya?," tanya Raya perlahan, yang menghampiri tenda pengurus mapala.
"Eh, punya anduk baru lebih ga guys?," tanya ketua mapala pada yang lainnya.
"Ga ada bro, kita semua Cuma bawa satu," jawab mereka serempak.
"Yahudah, pake anduk gue aja kebetulan bawa dua nih," ucap ketua mapala pada Raya.
"Makasih yah kak," ucap Raya.
"Sama-sama," ucap ketua lagi.
Dan Raya kembali ke tendanya untuk memberikan anduk pada Melody sahabatnya.
Melody pun segera menuju sungai, untuk mandi menyegarkan tubuhnya yang seharian beraktivitas.
"Thanks yah Ray…loe tuh, emang sahabat terbaik gue tau," ucap Melody, setelah kembali dari sungai sembari memeluk Raya.
"Iya sama-sama Dy…," ucap Raya, sembari menampakkan senyum di wajahnya.
"Eh tapi, btw loe dapet anduk ini dari siapa?," tanya Melody penasaran.
"Dari ketua mapala Dy," jawab Raya singkat.
"Yang mana sih orangnya? Maklum, gue belum familiar sama muka soalnya kan gue baru masuk mapala tahun ini," tanya Melody makin penasaran.
"Sini, gue tunjukkin sama loe," ucap Raya, sembari menarik tangan Melody.
"Itu tuh, orangnya yang lagi bakar ikan," sambung Raya lagi, sambil menujuk ke arah ketua mapala.
"Oh…itu orangnya kece abis yah, kirain gue serem gitu yah biasanya kan kalo anak pencinta alam serem, terus rambutnya gondrong," puji Melody.
"Wah…jangan-jangan loe, naksir lagi yah sama dia," ledek Raya jail.
"Ga ah…apaan sih loe, masa gue muji dia gitu doang di bilang naksir sama dia sih," ucap Melody, yang mulai salah tingkah.
"Awas loe, nanti ketulah malah suka beneran," goda Raya lagi.
"Swer deh, gue ga naksir sama dia," ucap Melody, sembari mengangkat kedua jarinya.
Sementara Rangga, sang ketua mapala memerhatikan mereka dari jauh.
"Oh itu orangnya, yang tadi ga kebawa anduknya, cantik gue suka," ucap Rangga pelan, yang matanya tertuju pada Melody yang berada di depan tendanya.
Malam pun tiba, Melody mulai mendekati api unggun kecil untuk menghangatkan tubuhnya dari cuaca dingin di hutan.
"Hai, gue boleh gabung?," tanya Rangga, yang tiba-tiba saja muncul di hadapannya.
"Aduh, mampus gue…baru tadi sore di omongin udah ada aja orangnya di sini," gerutu Melody dalam hati.
"Halo…boleh ga nih?," tanya Rangga sekali lagi.
"Boleh kok kak," jawab Melody.
"Oh iya, btw loe anak mapala baru yah? soalnya gue baru liat loe," ucap Rangga, membuka obrolannya dengan Melody.
"Iya kak, saya baru masuk mapala taun ini," ucap Melody kemudian.
"Oh…gitu yah, nama loe siapa?," tanya Rangga lagi.
"Namaku Melody kak," jawab Melody singkat.
"Nama gue Rangga," ucap Rangga, sambil menyodorkan tangannya pada Melody.
"Salam kenal kak," ucap Melody, yang menjabat tangan Rangga sembari tersenyum.
"Ray, si Melody sama siapa tuh?," tanya Rama.
"Sama kak Rangga ketua mapala Ram," jawab Raya singkat.
"Aduh…kecolongan gue sama ketua mapala itu, Melody kan gebetan gue dari semester satu" keluh Rama.
"Emang Melody mau sama loe?," ledek Raya.
"Yah…maulah tapi ga tau juga sih, yang jelas gue harus mempertahankan cinta gue sama Melody," ucap Rama.
"Ah sok puitis loe, jijay gue dengernya," ucap Raya, sambil masuk ke dalam tenda meninggalkan Rama sendiri di luar.
"Ah…loe ga asyik Ray, bukannya temenin gue di sini," gerutu Rama, sembari meninggalkan tenda Raya.
"Loe tuh ga peka yah Ram, jadi cowok gue tuh naksir loe udah lama tau," gumam Raya, dalam hati yang menitikan air matanya.
Sementara Rangga dan Melody asyik, berbicara banyak tentang banyak hal.
"Oh iya Dy mau bandrek ga?, Enak loe buat angetin badan," tanya Rangga.
"Boleh deh kak," jawab Melody.
"Yahudah, gue ambilin dulu yah," Rangga, yang pergi sebentar untuk membuat dua gelas bandrek.
Tak berselang lama, akhirnya Rangga datang kembali membawakan bandrek untuk Melody.
"Nih, bandreknya silahkan di coba," ucap Rangga, sembari memberikan segelas bandrek pada Melody.
"Makasih yah kak jadi ngerepotin nih," ucap Melody.
"Direpotin sama loe terus juga ga masalah, gue malah seneng bisa deket loe terus," ucap Rangga, sembari tersenyum.
"Ah…kakak, bisa aja deh gombalnya," ucap Melody, yang salah tingkah.
"Ih…serius, ga gombal kok ini mah," ucap Rangga, yang tertawa melihat Melody salah tingkah.
"Kak aku duluan yah, masuk ke tenda udah ngantuk soalnya," pamit Melody.
"Yahudah, sono tidur gih udah malem juga lagian," ucap Rangga.
Dan Melody pun kembali ke tenda, untuk beristirahat sementara Rangga masih berada di dekat api unggun kecil.
"Bukan cuma cantik, tapi loe asyik di ajak ngobrol Dy, gue makin suka sama loe," gumamnya pelan.
Melody dan teman kelompoknya, sibuk mencari jejak di hutan salah satu syarat untuk masuk sebagai anggota baru mapala.
"Dy coba loe liat peta, kita abis ini ke arah mana lagi?," Tanya Raya, yang terlihat lelah.
Sahabatnya pun, langsung melihat peta yang di berikan dari pengurus mapala.
"Kita abis ini, ke arah barat Ray buat nemuin bendera merahnya," jawab Melody, setelah melihat peta dan memegang kompas.
"Yahudah, ayo temen-temen kita berangkat ke arah barat," ajak Raya kepada yang lainnya.
Kemudian mereka pun, menelusuri sepajang jalan di hutan sampai pada akhirnya mereka menemukan bendera merah yang tertancap di pohon.
"Guys…gue nemuin benderanya nih," ucap Melody, sembari mengambil bendera merah itu dari pohon dan yang lainya pun menghampiri Melody.
"Terus, tinggal berapa lagi sisa bendera yang harus kita kumpulin?," tanya Raya.
"Masih ada empat lagi Ray," jawab Melody.
 "Masih banyak dong, aduh…gue udah ga kuat nih gempor kaki gue," ucap Raya histeris, sembari mengeluh sakit kakinya.
"Apa mau istirahat dulu nih, tapi nanti keburu gelap, ntar yang ada nyasar di hutan," ucap Melody.
"Yahudah, kita lanjutin perjalanannya deh, gue jadi semangat lagi nih," Raya, yang kembali bersemangat.
Dan mereka pun, meneruskan mencari jejak sampai menemukan kelima bendera merah.
Hari menjelang sore, semua kelompok yang mencari jejak sudah berkumpul di buper pengurus mapala pun sudah berdiri di depan mereka.
"Baik untuk menutup, kegiatan pada hari ini kami akan memeriksa satu persatu bendera yang berhasil kalian kumpulkan," ucap Rangga, ketua mapala lantang.
Dan pengurus mapala pun, menghitung bendera dari setiap kelompok setelah di hitung ternyata, kelompok Melody yang paling banyak mengumpulkan bendera merah itu.
"Baiklah, di kegiatan hari ini yang paling unggul adalah kelompok edelweiss yang di ketuai oleh saudari Melody," ucap Rangga bersemangat.
"Sok kegantengan, banget sih tuh ketua mapala," gerutu Rama, melihat Rangga dan Melody saling bertatapan satu sama lain.
Lalu Melody maju, untuk menerima piagam penghargaan dari pengurus mapala.
"Selamet kamu berhasil unggul, dari kelompok yang lain," ucap Rangga, sembari mengalungkan piagam penghargaan pada Melody seraya terseyum.
"Terimakasih kak," ucap Melody, yang membalas senyuman Rangga padanya.
"Untuk kelompok lain, yang belum berhasil tetap semangat karna masih ada kegiatan lain, yang menanti kalian dan jangan berkecil hati," ucap Rangga pada semua calon anggota mapala, untuk memberi dukungan pada semua yang ikut serta dalam kegiatan mapala.
Rangga sedang berusaha mencari sinyal, untuk menghubungi adik perempuannya.
"Susah banget sih, nyari sinyal disini," keluhnya, sambil melangkah mundur.
"Aw…sakit tau…," ucap Melody, yang tangannya terinjak kaki Rangga.
"Eits…sorry gue ga sengaja Dy," ucap Rangga.
"Emang kakak lagi ngapain sih, sampe bisa nginjek tangan aku?," tanya Melody heran.
"Gue lagi nyari sinyal, buat telpon adik kecil gue…abisnya, gue kangen dan khawatir sama dia," jawab Rangga.
"Oh…lagi cari sinyal, naik aja ke atas pohon pasti dapet deh," usul Melody.
"Yang bener Dy?, Wah…asyik tuh gue bisa nelpon adik gue," Rangga.
"Iya beneran, coba aja kalo ga percaya deh," ucap Melody.
"Tapi loe, temenin gue naik ke atas yah," pinta Rangga.
"Ih…buat apaan? Kan, yang mau telponan kakak," ucap Melody.
"Buat, ngenalin loe ke adik gue," ucap Rangga, yang menampakkan senyum di wajahnya.
"Ih…kata-kata kak Rangga, bikin gue melting nih," gumam Melody dalam hati.
"Yahudah, aku temenin ke atas deh," Melody pasrah pada Rangga.
"Nah…gitu dong, kan seru kalo ada yang nemenin," ucap Rangga.
Dan mereka pun, memanjat pohon untuk mendapatkan sinyal.
"Halo, adik cantik lagi ngapain tuh?" tanya Rangga perlahan, saat ponselnya telah terhubung.
"Halo kakakku yang paling ganteng, aku lagi main boneka nih di rumah," jawab Rara adik Rangga.
"Oh…kamu lagi maen boneka, oh iya dek ada yang mau kakak kenalin nih sama kamu," ucap Rangga, sembari melirik ke arah Melody.
"Siapa kakak, yang mau dikenalin sama aku? Pasti pacar kakak yah…," tanya Rara penasaran.
"Namanya kak Melody, temen baru kakak bukan pacar kakak dek, tapi akan jadi pacar kakak nanti," ucap Rangga, yang menatap tajam Melody.
"Oh my god…dia bilang akan jadi pacar!!! Kok gue jadi nervous gini yah," gumam Melody dalam hati.
"Rara doain deh, semoga kak Melody cepet jadi pacar kakak," ucap Rara polos.
"Amin…makasih yah dek udah doain," ucap Rangga.
"Nih mau ngobrol ga sama adik gue?," tanya Rangga.
"I…ya kak, aku mau ngobrol sama adik kakak," jawab Melody terbata-bata.
"Halo adiknya kak Rangga, namanya siapa cantik?," tanya Melody, dengan sapaan hangat.
"Halo juga kak Melody…namaku Rara, kak seneng deh bisa kenal sama kakak," jawab Rara dengan ceria.
"Ngomong-ngomong, kamu udah makan belum?," tanya Melody lagi.
"Udah dong kak…kalo aku ga makan nanti sakit," jawab Rara polos.
"Ih…pinter banget sih kamu, nih ngobrol lagi sama kak Rangga," ucap Melody, sembari mengembalikan ponsel milik Rangga.
"Halo dek, yahudah yah kakak tutup telponnya dulu, lagian bentar lagi kakak pulang kok ke rumah," ucap Rangga sembari mengakhiri obrolannya.
"Yahudah deh kak, sampe ketemu nanti di rumah yah…dadah," ucap Rara seraya menutup telponnya.
Malam puncak api unggun pun tiba, semua sibuk mempersiapkannya termasuk Melody dan teman-temannya berharap bisa menjadi anggota tetap mapala.
"Guys sebelum acara dimulai, kita berdoa supaya kelompok kita masuk jadi anggota mapala yah," ucap Melody, yang sedang berkumpul di depan tendanya.
"Iya amin Dy…," ucap teman-temannya serempak.
"Semua harap berkumpul, acara puncak pengangkatan anggota mapala akan segera dimulai, jadi kami harap tidak ada yang masih di dalam tenda," ucap sang pembawa acara, dengan memakai toa.
"Yahudah, yuk disuruh kumpul tuh," ajak Melody.
Dan teman-temannya pun ikut bersamanya, untuk bergabung dengan kelompok lain dan pengurus mapala dalam acara tersebut.
Acara demi acara telah terlewati, kini tiba di puncak acara.
"Baiklah, saya di sini sebagai ketua mapala akan mengumumkan, siapa saja yang diangkat sebagai anggota baru mapala adalah, kelompok Rajawali dan Eidelwiss bagi yang tidak terpilih jangan berkecil hati, karna masih ada tahun berikutnya oke," ucap Rangga panjang lebar.
"Dy…akhirnya, kita masuk jadi anggota mapala," gumam Raya histeris.
"Kelompok gue juga kali Ray…emang kelompok loe doang!," sambung Rama.
"Yeee…siapa juga, yang nanya sama loe," ucap Raya sambil menjulurkan lidahnya.
"Udah ih, jangan berantem mulu napa…ntar naksir loh," ucap Melody melerai.
"Dih…amit-amit, gue suka sama loe," ucap Rama ketus.
"Ih…siapa juga yang mau, sama cowok ga kece kayak loe," balas Raya tak kala ketus.
"Yeee…udah dibilang gitu, masih pada berantem aja gue tinggal nih," ancam Melody.
"Jangan dong Dy…kan, gue pengen deket loe biar romantis gitu," ucap Rama malu-malu.
"Iuew…jijay banget sih, denger kata-kata loe!," ucap Raya sinis.
"Yeee…terserah gue dong, mau ngomong apa mulut-mulut gue masalah buat loe!," sahut Rama.
tanpa disadari, Melody meninggalkan mereka berdua.
"Bisa stress gue lama-lama deket mereka, kerjaannya berantem…terus kalo tiap ketemu," keluh Melody pelan.
"Ketemu gue aja biar ga stress," sambung Rangga tiba-tiba.
"Eh…kak Rangga kirain siapa," ucap Melody.
"Emang loe stress kenapa sih? Sini, gue hibur biar ga stress," tanya Rangga.
"Itu tuh kak, si Raya sama si Rama kerjaannya berantem terus, kayak kucing sama anjing," jawab Melody.
"Oh gitu, yahudah sini gue nyanyiin lagu buat loe…biar ngeringanin pikiran loe," ajak Rangga, dan Melody pun duduk di sampingnya.
Telah ku temukan, yang aku impikan kamu yang sempurna
Segala kekurangan, semua kelemahan kau jadiakan cinta
Tanpamu aku tak bisa berjalan, mencari cinta sejati tak temukan
Darimu aku bisa merasakan, kesungguhan hati cinta yang sejati
Kamu di kirim tuhan, untuk melengkapiku tuk jaga hatiku
Kamu hasrat terindah, untuk cintaku tak cemas ku percaya kamu
Karena kau jaga tulus, cintamu ternyata kamu yang ku tunggu
Saat bernyanyi dengan gitar, Rangga menatap tajam Melody menujukkan keseriusannya dan Melody pun tersipu malu.
"Ini tentang perasaan gue ke loe Dy," ucap Rangga.
"Wah…suara kakak bagus yah, ah kak Rangga bisa aja deh gombalnya," puji Melody.
"Gue serius, gue ga main-main Dy," sambung Rangga.
"Tapi kak, kita baru aja kenal…kasih waktu aku dulu yah buat mikirin ini semua," ucap Melody.
"Yahudah gue akan, selalu tunggu jawaban dari loe sampai kapanpun," ucap Rangga, sembari pergi meninggalkan Melody sendiri.
"Aduh…gue kecolongan, sama si Rangga buat nembak Melody," gerutu Rama, yang tak jauh dari tempat mereka duduk.
"Gimana dong ini???, Gue harus jawab apa sama kak Rangga!!!," keluh Melody dalam hati, kemudian ia pun kembali ke dalam tendanya untuk beristirahat.
Bis-bis sudah datang di bumi perkemahan, menjemput seluruh anggota yang ikut serta dalam acara mapala untuk kembali ke rumah masing-masing.
"Dy…kok dari tadi loe diem aja sih, cerita ada masalah apa loe?," tanya Raya heran melihat sikap Melody.
"Semalem gue ditembak sama kak Rangga, tapi gue masih bingung mau jawab apa, soalnya kita berdua kan baru kenal Ray," jawab Melody.
"What??? Kak Rangga nembak loe…kenapa loe ga terima aja Dy, bukanya loe juga suka yah sama dia," ucap Raya histeris.
"Iya sih gue suka tapi, gue masih bingung takutnya gue nyesel setelah jadian sama dia Ray," Melody.
"Ah…loe mah apa-apa udah parno duluan, belum juga dijalanin Dy," keluh Raya.
"Namanya juga baru pertama kali Ray, wajarlah gue parno emangnya loe, udah berapa mantan yang loe koleksi???," sindir Melody.
"Tau yah…ga gue itungin soalnya hehehehe," ucap Raya sambil nyengir kuda.
"Huuuu dasar loe," ucap Melody.
Tak berapa lama, bis pun melaju meninggalkan puncak menuju Jakarta disusul dengan rombongan bis yang lainnya.
"Ya Allah aku harus kayak gimana???," gumam Melody dalam hati, yang masih terus memikirkan jawaban yang tepat, untuk kak Rangga sang ketua mapala.
Melody berangkat ke kampus pukul 07.00 wib, dengan Honda jazz berwarna ungu melaju dengan kecepatan tinggi.
Menghabiskan waktu, tiga puluh menit sampai di kampus, ia pun keluar dengan stelan long dress dan high heel, tampak begitu mempesona semua mata tertuju padanya.
"Gile…tuh cewek cakep bener dah," celetuk salah seorang di antara mereka.
Sementara Melody, hanya tersenyum tipis pada semua orang yang melihatnya.
"Dy…sini," panggil Raya dari kejauhan.
"Hai Ray…iya tungguin gue ke situ," teriak Melody sembari menghampiri Raya sahabatnya.
"Hai juga cantik," ucap para cowok, yang melihatnya tadi Melody dan Raya pun hanya bisa tertawa.
"Lucu juga yah mereka, gue ngomongnya sama loe eh…mereka yang jawab," ucap Melody.
"Yah wajar aja kali, secara loe paling cantik di kampus Dy," ucap Raya.
"Ah loe Ray jangan berlebihan deh, yahudah yuk mending kita ke kelas, daripada ngeliatin mereka," ajak Melody.
"Ayuk…lagian gue juga, udah kangen banget sama kelas kita," sambut Raya, dan keduanya pun berjalan menuju kelas mereka.
Ketika istirahat, Melody pun keluar bersama Raya.
"Dy…loe mau ke kantin ga?," tanya Raya.
"Kayaknya ga deh, gue soalnya mau ke perpus minjem buku, buat tugas kelompok gue," jawab Melody.
"Oh yahudah gue duluan yah, mau ke kantin udah laper soalnya hehehehe," ucap Raya , dan berlalu pergi meninggalkan Melody sendiri.
"Oke deh, gue langsung cau ke perpus," ucap Melody pelan, sembari melangkahkan kakinya menuju perpus.
Dan setibanya di perpus Melody bergegas menuju rak buku, untuk mencari buku yang dia cari sambil melangkah mundur, melihat rak buku bagian atas tiba-tiba.
"BRUK!!!," suara Melody bertabrakan dengan seseorang, ia pun menoleh ke belakang.
"Kak Rangga, lagi ngapain di sini?," tanya Melody ragu.
"Gue lagi cari buku, buat referensi skripsi gue," jawab Rangga.
"Oh gitu yah, yahudah aku duluan yah kak," ucap Melody, yang hendak meninggalkan Rangga.
"Eits…ntar dulu, gue masih pengen ngobrol sama loe," ucap Rangga sembari menahan bahu Melody.
"Aduh…pake ditahan segala lagi gue," keluhnya dalam hati.
"Tapi aku buru-buru kak," ucap Melody.
"Yahudah gue tunggu nanti malem, di café deket kampus jam tujuh malem ga pake telat," ucap Rangga, sembari melepas pegangannya dari bahu Melody.
"Insyaallah kalo ga lupa," ucap Melody, sambil berlari keluar dari perpus.
"Oh my god…sumpah, gue deg-degkan banget pas sama kak Rangga, kayak keabisan oksigen tau ga!!!," gerutu Melody, sembari berjalan menuju kantin untuk menemui Raya sahabatnya.
Malam menujukkan pukul 19.00 wib, Melody masih mondar mandir karena bingung ia datang atau tidak ke café itu, untuk menemui kak Rangga, dia pun mencoba menelepon Raya.
"Halo Ray, gue bingung harus gimana, kak Rangga ngajak gue ketemuan di café deket kampus sekarang," ucap Melody bimbang.
"Yahudah, loe dateng aja ke sana gampang kan," usul Raya.
"Tapi masalahnya, kalo dia nanyain tentang jawaban perasaan dia ke gue gimana dong???," Melody lagi.
"Yah loe bilang aja, kasih waktu lagi buat ngeyakinin hati loe gitu…," ucap Raya.
"Yahudah deh gue coba, semoga ini berhasil yah," ucap Melody sembari menutup telponnya.
Lalu ia pun mengenakan stelan kemeja dan jeans, bersolek sedikit dan keluar dari rumah mengendarai mobilnya menuju café yang dekat dengan kampusnya.
Setibanya di café Melody tampak gugup, sembari mencari dimana kak Rangga duduk.
"Hai Dy…gue di sini," panggil Rangga, dari meja yang paling tengah.
Kemudian, Melody pun menghampiri meja tersebut.
"Sorry yah kak aku telat," ucap Melody, sembari duduk berhadapan dengan Rangga.
"Iya gapapa kok, lagian gue juga belum lama duduk di sini," ucap Rangga sambil tersenyum pada Melody.
"Oh iya, kakak mau ngobrolin apa gitu sama aku?," tanya Melody perlahan.
"Mesen makan sama minuman dulu aja yah, biar enak ngobronya," ucap Rangga.
"Yahudah, terserah kakak aja aku mah ngikut aja," ucap Melody.
"Waiters" panggil Rangga, sembari menjentikkan jariya ke atas seraya pelayan pun datang menghampirinya.
"Mbak saya pesen, orange juice satu sama spegeti satu yah, loe apa Dy?," tanya Rangga.
"Aku samain aja deh kayak kakak," jawab Melody.
"Oh yahudah mbak, saya pesen dua orange juice sama dua spagetinya yah," Rangga pada pelayan tersebut.
"Tunggu sebentar yah mas mbak, saya ambilkan pesenannya dulu ke belakang," ucap pelayan itu, sembari pergi dari meja Rangga.
"Btw, gue ga ganggu waktu loe belajar kan?," tanya Rangga perlahan.
"Ga kok kak, aku juga lagi ga ada tugas kuliah sekarang," jawab Melody.
Tak berselang lama, makanan dan minuman pun datang pelayan itu meletakkannya satu persatu di meja Rangga.
"Silahkan menikmati," ucap pelayan itu.
"Iya mbak makasih," ucap keduanya.
Mereka pun, menikmati makanan dan minumannya.
"Gue mau ngobrolin tentang loe Dy," ucap Rangga.
"Maksudnya?," tanya Melody bingung.
"Maksudnya gue mau tanya hal apa aja, yang loe suka biar gue tau lebih banyak tentang loe," jawab Rangga.
"Oh gitu…yahudah tanya aja kak," ucap Melody, yang merasa lega.
"Gue mulai yah pertanyaannya, pertama hobby loe apa Dy?," tanya Rangga.
"Nonton film barat, "jawab Melody.
"Oke kapan-kapan, gue ajak loe nonton film bareng di bioskop, yang kedua tempat apa yang belom pernah datengin?," tanya Rangga lagi.
"Pantai kute," jawab Melody lagi.
"Oke, pertanyaan yang ketiga, hal apa yang paling loe suka dari pendakian?," tanya Rangga.
"Suka banget, yang namanya ngeliat bunga eidelwiss, dan nikmatin udara yang sejuk di gunung," jawab Melody.
"Gimana kalo, bulan depan kita ke gunung pangrango?," tanya Rangga.
"Berdua doang?," tanya Melody memastikan.
"Yes, just you and me Dy," jawab Rangga yakin.
"Iya, nanti aku fikirin dulu yah…soalnya harus izin sama ortu," ucap Melody.
"Oke, gue siap nunggu kok," Rangga.
"Pulang yuk kak, udah malem nih nanti aku dicariin sama Mamah," ajak Melody.
"Ayo, tadi loe ke sini naik apa?," tanya Rangga.
"Aku bawa mobil kak," jawab Melody.
"Oh yahudah kalo gitu, gue aja yang nyetir bahaya cewek pulang malem sendirian," ucap Rangga.
"Tapi emang, ga ngerepotin kakak? Nanti kakak pulang pake apa dong?," tanya Melody.
"Ga ngerepotion kok, gue bisa balik ke rumah pake taksi lagian," jawab Rangga.
"Ya ampun…segitunya mau ngelindungin gue…," gumam Melody dalam hati.
"Mana kunci mobilnya Dy?," tanya Rangga.
"Oh iya kak lupa ini kuncinya," jawab Melody sedikit gugup.
Kemudian mereka pun, berdua meninggalkan café menuju rumah Melody.
Setengah jam berlalu akhirnya, mereka sampai di rumah Melody.
"Makasih yah Dy, udah mau nyempetin dateng ke café buat ketemu gue," ucap Rangga.
"Harusnya aku kali, yang makasih sama kakak udah repot-repot anterin aku ke rumah," ucap Melody.
"Hahahaha yahudah deh, kalo gitu gue balik dulu yah," pamit Rangga.
"Iya kak, hati-hati di jalan, " ucap Melody.
"Good night," ucap Rangga, sambil tersenyum pada Melody.
"Good night juga kak," ucap Melody, sembari masuk ke dalam rumahnya.
Rama menghampiri Melody, yang sedang berada dalam kelasnya.
"Dy, nanti malem loe ada acara ga?," tanya Rama perlahan.
"Kayaknya, ga ada tuh gue di rumah aja," jawab Melody.
"Hang out yuk, nanti malem sama gue," ajak Rama.
"Boleh tuh, lagian gue juga bosen di rumah terus," ucap Melody, yang setuju dengan ajakan Rama.
"Oke deh, ntar malem jam tujuh gue jemput deh ke rumah loe," ucap Rama bersemangat.
"Sip dah…gue tunggu di rumah yah," ucap Melody sembari tersenyum.
"Ampun dah Dy…aura kecantikan loe, keluar kalo lagi senyum tau!!!," gumam Rama dalam hati.
"Woy, ngapain loe ke sini?," teriak Raya, yang mengagetkan Rama.
"Kepo banget sih loe jadi orang, terserah gue kek mau ngapain ke sini, bukan urusan loe juga kelez," ucap Rama sinis.
"Yeee…ditanya loe malah nyolot!!!," ucap Raya emosi.
"Udah…bisa ga sih, kalian kalo ketemu ga berantem sehari…aja gue mohon nih," teriak Melody, yang tak tahan mendengar perdebatan Rama dan Raya.
"Abis, dia duluan yang mulai Dy," ucap Rama.
"Tapi dia duluan yang nyolot Dy, kan gue jadi esmosi," sambung Raya.
"Kalo kalian, ga mau baikkan gue tinggal nih," ancam Melody.
"Iya deh, kita baikkan demi loe," ucap keduanya bersamaan, sembari berjabat tangan.
"Nah…gitu dong, itu baru namanya temen-temen gue," ucap Melody, yang merasa senang bisa mendamaikan keduanya.
Rama pun menerima, penolakan cintanya dari Melody.
Ia juga sadar bahwa perasaan cinta, tidak bisa dipaksakan.
Dan kini, Rama sudah menjadi kekasih Raya, mungkin benar yang dibilang pepatah dari benci bisa menjadi cinta.
Sementara Melody, sudah mantap dengan jawaban apa, yang paling tepat untuk kak Rangga.
Karena esok hari, ia akan mulai pendakian gunung pangrango bersama kak Rangga.
Dan di situ, momen yang tepat untuk memberi jawaban, dari pernyataan cinta kak Rangga untuknya.
"Semoga, keputusan ini yang terbaik buat gue dan kak Rangga amin" ucapnya dalam hati.
Sedangkan Rangga, sedang packing barang dan peralatan untuk pendakian besok.
"Ga sabar gue, ketemu sama loe dan menghirup udara yang sejuk sekaligus, ngeliat eidelwiss bareng Melody," gumamnya pelan.
Esok hari pendakian pun di mulai ,memakan waktu yang cukup lama untuk sampai ke puncak.
"Dy, kalo loe ga kuat bilang yah…nanti kita bisa istirahat, atau kalo keburu gelap kita diriin tenda," ucap Rangga.
"Tenang kak…aku pasti bilang kok, kalo aku kecapean," Melody.
Mereka berdua terus mendaki, setiap langkah keduanya selalu bergandengan tangan.
"Kak kok, pegang tangan aku terus sih," keluh Melody.
"Gue takut loe jatuh, makanya gue pegangin," ucap Rangga.
"cuma itu doang alesannya?," tanya Melody penasaran.
"Oh iya satu lagi, biar kita ga ngerasa kedinginan di sini," jawab Rangga, sembari tersenyum.
"Ih…kak Rangga tuh, ga peka banget sih…itu kan kode dari gue buat dia," gerutu Melody dalam hati.
"Ayo dong, semangat katanya anak mapala" ucap Rangga.
"Aku masih semangat, ga liat nih aku jalannya cepet," ucap Melody.
"Percaya deh, jangan ngambek dong kalo lagi ngambek nambah cantik tau," goda Rangga, sementara kedua pipi Melody merona karena malu.
6 jam berlalu akhirnya, mereka sampai di puncak gunung pangrago.
Dan menikmati nikmatnya udara sejuk, dan melihat ribuan eidelwiss tertata rapih.
"Wah…amazing, sumpah indah banget rasanya," teriak Melody, sembari mendekati bunga eidelwiss.
"Gue seneng, loe ceria kayak gini," ucap Rangga.
"Thanks yah kak, udah wujudtin salah satu impian aku," ucap Melody.
"Iya sama-sama Dy," ucap Rangga.
"Oh iya kak, soal jawaban aku tentang perasaan kakak, aku udah siap buat kasih jawaban," ucap Melody perlahan.
"Yang bener…ayo cepetan ngomong sekarang, gue udah ga sabar pengen denger jawabannya," ucap Rangga sumringah.
"Jawaban aku…juga punya…perasaan yang sama…kayak kakak," ucap Melody terbata-bata sembari menunduk.
"Gue ga salah denger kan…thank yah Dy, sumpah gue bahagia banget dengernya," ucap Rangga, sembari mendekap erat Melody.
"I love you," bisik Melody
"I love you too," bisik Rangga kembali, dan keduanya pun larut dalam dunia mereka yang penuh cinta.