Chereads / Anta Wa Ana / Chapter 2 - KU BEGAL HATIMU

Chapter 2 - KU BEGAL HATIMU

Fanya sedang sibuk dengan tugas kuliahnya, sembari menatap layar notebooknya di halaman kampus.

Tiba-tiba ada seseorang memanggilnya, serta melambaikan tangan.

"Fanya cepet kumpul di kantor senat," ucap seseorang dari gedung kampus.

"Iya Rin, gw nanti nyusul," teriak Fanya pada Karin.

Lalu ia pun bergegas menuju kantor senat, menyusul teman dekatnya Karin yang sudah berada di sana.

Rapat mengenai ospek mahasiswa baru, untuk pembentukkan panitia setiap bagian.

"Dri gw mau ngomong penting sama loe," ucap seorang yang berpakaian urakan dan rambut gondrong pada ketua senat.

"Ikh…siapa tuh serem amat penampilannya," ujar Fanya di hati sembari meringis.

"Guys gw keluar dulu sebentar," pamit Andri bersama pria itu keluar dari ruang senat.

"Ada apa sih Don?," Tanya Andri perlahan.

"Bantuin gw pedekate dong, sama anggota loe," jawab Doni spontan.

"Anggota gw, yang mana kan banyak?," Tanya lagi Andri.

"Yang namanya Fanya," jawabnya singkat.

"Hah…loe gila kali, mau deketin Fanya," ujar Andri tak percaya.

"Emang kenapa bro, ada masalah?," Tanya Doni penasaran.

"Yah jelas masalah lah, dia ga bakal mau deket sama loe, penampilan loe aja urakan gini," jawab Andri panjang lebar.

"Terus, gw harus gimana dong?," Tanya Doni kembali.

"Yah…mau ga mau, loe harus rubah penampilan loe demi Fanya," jawab Andri mantap.

"Tapi kan gw, ketua mapala bro…apa kata anggota gw nanti," keluh Doni.

"Yah…itu sih terserah loe, gw Cuma nyaranin aja," Andri.

"Yahudah deh, nanti gw pikirin lagi," ucap Doni singkat.

"Oke bro, gw balik dulu ke kantor senat, mau ngelanjutin rapat sama anggota," pamit Andri, sembari berlalu pergi meninggalkan Doni.

"Thank yah bro…," teriak Doni sementara Andri hanya tersenyum tipis.

Di rumah Doni sedang memikirkan saran Andri di kampus tadi, satu-satunya cara untuk pedekate sama Fanya sembari memainkan gitar.

"Oke deh, gw rubah semua penampilan gw demi dia," ucap Doni pelan.

Kemudian ia pun bergegas ke pangkas rambut, yang dekat dengan rumahnya.

"Mas, potong rambut model apa?," Tanya tukang cukur pada Doni.

"Pokoknya, yang lagi ngetren sekarang dah bang," jawab Doni bersemangat.

Setelah itu, tukang cukur pun memangkas rambut Doni, yang panjang sampai benar-benar rapih dan keren.

"Wih…bang ini sih keren banget, top markotop deh, berapa jadi bang?," gumam Doni, saat melihat ke arah cermin.

"20 ribu aja mas," tukang cukur itu.

Doni pun, membayarnya dan beranjak pergi dari pangkas rambut itu, berjalan pulang ke rumah sesampainya di rumah ia menuju kamar mandi.

"Nah…sekarang gw cukur kumis sama jenggot gw, biar makin kelimis depan Fanya," ucap Doni.

Sembari memulai aksinya mengeruk kumis dan jenggotnya, setelah itu ia pun mandi untuk membersihkan dirinya yang seharian sudah beraktivitas.

Fanya sedang berjalan di parkiran kampus, melihat kerumunan para mahasiswa ia merasa heran.

"Ada apaan sih, rame-rame gitu?," Tanya Fanya pelan, sembari menghampiri kerumunan orang.

"Wih…ganteng banget, ketua mapala yah sekarang," puji sebagian perempuan.

"Rin, emang siapa sih, yang lagi di omongin?," Tanya Fanya pada Karin, yang berada di kerumunan orang.

"Itu loh, yang kemaren ke ruang senat," jawab Karin singkat.

"Oh…yang penampilannya serem itu, kok bisa berubah derastis gitu sih penampilannya," Fanya heran.

"Mungkin, dia lagi naksir cewek di kampus kali makanya dia berubah," ucap Karin menerka-nerka.

"Bisa jadi sih…ngomong-ngomong, cool juga tuh ketua mapala," puji Fanya dalam hati.

Lalu ia pun beranjak pergi dari situ, menuju kelasnya tanpa di sengaja Doni melihat Fanya segera pergi dari kerumunan orang banyak.

"Hei…boleh kenalan ga?," Tanya Doni, yang berjalan di sampingnya.

"Boleh…Fanya," jawabnya, sembari menyodorkan tangannya.

"Gw Doni," ucap Doni, sambil menjabat tangan Fanya.

"Oh iya, loe anak semester berapa?," Tanya Doni perlahan.

"Gw anak semester 5, loe sendiri?," jawab Fanya, sembari bertanya pada Doni.

"Gw semester 7," ujar Doni, menampakkan senyumnya.

"Yahudah, gw masuk kelas dulu," pamit Fanya, lalu masuk ke dalam kelasnya.

"Ga papa lah, cuma ngobrol sebentar yang penting, gw bisa kenalan dan deket sama dia," gumam Doni pelan, sambil berjalan meninggalkan kelas Fanya.

Di kantin Doni sedang menikmati bakso, yang di pesannya bersama Andri sahabatnya.

"Gimana bro, ada respon ga dari Fanya?," Tanya Andri.

"Ada dong…gw udah kenalan, dan sempet ngobrol sama dia," jawab Doni bersemangat.

"Wah…bagus tuh ada kemajuan, tapi Fanya juga ga suka, sama cowok yang sering bolos kuliah alias males kayak loe…," Andri panjang lebar.

"Aduh…banyak banget sih, yang dia ga suka dari gw, iya dah nanti gw coba, buat ga bolos kuliah," keluh Doni pada Andri.

"Eits…satu lagi, dia juga ga seneng sama cowok yang bangun siang," sambung Andri.

"Emmm…makin nambah, penderitaan gw deh," ucap Doni.

"Gapapalah bro, demi cinta loe sama dia," ucap Andri menyemangati sahabatnya.

"Oke deh…apapun gw lakuin demi dia," ucap Doni mantap.

"Nah…gitu dong itu baru Doni, masa loe bisa daki gunung sampe puncak, ga pake nyerah…dapetin hati Fanya juga ga boleh nyerah dong," sindir Andri pada Doni, sedangkan sahabatnya hanya tertawa kecil mendengar celotehan Andri.

Pagi-pagi sekali Doni sudah mandi, dan sarapan bersama orangtuanya dan adiknya di meja makan.

"Don tumben, kamu bangun pagi terus sarapan sama kita," ucap Ayah pada putra sulungnya.

"Gapapa, cuma pengen ngerubah kebiasaan buruk, jadi baik itu aja kok," Doni cuek.

"Baguslah kalo gitu, ibu seneng dengernya Don," sambung ibu lembut.

"Kuliahnya juga rajin dong kak…biar cepet bantuin Ayah cari uang," ucap Cita polos.

Suasana pun berubah, menjadi cair dengan tawa ketiganya.

"Iya de…kakak juga lagi usaha, biar rajin kuliah daripada naek gunung," ucap Doni, sambil mengusap rambut adiknya yang panjang.

Seusai sarapan, Doni pun pamit pada kedua orangtua dan adiknya mengendarai motor pespa kesayangannya menuju kampus.

Sesampainya di kelas, teman-teman menatap  Doni heran.

Tak biasanya seorang Doni tepat waktu masuk ke kelas, karena yang mereka tahu dia sering tidak masuk atau telat.

"Kenapa, pada ngeliatin gw kayak gitu?," Tanya Doni ketus.

"Yah…ga biasanya aja, loe masuk terus ga pake telat," jawab salah seorang temannya.

"Emang salah, orang kayak gw mau berubah jadi lebih baik?," Tanyanya kembali.

"Ga salah sih…cuma ga percaya aja, seorang Doni bisa berubah secepet ini, mulai dari penampilan sampe kebiasaan," sambung teman perempuan di kelasnya.

"Terserah deh, kalian mau ngomong apa, yang jelas gw mau berubah titik!," Doni tegas.

Tak berselang lama, dosen mata kuliah pun datang membahas tentang karya sastra yang ada  di Indonesia yang dimiliki dari leluhur mereka.

Doni nampak serius dengan tekadnya, ia memperhatikan dosen yang sedang menerangkan dan ikut serta dalam diskusi kelompok di kelasnya.

Fanya sedang asyik mencari buku, di perpustakaan bersama Karin untuk tugas kuliah lusa nanti yang akan di kumpulkan.

"Hei, lagi sibuk yah," sapa Doni.

Tiba-tiba berada di belakang keduanya.

"Ga juga kok Don, ini lagi ngerjain tugas bentar lagi juga kelar," ucap Fanya, sembari menoleh ke arah Doni.

"Mau pulang bareng ga?," Tanya Doni ragu.

"Aduh…gimana yah…,"jawab Fanya, belum menyelesaikan ucapannya.

"Udah sono, pulang bareng kak Doni…biar gw yang kelarin tugasnya,"potong sahabatnya, sembari menyenggol bahu Fanya.

"Beneran, loe gapapa gw tinggal?," Tanya Fanya pelan.

"Gapapa, gih sono," bisik Karin.

Lalu Doni dan Fanya pun keluar dari perpus, berjalan menuju parkiran menaiki pespa milik Doni.

Melesat ke permukaan jalan, menuju perjalanan pulang ke rumah.

"Thank god…buat hari ini bisa pulang bareng sama Fanya," gumam Doni dalam hati, yang tetap fokus mengendarai pespanya mengantar Fanya pulang ke rumahnya.

Beberapa bulan kemudian, Doni dan Fanya semakin akrab di kampus, entah itu membicarakan tentang kampus ataupun hal yang mereka sukai berdua.

Doni memutuskan untuk mengajak Fany,a mendaki gunung rinjani yang akan di adakan mapala.

Sekaligus mengutarakan perasaannya pada Fanya, saat di puncak gunung nanti.

"Fan, lusa bisa ikut ga?," Tanya Doni perlahan.

"Ikut kemana Don?," ucap Fanya bingung.

"Ikut daki gunung rinjani, sama anak mapala," jawab Doni.

"Tapi kan, gw bukan anggota mapala." Fanya

"Gapapa, lagian gw cuma pengen ngajak loe daki gunung aja," ucap Doni.

"Iya deh, kayaknya seru daki gunung tapi gw boleh ngajak temen?,"Tanya Fanya perlahan.

"Boleh kok, lagian gw juga ngajak ketua senat si Andri," jawab Doni.

"Yes, akhirnya dia mau…Fanya ku begal hatimu di sana," gumam Doni dalam hati, yang tak kuasa menahan rasa bahagianya.

"Gw cabut duluan yah, soalnya ada kelas," pamit Fanya, berlalu pergi meninggalkan Doni di kantin.

Doni bergegas menemui Andri di ruang senat, untuk mengajaknya mendaki gunung rinjani lusa nanti.

"Dri loe gabung yah, lusa pendakian gunung rinjani bareng gw," pinta Doni.

"Wah…seru tuh gw mau gabung dah…," ucap Andri bersemangat.

"Rencananya, gw mau nembak Fanya bro di sana," Doni mantap.

"Emang, si Fanya ikut juga ke sono?," Tanya Andri bingung.

"Ikut dong, sama ngajak temennya juga," sambung Doni.

"Maksud loe si Karin," ucap Andri yang antusias, Doni hanya mengangguk pelan.

"Kebetulan banget kalo gitu Don, dia kan gebetan gw tapi belum pernah gw tembak," Andri.

"Yahudah, sekalian aja loe nyatain perasaan loe sama dia," ucap Doni menyemangati.

"Oke deh, gw setuju saran loe," ucap Andri, sembari keluar dari ruang senat bersama Doni menuju kelas mereka masing-masing.

Pendakian gunung rinjani di mulai, semua sudah siap dengan perlengkapannya masing-masing.

Doni berjalan bersama Fanya, dan Andri berjalan bersama Karin mendaki gunung rinjani dari kaki gunung pelahan. 6 jam pun berlalu, mereka telah sampai di puncak gunung rinjani.

Setelah bermalam, serta mendirikan tenda untuk istirahat.

"Fan gw suka sama loe, gw sayang sama, dan gw cinta sama loe…loe mau ga jadi pacar gw?," ucap Doni panjang lebar, mengutarakan perasaannya pada Fanya, sembari memberikan bunga eidelwise.

"Gw mau kok jadi pacar loe Don, karena loe udah banyak berkorban buat gw," jawab Fanya malu-malu menerima bunga.

Seketika itu pun, Doni memeluk erat Fanya.

"Makasih Fan, loe udah mau terima cinta gw," bisik Doni di telinga Fanya.

Begitupun juga dengan Andri dan Karin, mereka akhirnya jadian di tempat yang sama di gunung rinjani nusa tenggara barat, yang di kenal dengan keindahan pemandangannya.