Pak Harrison melepaskan earphone nya dan membantingnya di meja makan. Helena sudah bertemu dengan si kembar, dirinya tidak boleh lengah. Benar kata putranya, Edward, dirinya memang berencana untuk mengubah surat wasiat itu. Separuh untuk anak-anak Helena dan separuh lagi untuk anak-anak Mawar.
Brak... Pintu ruang baca terbanting. Pak Harrison melihat Helena keluar dari ruangan itu dengan wajah merah padam. Langkah Helena menghentak-hentak penuh emosi, menuju ke meja makan lalu menggebrak meja.
"Suamiku, apakah kamu tahu jika anakmu itu benar-benar anak durhaka? Astaga.. Bagaimana mungkin Edward ingin mengirimku rumah sakit jiwa? Benar-benar tidak masuk akal. Aku ini mamanya, bagaimana mungkin dia menganggapku sebagai sampah yang tidak berguna dan merepotkan? Dasar anak kurang ajar,"rutuk Helena geram sambil menggebrak meja makan sekali lagi.
