Kondisi grup Adiwijaya semakin stabil. Pak Adiwijaya sudah mendesak Pak Gunadi, menantu sekaligus direktur utama anak perusahaan mie instan untuk mundur.
Karena terdapat bukti-bukti serta saksi yang menguatkan bahwa Pak Gunadi korupsi uang perusahaan. Tim legal grup Adiwijaya, Pak Aaron dibantu Angie berhasil menemukan celah untuk masalah anak perusahaan yang ingin independen ini.
Hari ini, Pak Adiwijaya meletakkan surat pengunduran diri di meja Pak Gunadi.
"Mundur terhormat sekarang atau mendekam di penjara,"ancam Aaron keras.
"Tidddaaakkk..,"raung Pak Gunadi melempar semua benda di meja. Petugas sekuriti sudah bersiap dan memegang kedua lengan nya lalu menyeretnya keluar ruangan. "Aku tidak terima. Lepaskan akuuu."
"Beres.. kita berhasil,"kata Aaron mendesah lega sambil duduk di kursi direktur dan mengangkat kaki ke meja.
Akhirnya.. " Pak Adiwijaya berjalan mendekati Aaron dan menepuk bahu Aaron yang duduk di kursi direktur. "Urus masalah ini hingga beres, jangan tinggalkan celah untuk dia masuk dan berulah lagi."
"Beres pak bos."
----------
Pagi ini, Lisa ada janji dengan dokter SpOG. Lisa sudah mengecek sendiri di rumah dengan tes pack yang dibeli di apotik. Hasilnya positif. Jadi Lisa ingin memastikan kondisi janin nya.
"Ibu Lisa silakan masuk,"panggil perawat yang muncul di depan pintu masuk kamar periksa.
"Baik." Lisa berdiri dan masuk ke kamar periksa itu.
Dokter SpOG nya ternyata seorang yang tampan meski sudah memasuki usia yang tidak lagi terlihat muda. Mungkin sekitar empat puluh empat lima tahunan. Di mata Lisa, dokter tampan itu terlihat seperti paman berkaki panjang yang tampan dan baik hati, persis seperti cerita dongeng kesukaannya.
Wajahnya yang kebapakan membuat tenang ibu-ibu hamil yang seringkali panik karena gejala-gejala kehamilan yang dialami. Lisa tersenyum manja pada nya.
"Silakan duduk,"kata dokter itu. Lisa mengangguk dan segera duduk dengan anggun. Lisa mengumbar senyum genitnya dan matanya menelusuri wajah dokter tampan itu.
"Dari informasi, ibu Lisa sudah terlambat haid dua bulan dan sudah melakukan tes pack sendiri di rumah,"kata dokter itu membaca laporan medis di tangannya.
Sebelum bertemu dengan pak dokter, suster sudah melakukan pemeriksaan awal seperti menimbang berat badan dan mengukur tekanan darah serta mencatat beberapa informasi tentang keluhan Lisa.
"Betul pak dokter tampan,"jawab Lisa kalem. Tangannya yang mulus dan lentik menyentuh serta mengelus punggung tangan pak dokter tampan.
Dokter itu sedikit terkejut dengan sikap Lisa yang sedikit agresif, tapi tidak menarik tangan yang disentuh Lisa. Dokter itu membalas senyuman manja Lisa dengan senyuman sopan.
"Coba kita periksa. Silakan naik ke ranjang,"perintah dokter tampan itu sambil menunjukkan arah ranjang periksa yang sedikit tertutup tirai.
"Hmm baiklah. Tapi pak dokter tampan... pak dokter ingin naik bersama ke ranjang atau saya naik ranjang duluan?"tanya Lisa manja sambil menyentuh dan mengelus bibirnya sendiri.
Uhuk.. uhuk.."
Lisa melotot sebal ke arah suster yang tersedak mendengar pertanyaan genit nya.
"Bu Lisa duluan saja,"kata pak dokter itu tersenyum geli. Pasien unik yang bikin ruang prakteknya menjadi ceria. "Aku ikuti saja permainan nya,"celetuk nya dalam hati, sambil bangkit dari kursi dan mengambil stetoskop nya.
Lisa sudah berbaring di ranjang periksa, dengan perut terbuka dan terolesi gel untuk USG kandungan. "Saya sudah siap jika pak dokter maju sekarang,"kata Lisa mendayu-dayu dan mengedipkan mata.
"Dasar genit,"gumam suster pelan yang tadi tersedak, sambil memutar bola matanya. Pak dokter hanya menggeleng dan tersenyum pada suster itu.
Dokter SpOG mengambil alat dan menempelkan nya pada perut Lisa. Lalu sebuah gambar nampak di monitor.
"Sekarang kita periksa,"kata dokter itu sambil menggeser-geser alat yang ada perut Lisa untuk mencari gambar yang diinginkan. "Belum terlihat janinnya. Tapi ini sudah ada kantung janin nya. Kondisi nya baik dan sehat,"kata dokter memberi penjelasan gambar bintik-bintik di monitor.
Lisa memicingkan mata untuk memperjelas pandangannya, tapi hanya terlihat bintik-bintik biru dan gelap. "Oya? Tidak ada yang dapat dilihat. Banyak semutnya." Hanya mata super yang bisa melihatnya.
Dokter itu tergelak pelan melihat tingkah konyol Lisa yang berusaha melihat monitor dengan jelas.
"Sekarang belum terlihat.
Usia kehamilan Ibu Lisa jalan enam minggu. Jadi tunggu beberapa minggu untuk melihat janin itu tumbuh besar. Silakan duduk kembali,"kata dokter itu kembali duduk di kursinya.
Lisa membenahi pakaiannya dan duduk di depan dokter itu.
"Akan saya resepkan vitamin tulang, pereda mual, dan penguat kandungan. Jaga pola makan Bu Lisa,"kata dokter itu sambil merobek kertas resep dan menaruh nya di depan Lisa.
Lisa melirik sekilas kertas resep itu. Kepalanya mendongak dan menatap pak dokter. "Boleh minta nomer ponsel, pak dokter tampan? Jika nanti saya ada keluhan ,bisa langsung telpon pak dokter."
"Maaf Bu Lisa, pemeriksaan anda sudah selesai. Silakan keluar. Antrian di depan masih banyak,"kata suster yang gemas melihat tingkah Lisa itu memotong pembicaraan.
Lisa mendengus kesal pada suster itu. Dengan kasar, diambilnya kertas resep yang diulurkan suster jelek itu, padanya. Lisa segera berderap keluar tempat periksa.
----------
Hari ini tepat seminggu setelah Andrew kecelakaan. Angie izin masuk siang untuk membawa Andrew kontrol ke dokter. Setelah menyuruh si kembar duduk di kursi tunggu, Angie pergi ke loket pendaftaran untuk mengantri ke dokter Andrew.
"Antri sepuluh orang." Angie duduk ditengah si kembar.
"Banyaknya??"omel Andre memanyunkan bibirnya. "Aduuuhhh."
Angie menjewer telinga Andre. "Yang suruh ikut siapa?"
"Lepas ma..,"keluh Andre sambil mengelus telinga nya yang merah. "Tidak enak sekolah sendirian, apalagi sendirian di rumah
Angie hanya memutar bola matanya. Selalu begitu. Jika salah satu sakit, pasti keduanya tidak masuk sekolah. Pernah sekali, Angie ditegur guru sekolah. Kenapa yang sakit satu tapi dua yang tidak masuk? Angie sudah berbicara berbusa-busa pada si kembar. Masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Percuma bicara panjang kali lebar kali tinggi ditambah keliling lingkaran, tetap tidak mau masuk sekolah, jika salah satunya absen sakit.
"Ma, hari ini lepas perban kan? Gatal ma sudah tidak tahan,"keluh Andrew meraba keningnya yang terbalut perban putih.
Andre melirik cuek kembarannya. "Hari ini harus lepas. Kalau tidak, Andre tidak punya rival ketampanan lagi di sekolah. Kurang afdol gitu loh,"celetuknya santai sambil mengambil ponsel dan main games.
Angie meraih kepala Andre dan menguyel-uyel gemes. Ini anak kembar kesayangan nya kalau saling memberi perhatian selau membuat Angie geleng-geleng kepala.
"Ma...,"protes Andre sambil keluar lilitan pelukan Angie. Angie tertawa kecil.
"Tunggu disini, mama mau ke kamar mandi,"kata Angie seraya berdiri dan mengelus kepala keduanya bersamaan.
Saat Angie mencari kamar mandi, dia melihat...
"Itu.. si wanita terbang? Lisa?"gumam Angie pelan. Angie melihat Lisa keluar dari... Angie memandang ke atas, membaca apa yang tertera pada papan informasi.
"Dr. dr. Triagung Rudi Wicaksono, SpOG."
Angie tertegun melihat Lisa melenggang santai menuju apotik di depannya untuk menebus obat.
"Dia hamil.. anak Aaron?"
Bersambung...