Lisa sedang makan siang di kafe. Temannya membatalkan janji, sehingga akhirnya dia duduk sendirian di kafe. Matanya memicing menatap sosok yang baru saja masuk kafe. "Aaron?"
Lisa tersenyum senang, dirinya tidak akan sendirian untuk makan siang. Lisa hendak berdiri dan melambaikan tangan, namun semua gerakannya terhenti saat melihat Aaron menarik kursi dan duduk di depan seorang wanita. Dengan linglung Lisa duduk kembali. Lisa tertegun melihat Aaron ternyata cukup akrab dengan cewek udik itu.
Posisi duduk Lisa tidak jauh dari meja Aaron dan wanita itu. Namun Aaron sepertinya tidak melihatnya, karena fokus nya hanya melihat cewek udik itu. "Menyebalkan,"gerutunya. Lisa mengambil ponsel dan mengambil foto keduanya.
Lisa meminum jus buah naga kesukaannya tanpa minat. Diperhatikannya, Aaron sedang berbicara panjang lebar. Sungguh.. berbeda jauh jika sedang bersama dirinya, Aaron lebih banyak diam. Bersamanya, bukan bertukar cerita tetapi saling bertukar saliva dan langsung menuju ranjang.
Hubungannya dengan Aaron sudah hampir setahun, tapi informasi yang diketahuinya tentang pribadi Aaron sangatlah minim. Yang diketahuinya dengan pasti adalah dimana bagian tubuh Aaron yang mudah terangsang. Posisi apa yang disukai Aaron saat bercinta.
Dapat disimpulkan, Aaron sangat tertutup jika bersama dirinya. Lisa tertawa masam saat memandang Aaron yang bercerita dengan bersemangat. Apakah dirinya pernah melihat Aaron begitu bersemangat berbicara, saat bersamanya?
"Apakah karena si cewek udik itu yang membuat Aaron menjauh dariku? Aaron adalah milikku. Tidak ada seorang pun yang boleh merebutnya,"gumam Lisa marah sambil meremas serbet kain di meja. "Kalau dulu aku berhasil mendapatkannya, sekarang pun aku pasti bisa membuat Aaron kembali padaku."
Setahun yang lalu, Lisa bertemu Aaron di acara makan malam perusahaan. Dia dan seorang lagi didapuk sebagai model perusahaan. Yaitu Lani, saingan utama dalam dunia modeling, namun saingannya pula dalam memperebutkan perhatian Aaron, seorang pengacara utama dari grup Adiwijaya.
Aaron, seorang eksekutif muda. Wajahnya yang tampan dan tubuhnya atletis dalam balutan jas sangatlah keren, ditambah sikapnya yang ramah dan sopan. Aaron sungguh mempesona di mata Lisa. Dirinya sangat menginginkan Aaron.
Namun ada Lani yang sangat terang-terangan menyukai Aaron. Setiap kali ada kesempatan, Lani selalu menempel dan bersikap manja pada Aaron. Hal ini membuat Lisa kesulitan mendapatkan kesempatan untuk berdekatan dengan Aaron, apalagi berduaan.
Lisa berpikir untuk mencoba trik dalam sinetron. Pura-pura jatuh dan keseleo di depan Aaron. Setelah berpikir lama, akhirnya Lisa mencoba trik konyol itu. Beberapa kali kesempatan, sepertinya tidak berhasil menggunakan trik konyol itu, malah membuat dirinya menjadi bahan tertawaan.
Percobaan terakhir, ini benar-benar yang terakhir. Setelah itu, dia akan menyerah. Saat jam pulang kantor, Lisa mendatangi ruangan legal, dimana Aaron berada. Lisa celingukan di ruang yang sudah sepi itu. Namun sepertinya dia terlambat, semua orang sudah pulang. Dengan lesu, Lisa berbalik...
Bruk.. "Aduuuuh,"raung Lisa kesakitan sambil memegang hidungnya yang terbentur pintu yang tiba-tiba terbuka.
Seseorang yang membuka pintu itu pun sangat terkejut saat ada wanita yang berteriak kesakitan. "Astaga Lisa, maafkan aku. Aku tidak tahu ada orang disini,"seru Aaron kaget yang melihat Lisa berdiri di belakang pintu dengan hidung mengeluarkan banyak darah.
Aaron segera memapah Lisa duduk. Didudukkan nya Lisa dengan kepala menengadah ke atas dan bersandar pada sofa. Aaron berlari panik ke arah lemari Sinta dan mengambil kotak P3K.
"Kamu baik-baik saja?"tanya Aaron khawatir sambil duduk di sebelahnya dan membuka kotak P3K. Kemudian memberikan tisu yang sudah diberi minyak putih.
"Hm-hm."
"Maaf ya,"kata Aaron menyesal. "Kamu ada perlu apa kemari? Apa kamu ingin menemuiku?"
"Hm-hm."
"Istirahatlah dulu. Akan kuambilkan minuman hangat di pantri."
Lima menit kemudian, Aaron sudah kembali membawa segelas teh hangat untuk Lisa. "Gimana sudah berhenti darahnya?"tanya Aaron sambil menaruh gelas di meja lalu fokus memperhatikan hidung Lisa yang merah.
"Hm-hm,"gumam Lisa sambil mengeluarkan semua tisu yang penuh darah dari hidungnya dan melemparnya ke meja.
Aaron mengambil tisu lagi di meja dan mengusap bercak darah yang masih tersisa di sekitar mulut Lisa. Lisa termangu melihat perlakuan Aaron. Lisa terus menatap Aaron yang dengan hati-hati mengusapnya.
Mata Aaron beralih ke mata Lisa, kemudian kembali menatap bibir Lisa. Aaron meraba lembut bibir Lisa. Dengan perlahan, kepala Aaron mendekat dan mengecup ringan bibir Lisa. Aaron mengangkat kepala dan matanya menatap Lisa lagi.
"Lisa,"gumam Aaron pelan. Jarinya meraba lagi bibir Lisa yang sudah mencuri perhatiannya sejak lama. "Kamu sangat cantik. Sejak hari pertama kita bertemu, aku sudah menginginkan mu."
Aaron langsung melumat bibir Lisa yang sedikit terbuka itu. Lisa membalas melumat bibir Aaron dengan intensitas yang sama laparnya. Empuk dan lezat. Aaron kehilangan kendali dan tersesat dalam pusaran pesona Lisa.
Malam itu, Lisa resmi mendapatkan perhatian Aaron yang ditujukan hanya untuknya. Aaron menjadi miliknya. Berita hubungan romantis antara Pak Aaron dan Lisa sang model, beredar dengan cepat, membuat Lani shock mendengar nya.
Lisa tersenyum puas, mengenang kejadian waktu itu. Kini fokusnya tertuju pada Angie yang sedang duduk makan dengan Aaron. Lisa meraih ponsel di sebelah piringnya dan menekan sebuah nomer. Lisa menempelkan ponsel di telinganya. Pandangannya berpindah dari Angie pada Aaron yang segera menaruh sendok garpunya dan mengambil ponsel di saku jasnya.
"Halo sayang,"sapa Lisa manja, saat ponsel sudah tersambung.
"Lisa.. ada perlu apa?"tanya Aaron dengan suara datar. Mendengar itu, Lisa tersenyum miris.
"Tidak. Hanya ingin menelepon. Kamu dimana sayang? Aku merindukanmu."
"Makan siang dengan klien." Aaron tidak menbalas kerinduan Lisa bahkan jawaban Aaron membuat darah Lisa mendidih. Aaron berbohong.
"Klien ya.. Hmm.. nanti malam mau datang ke tempatku? Aku punya kejutan untukmu,"rayu Lisa manja dan menahan diri dari rasa cemburu.
"Sepertinya tidak bisa, Lisa,"jawab Aaron cepat. Aku ada pekerjaan sampai malam. Kututup dulu ya."
Sambungan terputus dengan cepat. Lisa tertegun. Tangannya terbanting ke pangkuannya. Dingin, sejak bertemu dengan cewek udik itu, Aaron semakin bersikap dingin padanya. Matanya menatap nanar ke arah Aaron. "Ini tidak boleh terjadi,"katanya sambil melirik ke arah perutnya yang rata. "Aaron adalah milikku. Aku harus segera bertindak sebelum terlambat."
----------
Ada seseorang lain yang memperhatikan ketika Aaron dan Angie yang keluar dari kafe dan berjalan berdampingan di trotoar. Keduanya mengobrol, tepatnya Aaron yang berceloteh, tidak ada yang menyadari ada mobil yang berjalan terlalu dekat dengan mereka.
"Bos, itu nona Angie kan? Dia sedang berjalan bersama seorang pria,"kata si sopir sambil melirik bos nya yang diliputi awan gelap, dari spion tengah.
Bos nya menggeram rendah memandang ke arah yang ditunjuk sopirnya. Wajah sang bos memerah karena menahan murka melihat wanita nya berjalan bersama pria lain.
"Angie, awas kamu.."
Bersambung...