Gani sedang melakukan peregangan otot, perlombaan yang di adakan pemprov kota di laksanakan hari ini, dan sudah berjalan selama dua minggu. Ini adalah hari terakhir. Tim Gani berhasil lolos ke babak final. Begitu pula dengan tim bulutangkis putri, mereka juga berhasil melaju ke babak final, tapi tidak dengan tim putra, mereka harus puas dengan berada di semi final.
Ratih duduk di sebuah kursi ketika dirasa pinggangnya mulai nyeri, padahal pertandingan akan berlangsung sepuluh menit lagi. Cepat-cepat dia mengambil obat dan meminumnya sebelum orang lain melihat keadaannya. Tepat setelah dia meneguk air guna membantu menelan obatnya Zizi dan Sani datang.
"Lo kenapa Tih? Sakit? Muka lo picet banget." Tanya Zizi cemas yang di ikuti anggukan oleh Sani.
"Nggak papa kok, gue baik-baik aja," Ratih berusaha tenang meskipun sebenarnya dia agak terkejut dengan kedatangan mereka yang tiba-tiba.
"Gimana yang lain? Masuk final nggak?" tanya Ratih.
"Kalo voli sama basket masuk final sih, nggak tau kalo yang lain," jawab Sani.
"Yaudah yuk, bentar lagi giliran kita yang main kan?" ajak Sani.
Ratih hanya mengangguk sebagai jawaban dan mengikuti langkah kedua temannya. Beruntung rada sakit di pinggangnya sudah sedikit membaik.
Setelah mereka sampai di lapangan, ternyata ada perubahan jadwal main, yang seharusnya bulutangkis ganda wanita terlebih dulu kini di ganti tunggal putri dulu yang bermain, itu berarti Zizi bermain lebih dulu sebelum Ratih dan Sani. Mereka berdua memberikan semangat pada Zizi.
"Semangat! Tetap fokus, gue denger lawan lo yang sekarang juara pertandingan tahun lalu," ucap Sani
Sementara Zizi hanya mengacungkan ibu jarinya.
Pertandingan berlangsung sengit, poin mereka sama di babak kedua, sedangkan di babak ketiga ini Zizi hanya butuh satu poin untuk menjadikan dia juara, hanya selisih satu angka antara Zizi dan tim lawan yakni 20:19. Zizi mulai melakukan servis, pertandingan berlangsung alot untuk mendapatkan satu poin lagi, mereka berdua terlihat sama-sama gesit dalam melakukan tembakan tangkisan, hingga akhirnya Zizi berhasil melakukan smash dan tim lawan terjatuh saat akan mengambil umpan smash Zizi, akhirnya shuttle cock terjatuh di kandang lawan tanpa dapat di kembalikan. Kemudian terdengar suara pluit panjang tanda pertandingan berakhir. Kontan saja Zizi langsung melompat kegirangan karena dia berhasil menjadi pemenang, kemudian dia berjalan ke arah depan untuk bersalaman dengan wasit dan menjabat tangan serta memeluk lawan mainnya dengan senyum ramah.
"Kamu keren," ucapnya.
"Kamu juga keren, selamat ya," ucap lawan Zizi yang ternyata bernama Devi itu.
"Terima kasih," balas Zizi rumah.
Kemudian Zizi menghampiri pak Basri yang menunggu di pinggir lapangan dan di samping pak Basri sudah ada dua temannya yang menunggu dengan senyum bahagia menyambut kedatangan Zizi. Mereka bertiga saling berpelukan dan memberikan selamat pada Zizi atas kemenangannya.
"Selamat Zizi, tidak salah bapak memilih kamu," ucap pak Basri sambil menepuk pundak Zizi dua kali.
"Terima kasih, pak ini semua juga berkat bimbingan bapak," ucap Zizi merendah diiringi senyum.
Pak Basri hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Oke, Ratih dan Sani siap-siap ya, pertandingan kalian 15 menit lagi. Ingat, tetap fokus dan jangan pakai emosi saat bertanding, kalah memang itu hal biasa yang penting kalian sudah berusaha semaksimal yang kalian bisa," ucap pak Basri memberikan wejangan.
"Siap kapten!" ucap Sani semangat sambil hormat layaknya abdi negara.
"Kalau begitu bapak ke yang lain dulu," ucap pak Basri, yang diangguki oleh mereka bertiga.
"Nata, Bapak titip mereka ya," ucap pak Basri pada Nata, kakak kelas Ratih yang di bawa pak Basri guna membantu keperluan sebagai asisten.
"Baik, Pak." Angguk Nata sopan.
***
Di sisi lain, tim Gani juga tak kalah sengit dalam pertandingan. Ini set terakhir dan poin mereka hanya selisih tiga poin dari tim lawan. Gani dan timnya hanya membutuhkan dua poin lagi untuk menang. Gani sedang bersiap untuk melakukan servis, Gani melempar bola ke atas kemudian memukulnya, bola berhasil melewati net dan di tangkap sempurna oleh tim lawan kemudian bola di oper kembali ke tim Gani di tangkap sempurna oleh Rendy, bola di oper pada Angga memberikan umpan pada Niko, Niko melakukan passing atas dan Gani berlari dari arah belakang kemudian melompat untuk melakukan smash dan smash Gani gagal di blok oleh tim lawan sehingga bola masuk ke daerah lawan tanpa berhasil di kembalikan sehingga menambah satu poin lagi untuk tim Gani. Skor sementara 24 untuk tim Gani dan 20 untuk tim lawan. Gani hanya butuh satu poin terakhir untuk memenangkan pertandingan.
Gani kembali melakukan servis, dan bola sudah melambung melewati net, di tangkap sempurna oleh tim lawan, bola kembali melambung melewati net dan ditangkap oleh Aldo, bola terus melambung berkali-kali akibat saling oper dan saling smash, Niko yang berada di bagian tosser melakukan passing atas sebagai umpan Angga dan Aldo berlari bersama seolah mereka yang akan menyambut umpan dari Niko mengambil bola kemudian Angga dan Aldo membuat gerakan akan melakukan smash untuk mengecoh tim lawan, dari sisi samping kiri Gani tanpa diduga berlari melompat lalu melakukan smash kuat hingga bola masuk ke area kosong tim lawan tanpa tangkapan. Tim lawan sempat syok beberapa betik ketika bola berhasil lolos di area mereka, mereka mengira Angga atau Aldo yang akan melakukan smash, ternyata Gani dari arah belakang yang tiba-tiba menerobos dari arah samping pergerakan Gani tidak terbaca oleh tim lawan.
Hingga peluit panjang berbunyi tanda pertandingan berakhir, para pemain langsung bersorak dan kemudian maju ke dekat net untuk melakukan penghormatan terakhir kepada tim lawan dengan saling berjabat tangan dan memeluk satu sama lain.
"Ah! Akhirnya selesai juga," keluh Niko sambil terduduk di lantai sambil menselonjirkan kakinya sambil memijit kakinya ringan.
"Bagi minum Al," seru Angga pada Aldo yang langsung melempar botol air ke arah Angga.
"Gue juga mau!" ucap Niko berteriak sambil menetralkan nafasnya usai bermain tadi.
"Rendy teman satu tim mereka melempar air kepada Niko karena dia yang paling dekat dengan dus air mineral yang disediakan.
"Thanks Ren," ucap Niko yang hanya di balas anggukan oleh Rendy.
"Topan mana? Kok nggak kelihatan," tanya Gani yang tidak melihat satu anggotanya.
"Tadi keluar sama Doni, mau nemuin gebetannya katanya," sahut Rendy yang tadi mengetahui perginya dua teman satu tim volinya itu.
"Lah, si Beni kok nggak ada juga? Dari habis pergantian pemain nggak kelihatan," ucap Gani yang tidak melihat Doni.
"Tadi kakinya kan ngeluh keram, jadi mungkin sekarang lagi di ruang kesehatan," ucap Angga.
Gani hanya mengangguk kecil.
***
Sani sedang bersiap untuk melakukan servis, mereka tertinggi satu angka dari tim lawan sedangkan di dua babak sebelumnya kedudukan mereka seri. Kini tim lawan hanya membutuhkan satu poin untuk menang dari tim Sani. Sani sudah melakukan servis, shuttle cock melambung melewati net lawan dan diterima oleh tim lawan kemudian ditangkis kembali oleh Ratih kejadian saling smash dan saling tangkis terus terjadi hingga akhirnya tim lawan berhasil mencetak poin yang itu berarti tim Ratih dan Sani harus puas berada di nomor dua untuk pertandingan kali ini. Mereka berempat saling berhadapan dan memberikan selamat pada tim lawan Ratih dan Sani berjalan menghampiri Zizi dan pak Basri yang menunggu di pinggir lapangan.
"Maaf pak kita juara dua," ucap Ratih dan Sani lesu
"Tidak papa, kalian hebat, kalah menang itu biasa dalam pertandingan kan," ucap pak Basri tersenyum lembut. " Bapak bangga sama kalian," ucapnya lagi sambil menepuk ringan pundak Ratih dan Sani bergantian.
"Hei, gimana pertandingannya?" tiba-tiba saja Angga dan teman-temannya sudah berada di depan mereka
"Alhamdulillah, lancar Zizi menang dan kita berdua dapet juara dua," Sani menunjukkan cengirannya pada Angga.
Angga mengelus puncak kepala Sani sayang. "Nggak papa, udah bagus itu," ucapnya lembut.
Mereka yang ada di sana memutar bola matanya malas melihat adegan di depan mereka. Bukan hal baru memang, mereka semua telah mengetahui hubungan Sani dan Angga.
"Haredang haredang haredang panas panas panas," senandung Niko.
"Ck, jangan gitu dong, kita yang jomblo kan jadi baper ini," ujar Gani dengan nada merajuknya.
"Jijik Gan, nggak usah alai, muka lo nggak cocok pasang tampang merana gitu," ucap Sani bergidik geli, membuat mereka semua tertawa akhirnya.
"Yaudah yuk balik, udah lengket nih pen mandi," ucap Niko yang di angguki oleh yang lainnya.
"Oh iya, besok kita di liburkan sehari kan masih?" tanya Angga sambil berjalan.
" Iya tadi pak Basri bilang ke gue," jawab Aldo.
"Nah, kebetulan banget, besok sepupu gue kak Anta mau ngadain pembukaan cafe pertamanya. Kalian mau datang nggak buat ngeramein? Lumayan loh ada band lokal juga, pembukaannya jam 11 kalo mau ntar kita berangkat ke sana sama-sama. Gue sama kak Anta di suruh bawa temen-temen katanya.
"Wah boleh tuh, gratis kan, Ngga? Boleh dong nanti gue bawa Cika, udah resmi ini tadi," ucapnya penuh semangat.
"Dasar lo Don, sama yang gratisan aja laju bener kaya rollercoaster," ucap Gani sambil menoyor kepala Doni gemes.
Sementara Doni hanya cengengesan. "Sekarang gini deh, Gan, lo kalo di kasih makan yang gratis sama yang di suruh bayar milih mana?" tanya Doni.
"Ya, yang gratis lah," jawab Gani tanpa berpikir
"Nah gue juga sama, kita semua tu sama aja lebih suka sama yang gratisan daripada berbayar, kan lumayan duitnya buat ngapalin gebetan," ucapnya sambil menaik turunkan kedua alisnya kearah Gani.
"Dasar nggak modal, masak jalan sama cewek baru makannya gratisan,," cibir Gani.
"Kalo dateng sama gue gratis kalo nggak ya bayar sendiri lah," ucap Angga sambil terus berjalan ke arah parkiran dengan tangan menggandeng Sani, sementara yang lain mengikuti di belakangnya.