Chereads / Kawin Kontrak Mafia / Chapter 51 - Episode 51 : Ternyata Tuan X Itu!

Chapter 51 - Episode 51 : Ternyata Tuan X Itu!

Mengetahui kenyataan kalau Fiyoni dan Sino adalah kembar membuatku mengerti kalau aku sebenarnya tidak tahu apapun realita yang ada di dalam dunia mafia, yang aku tahu hanya bagaimana caraku untuk membalas dendam atas kematian keluargaku. Walaupun dengan adanya kedua kembar ini membuatku bisa melakukan rencana apapun sesukaku walaupun aku sendiri harus siap-siap mendengar ocehan kedua orang yang sangat menyebalkan ini.

Aku mengikut pertemuan mafia ini hampir dua minggu lamanya dan di gedung pertemuan ini, aku dan Fadil mencoba membuat rencana yang baru apalagi setelah aku bertemu dengan kembar adik kakak itu aku mendapatkan informasi yang sebelumnya tidak aku dapatkan. Walaupun aku sendiri tidak tahu harus apa tapi aku tahu apa yang harus aku rencanakan.

" Apa kamu yakin dengan rencanamu Sani?"

"Ya, aku yakin saja."

"Tapi kan!!"

"Ya kalau dilakukan bersamaan dengan rencanamu pasti akan sukses."

"Mmmm benar juga sih, tapi ya sudah lah aku mengikuti rencanamu saja, apa mereka berdua tahu?"

"Tidak, mereka tidak mengetahui apapun."

"Oh baguslah, jangan diberitahu mereka."

"Aku tahu kak Fadil, kak Fadil tenang saja."

"Oh baguslah kalau begitu."

"Kak Fadil, kapan pertemuan ini selesai?"

"Aku tidak tahu sih, soalnya pasti akan lama."

"Pertemuan hanya membahas perang mafia saja?"

"Ya, dan sekarang kelanjutan dari pertemuan kemarin jadi kamu harus ikut Sani."

"Aku males, kak Fadil saja."

"Kan kamu ketua mafia tertinggi Sani!"

"Kalau begitu temani aku ya kak Fadil," gumamku tersenyum manis.

"Baiklah, aku akan menemanimu Sani. Kalau begitu kita pergi sekarang." gumam Fadil menggandeng tangan kananku keluar dari kamar Fadil.

Disepanjang perjalanan ke ruang pertemuan aku melihat banyak ketua mafia yang berjalan masuk ke dalam sebuah ruangan di depan kami, aku mengurai rambutku dan masuk ke dalam ruangan yang dipenuhi oleh seluruh ketua mafia di delapan organisasi mafia.

Aku terduduk di kursiku dan Fadil duduk di sebelahku, di depanku aku melihat Han dan Lia yang sedang bermesraan yang membuatku sangat kesal, bisa-bisanya Han melakukan itu di saat rapat seperti ini. Disaat aku benar-benar kesal, tiba-tiba ada seseorang yang merangkulku dari belakang, aku menatapnya ternyata Sino yang sedang memakai topengnya merangkulku lembut.

"Apa kamu cemburu istriku?"

"Cemburu? Tidak kok aku hanya...mmmpp" Tiba-tiba Sino menciumku lembut yang membuatku terkejut, saat Sino menciumku aku melihat Han yang menatapku dengan kesal.

"Ap...Apa kamu sengaja kak Sino?"

"Tidak juga, aku melakukannya karena kamu iri dengan Lia."

"Aku tidak iri!!"

"Benarkah? Tapi wajah yang kesal seperti itu kamu bilang tidak iri?" sindir Sino yang membuatku terdiam.

"Tenang saja istriku, aku bisa membuatmu lebih bahagia kok." bisik Sino dn terduduk di sebelahku.

"Ya makasih kak Sino..."

"Apa kamu masih cemburu melihat mereka?"

"Aku tidak cemburu kak Sino hanya kesal saja."

"Biarlah, buat apa kamu kesal. Dia saja sedang bahagia dengan sahabatmu dan kamu bahagia bersama kami berdua, apa itu tidak cukup buatmu?"

"Aku tidak kesal karena itu!"

"Lalu kamu kesal karena apa?"

"Karena...tindakan Han yang menghamili sahabatku kak Sino."

"Apa kamu masih mencintai Han?"

"Tidak, aku hanya membencinya."

"Membencinya? Karena itu?"

"Ya, karena Han menghamili sahabatku saat aku sedang memperjuangkan keselamatan anakku dan malah anakku menjadi pembantu di keluarga Li yang membuatku kesal."

"Apa kamu sudah bertemu dengan anakmu?"

"Belum, aku meminta Fiyoni untuk membawanya pulang kembali. Disini sangat berbahaya bagi anakku jadi aku tidak mau kalau anakku terluka lagi." gumamku pelan.

"Teesss... Teeessss... Baiklah sekarang adalah keputusan dari ketua tertinggi organisasi mafia pusat." ucap seorang pria di depan ruangan, di depan aku melihat Fiyoni dan anggota mafia tertinggi rangking pertama sampai sepuluh hadir menduduki kursi yang ada di samping Fiyoni.

"Oh ya istriku, kamu harus hati-hati ya nanti!"

"Kenapa apa akan ada petarungan?"

"Ya keputusan Fiyoni selalu di tentang oleh mafia penentang dan mafia musuh lainnya. Dan pasti kamu akan tahu akhirnya?"

"Aku tidak tahu, aku jarang mengikuti pertemuan seperti ini apalagi aku selalu menyuruh Fadil untuk mewakilkanku"

"Kamu tahu nanti seperti apa, pokok nanti yang akan menjadi sasarannya adalah kamu. Kalau kamu lengah bisa saja kamu tertembak, pertentangan ini adalah awal dari perang mafia, apa kamu ingat awal mula perang mafia dulu?"

"Mmm aku sedikit ingat, apa akan sama seperti dulu?"

"Ya mungkin saja, tapi entahlah aku juga tidak tahu. Kamu kan sudah pernah mengalami perang mafia diwaktu kecil jadi kamu harus lebih berhati-hati jangan lupa untuk membaca gerak gerik lawan. Apa kamu mengerti?" gumam Sino serius.

"Ya aku mengerti kak Sino." gumamku pelan.

Pertemuan dimulai dan benar perkataan Sino kalau banyak yang menentang keputusan Fiyoni padahal Fiyoni ketua tertinggi, walaupun aku pernah menentangnya tapi aku masih saja melakukannya walaupun tidak sampai tuntas.

"Heei ini keputusan ketua tertinggi!!!" protes seorang pria kesal.

"Keputusan yang tidak masuk akal!!"

"Ya masa kami tidak boleh bekerjasama satu sama lain dan harus melakukannya sesuai dengan kemampuan diri sendiri!" protes seorang pria kesal.

"Itu keputusan yang tepat, dan organisasi keadilan tahu kalau ini adil!"

"Ini tidak adil!" protes Han dingin, mendengar jawaban Han membuatku kesal, aku berdiri dan menatap Han dingin.

"Kamu seorang dewan keadilan bilang itu tidak adil sebenarnya dimana otakmu!" protesku kesal.

"Heei kau tidak perlu ikut campur!" protes Lia kesal

"Aku wakil ketua organisasi pusat apa aku tidak berhak untuk membela! Ini untuk kebaikan kita bersama, banyak diantara kalian yang diam-diam menjadi musuh organisasi mafia apa aku harus diam saja!" protesku kesal.

"Ka...Kamu!!"

"Benar kata Sani, aku melakukan ini untuk kebaikan bersama. Aku sudah memperhitungkan semuanya bahkan hal sekecil apapun sudah aku perhitungkan."

"Tapi tidak bisa begitu, kalau keputusannya seperti itu sama saja kalian tidak percaya kami!" protes Lia kesal.

"Dalam urusan ini kawan menjadi lawan dan lawan menjadi kawan, kami tahu musuh kami itu siapa dan siapa saja mafia yang bekerjasama. Itulah kenapa keputusanku seperti itu." gumam Fiyoni dingin. Di atas ruangan, aku melihat dua orang yang memakai pakaian hitam dengan panah kecil di tangannya seperti saat perang mafia di masa lalu, aku mengenal mereka berdua karena aku pernah saling melempar jarum dan panah kepada dua orang itu. Panah itu adalah panah beracun dan panah itu di arahkan kepadaku dan kepada Fiyoni, aku mengambil beberapa jarum racunku dan mengarahkannya ke dua orang itu.

"Oh benarkah, mana buktinya kalau anda memiliki data siapa saja yang menjadi mafa-mata mafia!" sindir Lia dingin.

"Apa harus aku jelaskan disini?" tanya Fiyoni dingin.

"Tidak perlu!" teriakku kencang yang membuat semua ketua terkejut.

"Aku punya bukti langsung dari pada bukti yang hanya diucapkan dari kata-kata bahkan..." gumamku menjentikkan tanganku dan dua orang di atas ruangan terjatuh kesakitan. Aku berjalan ke arah dua orsng di tengah kami semua.

"Mereka menargetkan untuk membunuhku dan membunuh ketua tertinggi, benarkan Ozy dan Oza?" gumamku menarik topeng di wajahnya dan benar tebakanku kalau mereka adalah dua pria yang bertarung denganku di masa lalu.

"Ka...kamu tahu keberadaan kami?" tanya Ozy terkejut.

"Hei... bawahan tuan X siapa yang tidak aku kenal, apa kamu ingat saat perang mafia masa lalu. Kalau aku tidak berbaik hati kalian sudah ku bunuh loh." sindirku dingin.

"Hanya karena kau terlalu baik Sani!"

"Terlalu baik ya? Kurasa tidak, kalian berhutang budi kepadaku jadi katakan dimana tuan X?"

"Tuan X? Heeh kamu tidak perlu tahu!"

"Katakan kepadaku kalau tidak..." gerutuku menjentikan lagi tanganku yang membuat orang orang itu sangat kesakitan. Disaat aku sedang menyiksa mereka, tiba-tiba muncul seorang pria bertopeng yang berdiri si samping dua pria itu.

"Oh akhirnya kau muncul juga ya tuan X..." sindirku dingin.

"Lama tidak berjumpa Sani, ternyata kamu sangat cantik ya?"

"Heeh aku tidak perlu basa basimu, beritahu aku dimana Samuel dan San!" gerutuku kesal.

"Samuel? San? Untuk apa kau mencari mereka berdua?" tanya Tuan X dingin.

"Itu... Bukan urusanmu! Yang penting beritahu aku dimana mereka?"

"Aku akan memberitahukanmu kalau kau bisa melukaiku saat melawanku wanitaku." gumam Tuan X mengarahkan pedangnya dan menyerangku.

Bagiku melawan Tuan X yang pernah aku lawan sebelumnya membuatku tidak merasa kesulitan, walaupun dulu aku masih kecil tapi ternyata dia masih sangat lincah seperti dulu. "Apa dia tidak menua ya?" gumamku dalam hati.

"Ada apa Sani? Apa kau sekarang semakin lemah?

"Lemah ya? Tidak, aku biasa saja." gerutuku melukai tuan X itu.

"Beritahu aku kenapa kamu masih hidup?"

"Aku masih hidup atau tidak itu adalah takdir." jawab tuan X terus menyerangku, setelah lama menyerang aku melukai lagi tuan X itu.

"Dimana Samuel berada?"

"Samuel ada di dalam organisasi penentang."

"Apa?" teriakku terkejut dan aku tidak menyadari kalau kami sama-sama saling melukai.

"Sani!!" teriak Fadil terkejut.

"Heeh akhirnya aku melukaimu ya."

"Hei kamu juga terluka juga loh.." sindirku dingin, aku terjatuh ke lantai karena luka di kakiku.

"Baiklah aku bertanya kepadamu Sani."

"Kamu mau tanya apa?"

"Maukah kau bergabung dengan kami? Sebagian besar ketua mafia di sini bergabung dengan kami loh."

"Tunggu apa?" teriak seluruh ketua mafia terkejut.

"Sudah berapa kali kau menawariku bahkan dari aku masih anak-anak pertanyaanmu tetap saja ya?" sindirku dingin.

"Kamu harus menjawabnya Sani!"

"Sudah pernah aku katakan kan, aku menolak!" gerutuku kesal.

"Apa kamu tidak berubah pikiran?"

"Tidak."

"Yang benar?"

"Aku katakan tidak ya tidak!" protesku kesal.

"Aku bertanya kepadamu Tuan X, siapa kamu dan apa kamu tahu dimana San berada?" tanyaku dingin.

"Kau hanya boleh bertanya satu pertanyaan!!" protes tuan X kesal.

"Maaf saja, tapi aku melukaimu dua kali loh.." sindirku menunjuk kaki dan dada pria itu penuh darah.

"Heeh kau licik juga ya wanitaku." desah tuan X membuka sedikit topengnya.

"Aku Hans dan tuan X dari dulu adalah aku wanitaku sedangkan San adalah bawahanku." gumam tuan X tersenyum dingin dan memakai kembali topengnya.

"APA!!" teriakku terkejut.

"Oh ternyata sudah selesai waktuku bermain denganmu, Ozy... Oza ayo kembali." gumam Tuan X menggandeng tangan dua pria yang kesakitan itu.

"Heeei urusanku denganmu belum selesai!!" teriakku kesal.

"Tenang saja, kita masih ada waktu untuk bersenang-senang wanitaku." gumam tuan X menghilang dengan cepat yang membuatku kesal.

"SIAL!!" teriakku kesal sambil membanting pedangku.

"Sani kamu tidak apa?" tanya Fadil membantuku berdiri.

"Kak Fadil rencana kita harus berubah total!" gerutuku kesal.

"Kenapa?"

"Nanti saja ku beritahu." desahku terduduk di kursiku.

"Kamu tidak apa istriku?" gumam Sino khawatir.

"Tidak apa." gumamku pelan, Fadil membalut lukaku dengan perban yang di bawanya.

"Sudah tahu kan? Itu bukti yang di tunjukkan langsung oleh wakilku, jadi keputusanku tidak akan berubah!" teriak Fiyoni dingin dan membuat seluruh ketua mafia terdiam.

"Sani apa dia tadi menunjukkan identitasnya?" tanya Sino pelan.

"Ya kak Sino."

"Kalau begitu nanti ceritakan kepadaku ya."

"Baiklah...Hooeeekk.."

Tiba- tiba aku merasa sangat mual dan aku hanya menundukkan kepalaku sambil terus berusaha memuntahkan isi perutku tapi aku tidak bisa mengeluarkannya.

"Sani kamu kenapa?" tanya Fadil khawatir.

"Aku tidak apa-apa kak." gumamku pelan.

Kepalaku terasa sangat pusing dan pening, badanku terasa lemas dan akhirnya aku memejamkan kedua mataku dan tidak sadarkan diri.