Chereads / Kawin Kontrak Mafia / Chapter 53 - Episode 53 : Informasi Dari Kakak

Chapter 53 - Episode 53 : Informasi Dari Kakak

Setelah aku berhasil melepaskan chip itu dari tubuh kakakku Soni dan dia kembali sehat tapi rasa dendamku sangat kuat, sama seperti rasa dendam mengetahui ibuku meninggal, walaupun tidak ada yang tahu tapi aku memiliki dendam pribadi.

Walaupun kakakku tidak mau memberitahukan kepadaku tapi aku sedikit mengerti alur kejadian yang sebenarnya yang membuatku bertambah dendam, setiap hari aku melamun dan emmikirkan cara yang sesuai dengan pembalasan dendam ini walaupun aku yakin akan lebih sulit apalagi musuhku saat ini keluarga Li

Walaupun masih beberapa hari kakakku tinggal bersama denganku tapi dia sudah kembali sehat saat ini dan sudah bisa bermain bersama keempat anakku. Selain itu kakakku juga mengajarkan beberapa keahliannya kepada keempat anakku.

"Paman Soni baguskan gambaran Ria!" gumam Ria menunjukkan gambarannya.

"Ya bagus sekali Ria."

"Kalau punyaku paman?" tanya Rio dingin.

"Bagus juga, kalian berdua jago gambar ya kayak ibu kalian."

"Iya dong paman, aku nanti ingin seperti ibu!" teriak Ria senang.

"Aku juga ingin punya istri seperti ibu paman!" teriak Rio senang dan mereka bertiga tertawa bersama-sama.

"Rio... Ria ... waktunya belajar anakku, kak Satria dan kak Putri sudah menunggu tuh," gumamku mengusap lembut rambut kedua anakku.

"Baik ibu!" gumam kedua anakku berlari ke dalam kamar.

"Oh ya kakak mari makan dulu." Aku menggandeng tangan Soni menuju ke dapur.

Di dapur aku mengambilkan bubur untuk Soni dan menyuapinya, tiba-tiba wajah Soni sedih yang membuatku bingung.

"Kakak, kakak kenapa sedih?" tanyaku pelan.

"Tidak ada adikku, hanya tidak enak denganmu. Kamu masih mau merawatku padahal aku selalu membuatmu menderita bahkan aku membunuh ibu tiri di depanmu!"

"Aku tahu kok, ayah yang memberitahukanku."

"Ayah? Kapan?"

"Mmmm surat terakhirnya, tuan Li yang memberikan kepadaku saat natal dulu."

"Apa kamu yakin surat itu tidak bohong?"

"Awalnya sih iya tapi saat mata-mataku menyelidiki kasus itu ternyata ayah benar-benar mati dibunuh San dan bahkan Han juga bilang hal yang sama." desahku pelan.

"Ya bagaimana Han juga tidak tahu kalau keluarga Li bekerja sama dengan organisasi musuh untuk membunuh ayah."

"Kenapa kakak bilang seperti itu?"

"Kakak mata-mata di keluarga Li jadi kakak tahu apa yang terjadi, kalau masalah ibu memang itu keinginan kakak tapi kalau ayah... kakak tidak punya niatan membunuhnya."

"Lalu Chip itu siapa yang memberikannya?" tanya penasaran.

"Hans dan San yang memberikannya, San itu wakil mafia Hans."

"Dari hasil mata-mata kakak, apa Hans itu tuan X yang sesungguhnya?"

"Bukan..."

"Bukan? Jangan bilang pria yang kabur saat perang mafia dulu!!"

"Ya dia ada di balik ini semua, aku pernah sesekali bertemu dengannya."

"Tapi kan kita tidak tahu dia dimana kak, pasti dia berpindah-pindah!"

"Betul sekali, tapi kamu tahu siapa pria yang menjadi otak perang mafia dulu?"

"Haah siapa kak?" tanyaku penasaran.

"Saudaranya tuan Li, aku tidak tahu saudara kandung atau tiri yang jelas dia termasuk keluarga Li."

"Tapi bukannya pria bertopeng itu Hans ya?" tanyaku terkejut.

"Bukanlah, emang kamu kira pria bertopeng di perang dulu itu Hans? Umurku dengan Hans itu sama dan perang itu dilakukan saat kita kecil Sani, cobalah berpikir jernih!" protes Soni kesal.

"Berarti Hans yang menggantikan orang itu menjadi pria bertopeng?" tanyaku terkejut.

"Yups benar sekali, orang itu sangat ingin menjadikanmu istrinya tapi saat itu kamu masih kecil dan itu tidak mungkin jadi orang itu menikah dengan ibu tiri dulu, aku yang sudah tahu dan menentang pernikahan ayah dan ibu tiripun membuangku ke keluarga Li oleh ibu tiri..."

"Dibuang? Jadi yang dulu diusir itu kakak dijadikan budak di keluarga Li?" tanyaku terkejut.

"Ya benar, tapi karena aku berbakat jadinya tuan Li melatihku jadi ya dia mengganggapku sebagai anaknya."

"Lalu apa tujuan ibu membuang kakak?" tamyaku penasaran.

"Tujuannya agar dia bisa menghasutmu dan kamu mau bergabung dengan mereka lalu menjadikanmu budak, kamu tahu sendirikan kamu jadi budak reproduksi bagi keluarga Li? Itu masih awal dari semuanya tapi untungnya kamu kabur dan ya Satria yang menjadi sasarannya..."

"Sudah aku duga." desahku meletakkan piring di atas meja.

"Ada apa adikku?"

"Mmm tidak ada, kakak istirahat aja dulu. Kakak baru pulih jadi kakak harus banyakin istirahatnya biar kakak cepat sembuh ya." gumamku memapah Soni dan merebahkannya di tempat tidurnya.

"Sani, jangan berbuat aneh-aneh ya. Mereka lebih kuat dari pada kamu, kakak saja terluka parah seperti ini."

"Ya kakak tenang saja, bahkan...aku akan membalaskan dendam penderitaan kakak kok... jadi kakak tenang saja ya!" gumamku pelan.

"Apa...Kamu tadi bicara apa?" tanya Soni penasaran.

"Mmm tidak ada, kakak istirahatlah dulu. Nanti Satria dan Putri yang akan menjaga kakak." gumamku berjalan pergi.

"Kamu mau kemana adikku?"

"Aku juga ingin istirahat kakak, capek tau!" gerutuku pura-pura manja.

"Hmm ya sudah istirahatlah, maaf kakak membuatmu lelah adikku."

"Tidak apa kakak, kakak istirahatlah." gumamku menyelimuti Soni dan berjalan keluar kamar. Disaat aku membuka pintu, aku melihat Sino berdiri di dinding sambil menutup matanya.

"Kenapa kamu ada disini?"

"Apa kamu merencanakan sesuatu istriku?" tanya Sino dingin.

"Apa kamu mendengarkan percakapan kakak?" gumamku menutup pintu kamar dan bersandar di pintu.

"Menurutmu? Aku kepala markas rahasia jadi siapa yang melarangku menguping pembicaraan orang lain."

"Markas rahasia? Bukannya Wahyu ketuanya sekarang?"

"Tidak, organisasi rahasia berbeda dengan markas rahasia dan kamu tahu akan hal itu istriku!"

"Ya sudahlah aku ingin istirahat." gumamku berjalan melewatinya, tapi Sino menarikku dan mendorongku ke dinding sambil menatapku dingin.

"Apa kamu kira aku akan mengijinkan kamu melakukan hal bodoh lagi istriku?" gumam Sino dingin.

"Ti...tidak aku tidak melakukan apapun!"protesku kesal.

"Kamu bohong!" gerutu Sino menggigit leherku kuat.

"Uuugghhh, sa...sakit" rintihku pelan.

"Aku mengenalmu lebih dari siapapun Sani aku tahu kamu akan melakukan balas dendam seperti perang mafia dulu bukan?" bisik Sino pelan.

"A...aku..."

"Kamu bisa membohongi Soni atau Fiyoni tapi kamu tidak bisa membohongiku Sani...Aku mengetahui apapun yang ada di dirimu bahkan tatapan penuh kebencian itu membuatku hafal...tidak...bahkan lebih mengerti kalau kamu ingin melakukan pembalasan dendam sendirian!" gumam Sino serius.

"Kak Sino ini urusanku jadi...Kak Sino jangan mengganggu urusan...Uuugghhhh!!!" teriakku keras saat Sino kembali menggigitku.

"Kamu istriku dan aku sebagai suamimu harus melindungimu!"

"Kenapa...kenapa...kamu mau melindungiku, padahal kak Lan dan Fiyoni masih mencintai dua wanita itu kan? Lalu kenapa?" gumamku pelan.

"Kamu kalau serius selalu memanggilku Lan ya..." desah Sino pelan.

"Kenapa? Kenapa kamu lakukan itu, aku...aku tidak pantas menjadi istri kalian berdua!"

"Tidak, dengarkan aku..."

"Saat aku hamil Rio dan Ria kalian berdua mengurungku disini tapi kalian entah dimana bahkan kalian berduaan dengan Rafaela dan Lia yang membuatku... Uuugggghhh!!" rintihku kesakitan saat Sino menggigit leherku, gigitannya kali ini membuat badanku lemah dan aku terjatuh di pelukan Sino.

"Menenangkan dia sangat susah ya...Sino?" gumam seorang pria berjalan kearahku, aku menatap seseorang itu dan ternyata dia Fiyoni Khun.

"Ya dia sama seperti dulu keras kepala." desah Sino menggendongku dan berjalan bersama dengan Fiyoni.

"A...apa yang kalian lakukan kepadaku?" tanyaku pelan dan Sino tersenyum dingin ke arahku.

"Sedikit memberikanmu hukuman yang pantas untukmu."

"Hukuman ya? Hukumlah, aku tidak peduli lagi pula... Aku sudah biasa kau hukum kak Sino!" desahku menutup kedua mataku.

Aku tidak tahu hukuman apa yang dimaksud kedua pria menyebalkan ini tapi walaupun Sino atau Fiyoni menyiksaku aku tidak akan mengatakannya!!