Chereads / Abi dan Laki-Laki Pilihannya / Chapter 3 - 3. Pertemuan Yang Menyakitkan.

Chapter 3 - 3. Pertemuan Yang Menyakitkan.

Jam satu siang Sekar sudah sampai di kafe tempat awal dia dan Danu bertemu. Tepat waktu, ia lihat di kafe belum terlihat sosok Danu di antara pengunjung yang datang. Ia tidak peduli Danu setuju atau tidak dengan waktu yang sudah ia tentukan tadi di telepon. "Kebiasaan," keluhnya masih harus menunggu, ia masih bisa memaklumi bila Danu harus terlambat. Tetapi, disaat genting seperti ini, apa ia harus terlambat juga? Kebiasaan mengulur waktu Danu membuat ia kesal sendirian. Sekar duduk di salah satu kursi kosong dekat jendela. Mulai menunggu.

Sepuluh menit..

Dua puluh menit..

Tiga puluh menit dan hampir satu jam Danu terlambat dari janjinya. Bahkan minuman yang ia pesan pun sudah habis diesapnya.

"Kemana sih mas Danu? Kok, belum datang juga?" kata Sekar mulai bosan menunggu.

Tangannya sibuk mencari ponsel di dalam tas. Kali ini, ia benar-benar sudah habis kesabaran buat menunggu. Apalagi, Abinya menyuruh dia untuk bertemu laki-laki itu minggu depan. Kemauan Abi tidak bisa ditawar lagi. Keras kepala. bukan hanya sebuah pesan saja, tetapi di layar ponselnya tertera nama Danu saat notifikasi panggilan sebanyak lima kali ia abaikan. "Mas Danu telepon aku?" gumam Sekar, ia melihat waktu Danu telepon di ponsel.

Ia bergegas mengetik pesan.

'Mas, di mana sih? Lama banget? Ini udah jam berapa mas? Niat gak sih, ketemuan sama aku?'

Lalu dikirim pesan itu dengan menekan tombol send secara kasar. Ia meletakan ponsel keatas meja sedikit membanting.

Tak berapa lama.

drrt.. drrrtt..

Ponselnya bergetar di atas meja. Ia bergegas menyambar cepat ponsel itu. Membuka pesan dari Danu yang sedari tadi ia tunggu, ia mulai membaca pesan dari Danu itu.

'Maaf sayang, mas masih di jalan. Sebentar lagi sampai, kok!"

Sekar mendengus kesal, ia tidak menjawab pesan dari kekasihnya itu. Sekar sudah menduga bahwa ternyata masih lama lagi ia harus menunggunya sampai ke kafe ini. Wajah Sekar menekuk kesal, ia tidak mungkin memesan minum kembali, sebab ia sudah mengabiskan lima gelas jus, dan bahkan ini gelas ke enam ia pesan. Itu pun terpaksa ia pesan, salah satu dari pelayan resto itu terus menerus mengawasinya, dan itu membuat bosan Sekar yang tak kunjung pergi setelah satu jam lebih dari kedatangan.

Di menit ke 50, orang yang ia tunggu datang juga. Keringatnya mengucur, tampak ia kelelahan. Danu berlari dari parkiran menuju lantai dua tempat Sekar yang sengaja memilih untuk pertemuan mereka kali ini.

"Maaf sayang, mas tadi ketemu klien dulu dan negosiasinya ternyata lama banget. Udah gitu jalanannya macet banget," katanya menjelaskan agar Sekar tidak lagi marah. Ia lalu mengambil tisu dan mengelap keringat yang masih menempel di dahinya.

Sekar tidak menggubris ucapannya. Ia terlihat sangat marah, dan ia juga tidak bisa toleransi buat orang yang terlambat lebih dari tiga puluh menit. Danu melirik kearah kekasihnya, ia menyadari kalau Sekar sedang mengambek. Ia berinisiatif untuk memulai menyentuh jemari tangan Sekar.

Sekar metarik tangannya dari tangan Danu yang berusaha menggenggam, kali ini Sekar sedang tidak ingin disentuh oleh laki-laki yang sudah memacarinya selama tiga tahun.

Ya, tiga tahun. Status antara Sekar dan Danu memang berpacaran. Tetapi Danu belum berani melamar Sekar walau ia sudah pernah datang dua kali bertemu kedua orang tua Sekar, dan kali ini Sekar berharap Danu berani melamarnya agar perjodohan itu tak pernah terjadi padanya.

Tiga tahun bukan waktu yang sebentar buat saling mengenal satu sama lain. Sekar rasa itu waktu yang sudah sangat cukup buat Danu memberi kepastian untuk melamar atau meninggalkan dia.

"Sayang! Kok, diam sih, kamu marah?" tanyanya mengamati wajah Sekar yang di tekuk dan tak sekalipun memberi senyuman. Ia sangat tau sifat manja kekasihnya bila sedang marah.

"Mas tau kan, telat satu jam?!"

"Hampir satu jam sayang, kan masih sepuluh menit lagi!" Ralatnya membuat Sekar semakin jengkel, matanya ke jam di pergelangan tangan. Memastikan waktu ketelatannya.

"Ya pokoknya mas telat!!" Sergah Sekar tidak mau mengalah sama sekali.

"Iya ... iya, mas minta maaf kalau salah," katanya membujuk, meraih kembali tangan kekasihnya yang tidak berhasil digenggam. "Sekarang, kamu mau bicara apa? atau kamu mau pesan minum?!"

Sekar melotot ke Mas Danu, "Mas gak liat aku udah minum berapa gelas sambil nungguin Mas dateng?" gerutunya kesal.

Danu tersenyum mirip kuda. "Maaf, mas gak liat, ya udah kalau gitu kita pesen makanan ya..!"

"Gak usah, udah kenyang perutku sama air!" sergah Sekar sedikit membentak. Ia benar-benar sudah hilang kesabaran dengan sikap pacarnya itu. Ia merasa, Danu tidak peka dengan kegelisahaannya saat ini.

"hmmm" Danu berdehem, mulai menyerah membujuk. "Iya deh, ya udah ... kamu mau ngomong apa sama mas?"

Gadis itu membenarkan posisi duduknya, ia tatap wajah Danu yang sangat tampan walau keringat sedang membasahi wajah dan tubuhnya, ketampanannya itu sangat terlihat sangat jelas buat cewek-cewek remaja. Ia terlihat berkharismatik, berwibawa dan sangat walau tidak tersenyum.

Laki-laki di hadapan Sekar, sedang menunggu bibirnya berkata. Laki-laki yang ia kenal dulu di kafe yang sama, sangat sayang padanya. Entah kenapa Danu begitu menyukai Sekar, gadis itu pun tidak tahu. Padahal dulu baik Sekar maupun Danu tidak saling mengenal satu sama lain. Tiba-tiba saja Danu datang ke meja Sekar saat ia sedang asik berdiskusi dengan teman-teman kampus.

"Hai, saya Danu ... boleh saya kenalan?" Katanya mengagetkan gadis itu dan kedua temannya saat itu.

"Boleh ... boleh mas ..." Nita dan Vira berebut kenalan. Mereka yang lebih antusias di banding Sekar yang diajak kenalan oleh Danu.

"Kalau mba-nya siapa namanya?" katanya lagi waktu itu. Ia tampak penasaran ingin kenal dengan Sekar yang jual mahal.

"Udah Sekar, diajak kenalan cowok ganteng dan manis kenapa ditolak sih?" celetuk Nita lebih gatel daripada yang diajak kenalan.

Sekar sangat risih waktu itu, cowok yang belum ia kenal sudah mengajaknya kenalan. Mata bening itu menatap laki-laki berjas rapih berwarna abu-abu dengan dasi biru tua menggelatung di lehernya sedang menunggu Sekar menjabat tangannya.

Ia benar-benar mengabaikan uluran tangannya dan fokus kembali pada materi tugas kuliah yang sedang ia dan kedua temannya kerjakan. Berusaha jual mahal agar Danu tau tidak semua cewek gampang di ajak kenalan hanya ketampanannya itu.

"Namanya Sekar Ayu Nafira mas!" karena mulut Vira yang tidak bisa menahan itu membuat Danu tau siapa nama dirinya.

"Viraaaa!!" Kata Sekar melotot.

"Abiss, kasihan masnya ngajak kenalan gak ditanggap!" kilah Vira membela diri.

Sekar tersenyum kecut.

Namun, Mas Danu membalas dengan senyuman termanis waktu itu, dan itu yang membuat Sekar selalu terbayang wajahnya. Cowok dengan senyuman manis yang akhirnya membuat ia menerima Danu dan menjadi pacarnya hingga saat ini. Bukan hanya itu saja, intensitas waktu bertemu dan kegigihan Danu mengejarku, membuat Sekar mengiyakan ajakannya untuk menerima dia sebagai pacar.

"Aku ..." kata gadis itu mulai bicara. "Ingin mas melamarku malam ini juga!" lanjutnya membuat Danu menegapkan badannya dan membuka matanya sedikit lebih lebar.

"Melamar kamu? Malam ini?"

Sekar mengangguk dua kali. Danu menarik napas dalam-dalam.

"Mas bisa kan?"

"Ya gak bisa dong, sayang! Kan rencana kita tiga bulan lagi setelah orang tua mas balik dari Jerman."

"Ya mas ngomong aja dulu sama Abi dan Umi, terus nanti mas tinggal lamar resminya sama orang tua juga keluarga mas!" kata Sekar memberi masukan. Sepertinya, Danu enggan menyetujui usul gadis ini. Ia terlihat ragu untuk mengikuti sarannya itu.

Kepalanya menggeleng, dan itu sangat mengecewakan Sekar. Hatinya terasa sangat sakit, walau ia tahu jawaban apa yang akan di berikan Danu, tetap saja rasa sakit itu membuat hatinya sedih dari penolakan itu.

"Kenapa? Mas katanya sayang sama aku?"

"Keluarga Mas gak akan bisa kalau mendadak kayak gini. Beri Mas waktu seminggu ya!" Elak Danu kian membuat ia bertambah kecewa.

"Baik, kalau itu keputusan mas, tapi mas jangan menyesal setelah ini aku akan dilamar laki-laki lain pilihan Abi!" Tegasnya meraih tas dan ponsel dari atas meja. Ia sisipkan uang selembar seratus ribu di bawah gelas sebelum pergi.

Ia berdiri dan lalu meninggalkan Danu yang hanya bisa menatap. "Sayang ..., jangan kayak gini dong!" Dan akhirnya Danu ikut bangun dan mengikutinya dari belakang, ia membujuk gadis itu.

Namun Sekar tak peduli, baginya, keputusan Danu tadi adalah keputusan terakhirnya dan tidak bisa lagi diberi kesempatan lagi. Dan Sekar juga tidak peduli dengan orang-orang yang melihat mereka berdua menganggap apa. Ia tetap kesal dengan jawaban Danu.

"Sayang, dengarkan mas dulu dong! Pernikahan harus disiapkan secara matang, gak bisa mendadak kayak gini." Sekar melengos saat Danu menatapnya. Ia mengabaikan sambil menunggu taksi dan tak peduli keberadaan Danu yang terus memohon dan berusaha menjelaskan apapun agar Sekar tidak marah padanya.

"Taksiii" teriak Sekar semangat memanggil taksi yang melintas. Taksi berhenti tepat di depannya. Lalu ia buka jendela setelah berada di dalam taksi.

"Kalau mas serius sama aku, mas datang ke rumah dan lamar aku malam ini! Kalau gak, jangan harap kamu bisa ketemu aku lagi!" kata Sekar memgultimatum agar Danu berpikir keras untuk mendapatnya dan mematahkan tradisi perjodohan yang menyebalkan itu baginya. "Jalan bang!" Perintahnya pada supir taksi.

Danu hanya berdiri diam sambil melihat taksi itu menjauhi dirinya. Lalu gadis itu, ia lihat Danu dari kejauhan, tampak laki-laki itu tidak semangat melihat taksi yang ia tumpangi. Menyesalkah?

Sekar juga tidak tahu, ia berharap Danu tetap datang melamarnya pada kedua orang tuanya.

****

Bersambung..