"Bagaimana benar dugaanku bukan"
Seorang pria tertawa kecil menatap seorang gadis yang menujukkan sebuah perasaan senang karena berhasil melakukan hal yang menarik.
Pandangan keduanya mengarah pada seorang pria yang menunduk dengan tubuh yang bersandar di dinding. Tidak ada suara apa pun di sana selain suara angin yang berhembus kencang. Mereka berdua kembali tertawa menatap pria itu yang terlihat menyedihkan.
Rumor kecil akan menjadi besar hanya dalam satu jam, tidak ada yang akan tau dari siapa rumor itu menyebar. Dan itu adalah hal yang mudah bagi gadis itu "sekarang apa rencanamu? Aku dengar perebutan tahta terjadi antara mereka"
Gadis itu tersenyum miring "aku tidak akan membiarkan mereka berdua bisa berbuat seenaknya"
"Apa kau akan membantu tunanganmu sekarang?" pria itu masih penasaran akan hal yang di pikirkan gadis di sebelahnya.
"Tidak juga! Aku hanya melakukan apa yang di inginkan ayahku" jawaban gadis itu membuat pria di sebelahnya terkejut.
"Tuan Duke?"
Gadis itu mengangguk dengan senyuman yang paling lebar di bandingkan biasanya. Maniknya menujukkan sebuah kejujuran di sana dan pria itu tidak habis pikir jika gadis di sebelahnya bisa dengan mudah mengatakan hal yang bisa memicu pemberontak.
Tentu dia tau jika Duke Lawton bertindak aneh sejak dua tahun lalu, walau dia tidak tau apa yang terjadi. Tapi dia tidak menyangka bahwa keluarga Duke yang di percaya oleh Kekaisaran berniat memberontak. Walau begitu ini bukanlah urusannya dan dia tidak mau masuk lebih dalam lagi.
"Tuan Duke berniat melakukan pemberontakan..?"
Pria itu sedikit takut utuk bertanya tapi dia penasaran, apakah pemikirannya saat ini benar. Dan gadis berambut merah itu menggeleng tidak tau akan rencana ayahnya. Dia hanya di suruh untuk selalu mempercayai Putra Mahkota dan jangan pernah membiarkan siapapun merendahkannya yang seorang Putri Mahkota.
Pria itu terdiam membiarkan gadis berambut merah itu pergi meninggalkan dirinya yang ketakutan. Entah kenapa fakta yang baru saja dia dengar akan menimbulkan hal yang besar nantinya. Entah benar atau tidak tapi dia ingin menghindar sebelum menjadi bagian dari masalah itu.
Pria itu berniat berbalik pergi sampai dirinya di kejutkan oleh pria berambut hitam yang menatapnya tajam. Tatapan dingin dan datar itu menandakan sebuah ketidak nyamanan. Dan pria itu sadar bahwa pria di hadapannya adalah orang yang berpengaruh sama seperti gadis berambut merah tadi.
"Apakah aku mengejutkanmu?" tidak ada ekspresi yang terlihat jelas di wajah pria berambut hitam itu membuat pria itu mundur dengan ketakutan yang dia rasakan.
"Sir Richard!!" kaget pria itu menatap Richard yang tersenyum tipis.
Richard mendekatan bibirnya pada telinga pria di hadapannya, dengan wajah tanpa dosa dia mengatakan semuanya. Raut wajah pria itu terkejut dengan ketakutan yang semakin membesar. Richard melangkah mundur dengan langkah yang dia pacu mendekati Caesar.
Caesar terkejut melihat Richard yang mendatanginya dengan uluran tangan untuknya "apa kau akan duduk di sana?"
Ucap Richard dengan sebuah pandangan tidak percaya dan Caesar langsung tertawa kecil sebelum menerima uluran tangan Richard "jadi apa yang terjadi?" tanya Richard menatap Caesar yang menghela nafas pelan.
"Sepertinya aku terlalu bodoh karena percaya dengan rumor"
Richard mengangguk, dia jelas tau apa yang terjadi karena dia jelas mendengar semua yang di katakan Putri Duke Lawton dan Putra Count Grafton tadi. Tapi dia ingin mendengar langsung dari Caesar sekarang dan Richard akan membantu untuk menyelesaikan semua kesalahpahaman ini.
"Rumor jika perang tahta telah di mulai bukan?" sahut Richard membuat Caesar mengangguk.
"Bukankah Yang Mulia Pangeran dan Yang Mulia Putri memang berniat ikut dalam perebutan tahta?"
Caesar terkejut, dia pikir si kembar tidak berniat ikut dalam perang tahta sampai ingatannya awal pertemuan mereka muncul. Ucapan Rimonda yang tanpa sadar dia ucapkan membuat Caesar membeku di tempatnya. Maniknya terlihat bergetar, dia melupakannya.
Melupakan ucapan Rimonda jika mereka hampir di bunuh, di bunuh di saat masih di wilayah Kekaisaran. Caesar langsung menatap Richard yang terkejut akan tatapannya "apakah ada yang salah?"
"Kau harus membantuku!"
Richard tidak paham tapi sepertinya akan ada hal yang menarik akan terjadi dan dia rasa ini akan menyenangkan.
"Soal apa?" tanya Richard menujukkan sebuah ketertarikan di nada bicaranya.
Caesar menjadi ragu, apakah tidak apa jika dia mengatakan soal hal ini. Tapi jika dia diam saja, maka dia tidak akan terus tertinggal tanpa tau apa pun. Lalu apa gunanya kata teman yang mereka tambahan dalam ikatan mereka bertiga.
Dan Caesar tidak sebodoh itu untuk tidak sadar bahwa dia tengah di tinggalkan untuk keselamatan dirinya "ini soal pemberontakan, apa kau tau jika si kembar hampir di bunuh" ucap Caesar dengan suara pelan namun masih bisa di dengar oleh Richard.
Richard terkejut, maniknya membulat sempurna menatap tidak percaya akan apa yang baru saja dia dengar saat ini. Sebuah fakta yang lebih besar dari sebuah pemberontak Duke Lawton. Dan Richard tidak pernah memikirkan hal seperti ini datang.
"Kau tidak bohong bukan!!" Richard masih tidak bisa mempercayai hal seperti ini, ini bukan lagi sebuah pemberontak kecil melainkan sebuah kudeta yang di siapkan oleh Duke Lawton.
Dan Caesar langsung mengangguk menatap Richard yang masih terkejut "aku memang rakyat biasa tapi aku tau bahwa ada yang aneh di Kekaisaran, entah itu para bangsawan sendiri atau keluarga Kekaisaran" bisik Caesar menatap Richard yang mengangguk paham.
"Jadi kau curiga jika ada pemberontakan yang terjadi di Kekaisaran" sahut Richard denagn nada berbisik.
Caesar mengangguk lagi dengan raut wajah yang benar-benar yakin akan hal yang tidak bisa dia percaya. Caesar bukanlah rakyat biasa yang bodoh dan tidak tau soal politik, dia jelas memiliki pengetahuan tentang politik yang para bangwasan ketahui.
Memang di akademi para siswa-siswi tidak di bedakan dan di perlakukan sama tapi ada kalanya para bangsawan bersikap seenaknya dengan rakyat biasa dengan mengandalkan sistem politik. Dan Caesar adalah salah satu dari jutaan yang ikut dalam permainan politik para bangsawan.
"Kau paham soal politik?" tanya Richard menatap Caesar yang tersenyum tipis.
"Sedikit"
"Ah.. kau belum tau jika sihirku bisa melihat aura setiap orang dan para bangwasan itu selalu menujukkan warna merah menyala setiap bertemu dengan kami" lanjut Caesar tersenyum lebar menatap Richard yang makin tidak percaya.
"Dan warna auramu adalah kuning terang yang begitu bersahabat denganku, Tuan Muda" ucap Caesar lagi membungkuk menunjukkan sebuah sopan santun dalam Kekaisaran yang selama ini dia lakukan saat bertemu dengan para bangwasan.
"Kau adalah orang baik"