Chereads / The Miracle of Death / Chapter 23 - Bad Day

Chapter 23 - Bad Day

Caesar kebingungan, dia tidak menemukan keberadaan si kembar sama sekali. Sejak perpisahan mereka semalam dia tidak bertemu si kembar lagi. Apakah mungkin si kembar melakukan penelitian yang ingin mereka lakukan kemarin. Entah kenapa Caesar khawatir jika si kembar memang melakukan hal itu. Dia hanya takut, mengingat penyakit yang mereka teliti masih belum di ketahui penyebabnya.

Dia tidak bisa tenang selama pelajaran berlangsung, bahkan profesor yang mengajar saja tidak tau kemana perginya si kembar. Apakah kekhawatirannya ini memang benar, ah.. kenapa dia malah berpikiran buruk seperti ini. Tapi tidak hanya Caesar yang panik, ada satu orang yang lebih panik dari Caesar.

Dia adalah Kaisar negeri ini, ayah si kembar yang mengirim mata-mata untuk melihat perkembangan di kembar. Dan kabar soal si kembar yang berniat melihat langsung lokasi penyakit itu menyebar sudah di terima Kaisar. Bahkan Kaisar sampai kebingungan karena tidak paham akan pemikiran kedua anaknya.

"Tidak ada!!"

Jam istirahat tengah berlangsung dan Caesar mendatangi ruangan milik Ramon yang kosong. Manik Caesar terus mencari petunjuk sampai dia melihat sebuah kertas yang terlipat rapi di antara tumpukan buku. Caesar mengambil kertas itu, dia langsung membuka dan membaca isi surat yang membuat Caesar menghentikan nafasnya sejenak.

Dugaannya ternyata terjadi, si kembar benar-benar tengah meneliti penyakit yang terjadi di Kekaisaran. Ini sungguh tidak masuk akal, mereka berdua benar-benar sangat keras kepala. Harusnya setelah dia menolak dan melarang mereka, mereka membatalkan rencananya. Tapi mereka berdua malah pergi seperti tidak peduli akan resiko yang bisa mereka dapatkan.

"Apa aku harus mencari mereka..?" Caesar menimbang-nimbang, apakah dia harus mencari si kembar atau membiarkan si kembar sampai mereka kembali.

Tapi entah kenapa Caesar merasa bahwa dia harus diam saja tanpa melakukan apa pun. Apa ini adalah tindakan yang benar, atau ini adalah tindakan yang buruk. Ah.. Caesar tidak tau harus apa sekarang, bahkan dia hanya bisa terduduk di pinggiran kasur milik Ramon sekarang.

"Kenapa kalian harus pergi..!" Caesar kesal, dia tidak mendapatkan jawaban untuk masalah kali ini.

Apakah dia memang harus diam saja seperti sekarang, entah kenapa Caesar malah semakin khawatir jika diam saja seperti ini. Dengan cepat Caesar bangkit dan langsung melangkah keluar, tatapan matanya terlihat begitu gelisah. Sampai dia di hadang oleh beberapa perempuan dan pria bangsawan.

"Oh.. sepertinya kau gelisah karena tidak ada pahlawanmu. Tenanglah kami tidak akan berbuat buruk jika kau bersedia melakukan tugas kecil untuk kami"

Dia adalah anak Duke dan dialah tunangan Putra Mahkota saat ini. Lagi-lagi Caesar harus bertemu dengan gadis bangsawan itu lagi. Walau mereka memang satu kelas tapi jika pertemuan mereka di luar kelas maka semuanya hanya seputar pembullyan. Dan Caesar tidak akan pernah bisa melawan karena statusnya yang rendah.

Jelas gadis itu menggunakan nama keluarganya untuk membuat dia tidak berdaya dan Caesar membencinya. Tapi dia hanya bisa diam di saat tangannya di tarik paksa dengan sebuah genggaman kuat yang menciptakan ruam merah di sana. Sepertinya dia harus bersabar lagi mengingat tidak ada si kembar yang selalu membantunya selama ini.

Caesar menghela nafas menatap gadis itu yang malah tertawa saat mendorongnya kuat. Tubuh Caesar membentur dinding dan Caesar yakin tubuhnya akan memar nantinya.

"Kau memang pantas mendapatkan perlakuan seperti ini!!" ucap Giselle mengingat perlakuan Rimonda terakhir kali padanya.

"Aku akan membalaskan semua rasa kesalku pada makhluk rendahkan sepertimu"

Sepertinya Giselle sudah tidak takut jika Rimonda dan Ramon akan melakukan sesuatu padanya. Tapi apa peduli gadis keturunan Duke itu, dia punya segalanya yang bisa menolongnya nanti. Si kembar hanya anak yang di buang oleh Kaisar jadi dia tidak perlu takut walau kabar soal kekuatan legenda mulai terdengar oleh telinganya.

"Kau ingin bermain seperti apa Putri?" tanya seorang pria dengan rambut biru terang dengan manik merah kecoklatan.

Gadis yang di panggil Putri langsung tersenyum miring menatap pria itu penuh akan ide menarik "aku di permalukan hari itu jadi dia juga harus di permalukan hari ini" ucap Giselle membuat pria itu tersenyum dan membungkuk lalu mendekati Caesar yang terkejut akan pukulan yang dia terima.

Pukulan demi pukulan menghantam wajah dan tubuhnya, sesekali Caesar meringis merasakan sakit yang entah sampai kapan akan berhenti. Dia tidak mampu melawan, andai saja dia memiliki status yang setara pasti dia tidak akan tersiksa seperti ini. Kenapa para bangsawan selalu saja menjadikan pihak mereka sebagai sebuah permainan bahkan Caesar jelas tau bagaimana tindakan korupsi para bangsawan.

Andai saja dia bisa melawan, dia pasti akan memukul pria di hadapannya ini. Maniknya mulai menutup, apakah tubuhnya memang selemah ini. Apakah dia tidak bisa bertahan lebih lama lagi, seharusnya dia mencari si kembar sekarang tapi dia malah berakhir seperti ini. Sepertinya dia memang tidak akan bisa sadar sepenuhnya, rasanya kepalanya sangat pusing dengan pandangan yang mulai mengabur.

Samar-samar Caesar mendengar percakapan mereka, bagaimana gadis bernama Giselle itu berniat mengikatnya di atas pohon. Kenapa hidupnya harus sangat menyedihkan seperti ini, padahal dia masuk sekolah ini juga bukan untuk mencari musuh. Dia hanya ingin belajar dan menjadi ahli sihir terhebat di Kekaisaran, tapi dia hanyalah orang desa terpencil yang miskin dan tidak punya apa-apa selain beasiswa sekolah.

'Apa mereka baik-baik saja?'

Apakah Caesar memang sebodoh ini dengan memikirkan keadaan si kembar dari pada keadaannya sendiri. Maniknya mulai menyipit dan akhirnya tertutup rapat, rasa sakitnya mulai menghilang dengan sebuah mimpi yang akan membawanya pergi jauh dari kenyataan pahit ini.

"Hei.." terdengar suara dari arah belakang di mana seorang pria dengan rambut perak dan manik biru berlian mendekati mereka.

Pria itu langsung memukul pria yang memukul Caesar, hanya sekali tapi mampu membuat pria itu tersungkur. Giselle terkejut dan langsung berniat kabur bersama dua temannya tapi pria itu malah mencengkram tangan Giselle kuat. Pria itu menatap tajam ke arah manik merah tua Giselle, dia berdecak kesal dan langsung melepaskan cengkramannya.

"Apa kau tidak belajar etiket dasar bangsawan? Aku jelas sudah mendapatkan pelajaran itu sejak berumur lima tahun. Tapi kau yang berumur dua belas tahun saja masih tidak tau etika dasar seperti ini. Oh.. apakah Yang Mulia Duke Larce tidak memberi pelajaran etiket sejak kecil?? Atau kau memang tidak pernah belajar etiket?"

Mau di katakan banyak bicara pria itu tidak peduli, nyatanya Giselle langsung berdecak kesal dan pergi begitu saja meninggalkannya bersama Caesar "ah.. hari yang menyebalkan"