Rimonda tersenyum miring, maniknya menatap ke arah belati kecil di depan lehernya. Tidak ada perasaan takut yang memenuhi pikirannya, yang ada adalah perasaan tidak sabar menunggu seseorang untuk datang.
Sepertinya kakaknya itu tengah di landa kebingungan karena pesan yang dia sampaikan. Bahkan dia mendengar jelas bagaimana cerewetnya kakak kembarnya itu saat ini. Rimonda menghembuskan nafas kasar, kedua tangannya tidak bisa dia gerakkan dan itu membuatnya kesal.
Dia langsung menginjak kaki Iblis itu dengan kuat, suara teriakan memenuhi ruangan itu. Rimonda tersenyum mengejek, menatap tajam pada pria yang dengan bodohnya bermain-main dengannya.
'Kau itu dimana!? Kau mau lihat aku mati baru datang!!'
Rimonda mendengus, isi pikirannya sejak tadi penuh akan keributan yang Ramon buat. Bagaimana bisa kakaknya itu malah ribut dan tidak membantunya, dia bahkan bisa mendengar suara para pelayan dari pintu luar. Tapi kakaknya malah panik sendiri seperti orang gila.