Happy Reading :)
Group HK merupakan perusahaan yang berhasil masuk top 10 terbaik se-Asia yang berpusat di Surabaya. Prestasi yang berhasil dibangun sejak 20 tahun terakhir sejak berdirinya perusahaan bahkan tidak bisa disebutkan dengan jari di kedua tangan dan kaki. Pendiri sekaligus CEO, Arya dwinata, hanya memiliki satu prinsip dalam hidupnya, yaitu Kebahagiaan Putrinya!
Putrinya, Cahya Dwinata adalah garis bawah dan pegangan Arya sejak kepergian mendiang istrinya. Kebesaran Groups HK saat ini dikarenakan keinginan Arya untuk memberikan kehidupan yang layak untuk putrinya dan bisa dikatakan Group HK ada karena Putrinya!
Setidaknya, itulah yang dipikirkan Arya.
Itulah sebabnya, Arya tidak segan-segan memberikan 45% saham perusahaan untuk Putrinya, bahkan dia akan memberikan status CEO nya, jika saja putrinya cukup umur, sayangnya putrinya baru berusia 18 tahun dan masih menempuh jenjang pendidikan.
Saat ini di sebuah hotel ternama di Surabaya, sebuah pesta diadakan di salah satu ruangan VIP. Lagu diputar dengan keras dalam ruangan VIP yang kedap suara. Ruangan itu berisi 40 orang, baik pria maupun wanita dengan wajah-wajah muda yang dipenuhi semangat, dilihat dari wajahnya, mereka adalah remaja usia belasan yang baru menginjak usia orang dewasa.
"Wahh Gila bro! ini baru pesta kelulusan terbaik!"
"Bener banget bro! thanks Ama Cahya, dia yang ngadain ini khusus untuk kelas kita"
"Emang The best lah, untung banget sekelas Ama Cahya selama tiga taun ini. gak sia-sia kelulusan SMA ku!"
....
Di sisi ruangan, sofa dan kursi disusun untuk beberapa orang yang lelah menari di tengah ruangan. Saat ini empat gadis cantik duduk di salah satu sofa. Postur mereka dan kerlap kerlip lampu disko seakan membuat keempat gadis tampak seperti malaikat yang turun langsung dari surga untuk menghadiri pesta di dunia fana.
"Cahya! makasih banget buat pestanya, Aku gak bakal lupa sama masa SMA ini, Apalagi temen yang cantik kayak kamu"
Seorang pemuda menghampiri keempat gadis itu, salah satu gadis yang duduk ditengah-tengah melirik kearah pemuda yang berbicara, bulu matanya yang lentik bergerak dengan ringan dan sebuah senyuman yang begitu kaku terbentuk di bibirnya.
"ehem... Yah, nikmati aja pestanya. Gak usah hiraukan biaya, karena aku yang bayar!"
"Oke Cah! Btw, kalo beloh—"
"Oh iya Rin, Kapan makanannya datang, ya? Lama banget."
sebelum pemuda itu bicara, Cahya memutar kepalanya ke gadis disebelahnya dan berbicara dengan cepat, tidak peduli dengan pemuda yang mengajak berbicara di depannya. Menyadari situasi, pemuda itu dengan canggung mengaruk kepalanya yang tidak gatal dan undur diri dari grup empat orang itu, kembali ke lantai dansa.
"Udah pergi tuh, Cah" Ucap salah satu dari keempat gadis.
"Untung aja, dia sadar diri segera. Gak perlu diingatkan" Ucap yang lainya.
"Jangan begitu kalian, Dia juga temen sekelas kita, jangan terlalu jutek" kali ini yang berbicara adalah gadis yang di sapa Rin oleh Cahya.
Cahya yang duduk di sampingnya menatap gadis itu, kemudian memeluknya dengan erat.
"Yaampun Rina!!! Kamu baik banget sih!!"
keempat gadis itu adalah teman semasa SMA kecuali Rina dan Cahya.
Rina Amelia adalah putri dari rekan kerja ayah Cahya. Ayah Rina, Rafi, adalah salah satu direktur yang bekerja Group HK, dia bekerja sejak Group HK baru didirikan oleh Arya. itulah sebabnya, Rafi bisa memperkenalkan putrinya sendiri untuk berteman dengan putri atasanya.
Disisi kanan Cahya—Rina disisi kiri— Gadis dengan rambut hitam legam dan bola mata biru batu safir, Andrea Dovizeaso adalah putri dari seorang Dokter bedah ternama. Seorang blesteran keturunan Jawa-belanda. Ayahnya merupakan keturunan Belanda murni, bertemu ibunya yang merupayn orang asli surabaya saat pertukaran pengetahuan antara dokter muda yang bertempat di Surabaya. Karena cintanya, Dokter muda yang berbakat itupun memilih menetap di Surabaya dan membangun keluarganya di sana.
Gadis satunya, Revi Mariska, adalah teman semasa SMP Rina, seorang putri dari pemilik toko online. walaupun statusnya tidak cukup untuk masuk ke grup 'Cahya', hanya karena dia berteman dengan Rina, nama Revi otomatis tercantum di dalam kelompok itu.
Keempat gadis itu adalah Dewi diangkatan mereka, Rina yang memiliki rambut coklat dan mata hitam, merupakan keturanan Jawa asli tampak halus dan elegan. Revi dengan rambut di semir pirang—karena sudah lulus pikirnya—dan mata coklat, tampak seksi nan dewasa. tidak lupa si blesteran dengan wajah penuh keanggunan dan sedikit sentuhan keangkuhan menambah nilai plus dalam grup itu. Tidak lupa dan yang paling penting, Lead grup mereka, Cahya Dwinata, dengan kulit yang halus seputih porselen, wajah kecil dan mata coklat yang besar seperti boneka, Rambut hitam lurus bergelombang. bahkan kecantikan Ketiga gadis sebelumnya akan pucat dibandingkan dengan Cahya sendiri.
"Btw, setelah lulus kalian kemana? gak putus kontak kan?" Revi memulai pembicaraan setelah Cahya puas memeluk gadis di sampingnya.
"Ya gak lah! ngapain putus kontak! kita kuliah di universitas yang sama kan?" Cahya berkata dengan semangat.
"Umm guys" Andrea disebelah kanan Cahya membuka suara, tampak ragu-ragu diwajahnya. "Sebenernya Papa ingin kembali ke Belanda dan Mama juga setuju, jadi aku bakal pindah ke Belanda dan menetap disana"
"Apa?! Serius kamu Rea?" Ketiga gadis itu tampak syok. Seperti kata Cahya, mereka sudah janji untuk kuliah di universitas yang sama walaupun beda prodi dan berita kepindahan Andrea membuat mereka syok.
Andrea mengangguk pelan, tampak sedih berpisah dari teman-temannya yang sudah menghabiskan tiga tahun bersama.
"Aaaahh!" Cahya disebelahnya langsung memeluknya dengan erat, "Reaku tersayang!!, jangan sedih dong. Kita masih bisa kontakan kok. Sekali-kali mungkin kita bisa liburan ke Belanda buat ngunjungin kamu, atau kamu mampir ke sini juga selama liburan"
Mendengar ucapan Cahya, sisanya mengangguk setuju, Revi berdiri dan pindah disebelah Andrea, ikut memeluknya, Rina juga ikut memeluk mereka dengan pelukan yang besar.
"Oke guys, cukup! sesak napas aku!" Mendengar ini mereka tertawa bersama. Setelah sesi pelukan selesai, Andrea kembali membuka suaranya. "Aku harus pulang sekarang, lusa langsung berangkat, jadi gak bisa lama-lama disini"
"Loh?! Kok tiba-tiba sih?!" Kali ini Rina yang angkat bicara, nada suaranya tidak sehalus sebelumnya.
"Maaf" Andrea menundukkan kepalanya tampak menyesal. Melihat kecanggungan diantara Teman-teman nya, Cahya menepuk tangan, mengambil perhatian ketiga gadis lainnya.
"Udah, gapapa." Cahya tersenyum cerah, menambah daya tarik dalam dirinya. "Kalo kamu mau pulang, kita anterin ya? Itung-itung buat salam perpisahan kita" Cahya dengan semangat berdiri dari tempat duduk nya, menunggu yang lain berdiri. Andrea ikut berdiri, tetapi kedua gadis lainnya tetap duduk diam di tempat.
Cahya menatap keduanya dengan bingung, ada sedikit kerutan tidak senang diwajahnya. "Ngapain diem? Ayo!"
"Emm..., gini Cahya, kalo kita semua keluar, lalu siapa yang jadi penanggung jawab pestanya? Kalo ada pihak hotel yang datang, siapa yang urus? Jadi kamu aja yang pergi. Aku sama Revi tetep disini, jagain" Rina berkata dengan lembut, senyum manis tidak pernah lepas dari bibirnya.
Cahya ingin menolak, tetapi apa yang dikatakan Rina benar. Jika ada sesuatu yang salah dengan pesta ini. Cahya yang akan disalahkan sebagai Host yang mengadakan pesta, jadi keputusan yang tepat membiarkan salah satu dari mereka berjaga sebentar.
"Oke, Ayo Rea!"
Cahya dengan riang menarik tangan Andrea keluar, tidak memperhatikan senyum sinis kedua temannya yang tertinggal di belakang.
Cahya kembali setelah memastikan Andrea pulang menaiki taksinya dengan selamat. kembali keruangan VIP, Dia melihat kedua temannya sedang asik berbincang dengan teman sekelas mereka.
Mereka yang melihat Cahya datang, langsung membubarkan diri. Menyisakan Rina dan Revi ditempat mereka sebelumnya.
Melihat ini, Cahya mengangguk dalam diam, setidaknya mereka sadar akan tempat, Pikirnya. Cahya tidak suka ada gerombolan orang disekitarnya walaupun mereka adalah teman sekelasnya selama tiga tahun. Jika tidak kenal dekat, Cahya tidak repot-repot berurusan dengan mereka apalagi membiarkan mereka berdengung di sekitarnya. Benar-benar merepotkan!
"Jadi.." Cahya membuka obrolan setelah dia duduk ditempatnya semula. "Apa ada yang terjadi saat aku pergi?"
"Ada" Rina menanggapi, ragu-ragu sesaat sebelum kembali berbicara, "Salah satu Staf hotel datang, dia minta tanda tangan dari orang yang ngadain acara ini. Katanya untuk dokumentasi? Aku kurang yakin sih, jadi kami nunggu kamu kembali. Kan kamu penanggung jawabnya"
"Lalu, mana Staf hotel nya?"
"Dia cuma ninggalin ini dan suruh kamu tanda tangan disini setelah kembali." Revi menyerahkan Map kertas yang didalamnya berisi kertas kosong ukuran A4.
"Kok kosong?" Cahya bertanya dengan kebingungan menatap kertas ditangannya.
"Karena untuk dokumentasi, Mereka nanti menyuruh teman-teman sekelas menulis kesan dan pesannya di kertas itu. Jadi sebelum itu kamu tanda tangan untuk menyetujui tulisan mereka" Rina menjelaskan dengan perlahan, seakan menemukan kejanggalan dalam kata-katanya, dia menambahkan kembali "itu yang dikatakan staf hotel sebelumnya"
Cahya mengangguk tidak banyak bertanya, langsung menandatangani kertas kosong ditangannya. "Ada yang lain?" Cahya kembali bertanya setalah meyerahkan Map kertas kembali kepada Revi.
"Selain teman-teman kelas kita yang berbicara hal yang tidak jelas, Tidak ada" Revi menjawab sambil mengerutkan bibir nya tidak senang mengingat beberapa hal. Cahya tersenyum ringan melihat ekspresi wajah Revi, menepuk pundaknya menyemangati.
"Udah mau jam 9, kita udahin pestanya pas jam 9, ya?" Cahya berkata setelah memeriksa waktu di jam tangan nya. Mendengar ini kedua gadis di sebelahnya berseru kecewa, apalagi Revi tampak paling keras protes.
"Kok gitu Cah! Kan janjinya sampe jam 10, kenapa dimajuin satu jam?!"
Cahya tampak tidak senang dengan protesan Revi, tetapi dia tetap menjelaskan alasan kepada temannya. "Papa gak ngasih ijin sampe jam segitu, katanya kalo bubar jam 10 sampe rumah hampir tengah malem. Jadi maksimal jam 9 udah bubar"
"Astaga! Om Arya kolot banget!!" Revi kembali protes, tidak memperhatikan raut wajah Cahya yang telah berubah karena hinaannya terhadap papanya. "Ini pesta kelulusan Cahya! Pesta kelulusan masa sekolah! Kita gak bakal lagi bisa ngadain acara ini, jadi minta Om Arya kelonggaran, ini sekali seumur hidup loh!"
Cahya masih memasang ekspresi tidak suka. Tapi, suara lembut Rina terdengar disampingnya. "Bener Cah. Jika kamu minta ijin lagi, Om Arya pasti ngijinin, karena ini sekali seumur hidup. Gak mungkin kan kita bisa kembali ke masa-masa sekolah?"
Melihat ekspresi memelas kedua temannya, akhirnya hati Cahya akhirnya luluh, mengambil ponselnya dari dalam tas dan mengirim pesan singkat kepada Papanya tentang pesta yang bertambah satu jam. Setelah selesai Cahya memelototi kedua temanya kembali.
"Hanya sampai jam 10, oke?!" Ancamnya.
"Siap Bossque!" Keduanya memberi hormat kepada Cahya diselingi dengan tawa.
Waktu berlarut-larut, dari jam 9, berganti jam 10, berganti lagi sampai tengah malam. Tapi, pesta perpisahan diruang VIP masih belum selesai. Alasannya? Selalu saja kedua gadis itu berhasil menyakinkan Cahya untuk menambah setiap jam tambahan untuk pesta ini.
Cahya pun semakin terlarut dalam suasana pesta dan sejak pukul 12 tadi. Dia sudah tidak mempermasalahkan pembubaran pesta dan pesta kelulusan biasa berubah menjadi pesta dewasa dengan minuman berakohol menjadi pendamping.
Tidak tau siapa yang memulai memesan minuman itu, tapi setiap orang didalam sudah keadaan tidak sadarkan diri akibat mabuk. Tidak terkecuali Cahya dan kedua temannya.
Semakin malam, semakin liar. Itulah definisi yang tepat untuk pesat kelulusan ini.