Chereads / Gara-Gara Sebuah Mimpi [ END ] / Chapter 3 - Part 3. Perjuangan Mendapat Keadilan

Chapter 3 - Part 3. Perjuangan Mendapat Keadilan

Ke esokan harinya saat matahari mulai naik, penduduk desa mulai datang berbondong-bondong ke balai desa untuk menyaksikan bagaimana Christine akan mendapat hukuman.

Lalu ke- 5 istri pria jahat itu mulai menumpahkan kekesalan mereka di hadapan warga desa pasca kematian suaminya.

Salah seorang dari mereka, istri tertua mengatakan,

"Dengarlah kalian semua!

Aku tahu bahwa suami kami adalah seorang pemabuk berat dan suka berbuat onar, hidupnya tidak pernah membawa kebaikan bagi orang lain.

Tapi tidak bagi kami, meski suami kami selalu bertindak kasar kepada kami, tapi setidaknya dia masih menafkahi kami. Dia hanya sering bertindak kasar dan hilang kendali disaat dirinya mabuk.

Kami bisa tinggal dan tidur dengan aman di rumah saat dirinya masih hidup. Tapi setelah dia mati, kenyamanan itu pun hilang. Seluruh anggota dari keluarga suami kami telah merebut semuanya dari kami. Bahkan pakaian yang seharusnya menjadi milik kami juga mereka rampas.

Dan, lihatlah sekarang!

Sekarang kami tak punya apapun.

Jangankan untuk membeli pakaian menghangatkan diri, bahkan untuk makan pun kami harus mengaisnya dari tempat sampah.

Sebenarnya hati kami sangat terpukul mengetahui bahwa tidak satu harta pun yang suami kami akan wariskan pada kami. Kami hidup hanya untuk melayaninya saja.

Tapi selama dia hidup kami tetap merawatnya dengan baik. Dan dengan kondisi yang saat ini kami alami, kami bisa merima jika kami tidak mendapatkan sedikit pun warisan dari suami kami. Itu lebih baik. Karena kami masih bisa hidup dengan layak.

Tapi coba kalian lihat sekarang!

Sejak pria jahat itu mati, keadaan kami semakin menyedihkan. Jika saja dia masih hidup kami tidak akan seperti ini, hidup di jalanan dan kelaparan.

Semua ini karena perbuatan gadis hina itu." Teriaknya keras.

Lalu istri yang lainnya juga menjadi sangat marah mendengar pernyataan itu dan mulai hilang kendali hingga berniat menyerang Christine yang masih terikat di tiang. Tapi salah seorang warga menghalanginya dan melindungi Christine.

Maka Kepala Desa pun mulai menanyai Christine baik-baik dan meminta penjelasan darinya. Dia berkata,

"Nak kenapa kamu diam saja mendengar semua tuduhan itu?

Kenapa kamu tidak membela diri?

Katakanlah sesuatu agar kami bisa mempertimbangkannya.

Jangan hanya diam saja nak!

Kami bahkan tidak tahu kamu berasal dari mana dan bagaimana kamu bisa sampai kesini dan mengacau di tempat ini.

Sudah dua hari kamu ditahan disini tapi ayah dan ibumu tidak datang mencarimu.

Apa kamu tidak punya orangtua?" Tanya kepala desa sambil mengkerutkan keningnya.

Tapi Christine tidak menjawab sepatah kata pun. Dia sudah berjanji kepada Bapak Hansip yang sudah memberinya makan agar tidak berbicara sedikit pun.

Sementara si Bapak Hansip itu hanya bisa melihatnya dari kejauhan sambil beriba hati atas keadaanya yang menyedihkan itu.

Maka melihat reaksi yang sama untuk kedua kalinya, orang-orang desa pun mulai marah kepada Christine. Beberapa dari antara mereka mengutukinya, dan mencemoohnya. Hingga suasana pun begitu gaduh saat itu. Dan si Bapak Hansip lah yang bekerja keras untuk membuat keadaan menjadi tenang kembali.

Tapi karena tidak mendapatkan hasil apapun Kepala Desa menyuruh warga agar kembali pulang dan bekerja. Dan para warga desa pun setuju. Mereka mulai meninggalkan balai desa itu satu persatu sambil mengeluarkan kata-kata hinaan.

Bapak Kepala desa juga memerintahkan agar Christine dijaga dengan ketat.

Sungguh hal yang tidak adil bagi gadis belasan tahun yang tidak bersalah sedikit pun.

**********

Hari pun berganti malam, lalu si Bapak Hansip diam-diam memasuki balai dan menemui Christine disana, tak lupa ia membawa makanan dan segelas air untuk Christine. Dia berkata,

"Nak! Ini makanlah dulu!

Setelah itu aku akan membantumu pergi dari sini.

Pergilah yang jauh! Sejauh mungkin hingga tak ada yang bisa menemukanmu.

Orang-orang di desa tak berkembang ini tidak akan menerimamu sekalipun kamu berkata benar.

Karena kamu tidak punya pendukung disini."

Lalu Christine pun makan dengan lahapnya bahkan sampai tersendak. Usai itu, si Bapak Hansip melepaskan ikatan ditangan dan kaki Christine dan menyuruhnya pergi diam-diam. Dia berkata,

"Sekarang kamu bisa pergi!

Berlarilah dan jangan lihat ke belakang!"

"Tapi bagaimana jika nanti aku ketahuan?" Balas Christine.

"Kalau kamu berlari dengan fokus, kamu tidak akan tertangkap.

Aku akan mengatur semuanya disini, aku akan membuat seolah-olah kamu di terkam binatang buas.

Aku akan melumuri pakaian mu dengan darah kambing ini, dan aku akan menaruh beberapa potongan daging kambing disini untuk meyakinkan mereka.

Kamu jangan takut!

Mereka tidak cukup pintar untuk bisa mencari tahu.

Pokoknya aku akan mengarang cerita bahwa kamu mati di makan binatang buas.

Dan nak, ingatlah! Jika suatu saat nanti kamu sudah berhasil dalam pelarianmu, doakanlah bapak disini agar tetap sehat. Mengerti?" Balas Bapak Hansip.

"Iya pak, aku tidak akan lupa." Balasnya sambil menganggukkan kepalanya.

Maka setelah berpamitan dan menangis, Christine pun lari dengan sekuat tenaga dan tidak melihat ke belakang seperti pesan bapak hansip itu.

Akhirnya dia berhasil berlari sangat jauh meninggalkan desa itu dan tiba di sebuah desa lain yang sedikit lebih ramai dan lebih maju.

Sedangkan si bapak hansip tetap di balai desa, dia menyebarkan darah dan meneteskan darah di lantai, merobek pakaian Christine dan melemparkan beberapa potongan daging di lantai dan pergi meninggalkan balai itu.

Sesampainya di rumah, si Bapak Hansip berdoa agar pelarian Christine tidak mendapat rintangan.

Lalu di malam itu, di desa yang sangat ramai bak kota kecil, Christine diam-diam masuk ke dalam bak mobil pick-up yang penuh dengan sayuran.

Dia tidak tahu mobil pick-up itu akan menuju kemana. Tapi satu hal yang dia yakini bahwa hidupnya kelak akan lebih baik.

Lalu tak berapa lama, sang sopir pun masuk ke mobil dan mengemudikannya. Melaju perlahan-lahan di tengah heningnya malam.

Sementara Christine yang tersesak diantara tumpukan sayur itu perlahan mulai kelelahan karena tidak bisa bergerak bebas. Meski begitu dia mencoba bertahan dan tidak bersuara agar tak ketahuan.

Maka setelah melaju semalaman, mobil itu pun akhirnya tiba di kota lain yang lebih besar dan ramai.

Kemudian sang sopir turun menemui seseorang dan berbicara pada nya. Maka Christine pun turun diam-diam lalu berlari menjauh.

Tapi tiba-tiba saja pandangannya teralihkan oleh sebuah poster yang tak lain adalah poster sang idolanya yang terpajang di depan sebuah toko pakaian.

Lalu dia berhenti sejenak dan kembali mengkhayal.

Dia mengkhayal sambil tersenyum sendiri di depan poster sang idolanya seperti orang gila. Dia mencium poster itu dan sangat bahagia karenanya.

Orang-orang yang lewat di depan toko itu pun memperhatikannya dan mulai menertawainya sambil berbisik-bisik satu sama lain.

Maka melihat sedikit kegaduhan yang terjadi di luar, Pemilik toko pun terpancing keluar untuk melihatnya. Maka dia segera mengusir Christine dari situ.

Dia berkata,

"Hei, pergi sana!

Kamu mengotori toko ku saja. Cium-cium poster segala. Ga jelas.

Sana pergi!" Teriak si pemilik toko.

Maka Christine pun pergi tanpa arah, pergi kemana kakinya melangkah mengikuti arah angin. Christine sangat lelah kerena tidak bisa tidur semalaman. Dengan tenaga yang pas-pas an dan perut kelaparan, dia terus berjalan. Lalu perlahan pandangannya mulai kabur dan dia mulai berjalan sempoyongan hingga akhirnya jatuh pingsan di jalanan. Dia terbaring pingsan selama berjam-jam namun tak ada seorang pun yang mengulurkan tangan untuk membantunya. Hingga akhirnya seorang pemulung menolongnya dan membawanya ke rumahnya.

Sementara Christine masih tak sadarkan diri.