Chereads / Gara-Gara Sebuah Mimpi [ END ] / Chapter 5 - Part 5. Mengusir Rasa Bosan

Chapter 5 - Part 5. Mengusir Rasa Bosan

Hari demi hari Christine selalu menuruti semua yang diucapkan oleh anak laki-laki itu. Dia tidak pernah keluar rumah sekalipun dan hanya sibuk berdiam diri di rumah menunggu anak laki-laki itu pulang sore harinya.

Hingga suatu hari, Christine merasa begitu bosan dan jenuh harus terkurung di rumah. Dulu dia sangat aktif dan pekerja keras, tapi di tempatnya sekarang, rasanya berbeda.

Tak tahan dengan itu, Christine pun pergi diam-diam. Dia melihat-lihat keadaan di sekitarnya dan mencoba bergaul dengan anak-anak yang ada di lingkungan itu.

Dia melihat keadaan anak-anak itu sangatlah menyedihkan, mereka tidak bersekolah dan kulit mereka juga sangat kering. Rambut mereka pun tak terurus. Tidak jauh berbeda dengan keadaannya saat ini.

Lalu dia pergi lebih jauh menyusuri gang-gang kotor, sempit dan penuh lalat. Untuk mencari apakah ada yang lebih baik. Tapi sepanjang mata memandang, semuanya sama saja.

Dia lalu membayangkan betapa indahnya dulu dia hidup di kampung. Meski sangat terpencil tapi masih bisa melihat indahnya alam dan menghirup bersihnya udara. Meski dulu dia tinggal seorang diri di kampung, tapi dia menikmatinya. Apalagi uang yang dia dapatkan bisa dia gunakan sepenuhnya untuk melampiaskan keinginannya.

Keinginannya yang besar untuk sang idola.

Dulu setiap kali Christine mendapatkan uang, dia akan menggunakan sebagian uang itu untuk membeli pulsa agar bisa mendownload lagu dari sang artis idola, melihat foto-fotonya dan video-videonya di internet.

Christine rela mengurangi uang makannya demi itu semua. Dia bahkan rela kurang tidur demi bisa berselancar di sosial media pada tengah malam.

Karena dia hanya bisa mendapatkan kuota murah saat tengah malam.

Meski semua itu sangat tidak baik bagi kesehatannya, tapi dia tidak peduli dan menganggap itu baik untuknya.

Tinggal seorang diri di usia remaja sangatlah sulit. Dia tidak pernah mendapatkan bimbingan dari orang tua. Itulah sebabnya dia tak pernah bisa mengontrol dirinya dan emosinya saat mendapatkan uang. Meski itu diperoleh dengan keringat dan airmata. Baginya melihat sang idola adalah yang terbaik.

Tapi kini dia tidak bisa mendapatkan apa pun di lingkungan barunya. Anak laki-laki itu tidak punya peralatan elektronik apapun di gubuk kecilnya.

Dia hanya bisa memandangi poster usang dari sang idola yang di dapat dari jalan.

Tapi sementara itu, di kampung tempat dulu Christine tinggal, berita kematian tentang pria jahat itu pun hilang dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Dan ke lima istri pria jahat itu juga sudah melupakan balas dendamnya pada Christine. Kini mereka pergi mencari kehidupannya masing-masing. Ada yang menjadi pembantu rumah tangga di rumah seorang camat, sementara yang lainnya memilih menjadi buruh tani di ladang orang.

Mereka tak lagi tinggal bersama seperti dulu.

Sedangkan si Bapak Hansip telah tutup usia dengan bahagia. Bapak Hansip yang telah menolong Christine untuk lari dari kebencian ke lima istri pria jahat itu.

Meski semuanya sudah membaik, tapi Christine tidak bisa lagi kembali ke desanya karena keadaan sudah berubah. Tidak semudah itu baginya untuk pergi setelah semua hal baik yang dia dapatkan dari anak laki-laki itu.

**********

Hari pun mulai gelap maka Christine pulang terburu-buru dan berlari agar dirinya tidak ketahuan sedang berada di luar. Dia tidak ingin menyakiti hati bocah itu dan menghancurkan kepercayaannya.

Tapi sayangnya, begitu dirinya sampai di depan pintu, anak laki-laki itu segera menyambutnya dengan wajah kesal karena tidak menuruti perkataannya.

Anak laki-laki itu langsung menarik tangan christine masuk ke dalam rumah dan mendorongnya. Lalu berkata dengan bahasa isyarat,

"Kenapa kamu keluar rumah?

Aku sudah peringatkan kamu. Kenapa kamu tak menghargai perasaan ku?

Aku sudah bekerja keras untuk mu.

Tidak bisakah kamu menghargainya?"

Tapi Christine tak bisa berkata apa pun. Dia meninggalkan anak laki-laki itu dan pergi ke dapur. Dia mengambil segelas air dan memberikannya pada nya dan menyuruhnya minum.

Maka anak laki-laki itu pun minum dan merasa sedikit lega. Kekesalannya mulai reda. Christine tampaknya sudah mulai tahu bagaimana menghadapi orang lain.

Kemudian Christine menjelaskan bahwa dirinya sangat bosan dan jenuh berada di rumah seharian tanpa aktivitas apapun.

Maka dia memohon agar dirinya diperbolehkan ikut memulung bersamanya. Tapi anak laki-laki itu tidak mengizinkannya. Dia berjanji akan bekerja lebih keras lagi untuk bisa membahagiakan Christine. Dia berkata,

"Sudahlah! Lebih baik kita makan saja. Ini aku bawa nasi bungkus untuk kita berdua. Hari ini aku hanya mendapatkan sedikit uang. Tapi aku berjanji aku akan bekerja lebih keras lagi untuk adik ku yang paling cantik ini." Ungkapnya sambil menyentuh kepala Christine dengan lembut.

"Baiklah, jika itu membuatmu terluka aku tidak akan keluar rumah lagi. Aku juga takut kalau harus tidak punya siapa pun lagi.

Memang sejak kecil aku hidup sendiri, tapi baru kali ini aku merasa lain saat ada orang yang menganggap ku keluarga." Balas Christine.

Maka mereka pun saling berpelukan dan berjanji akan saling mendukung.

**********

Ke esokan harinya Christine bangun pagi-pagi sekali, dan membereskan segala keperluan anak laki-laki itu untuk memulung. Dia juga mengisi air minum di dalam botol plastik sebagai bekal anak laki-laki itu untuk memulung seharian.

Usai itu, Christine pergi membangunkan anak laki-laki itu.

"Kak, bangunlah!

Aku sudah siapkan semuanya. Pergilah dan basuh wajahmu!

Setelah itu bekerjalah dengan giat. Aku akan selalu mendukung mu.

Aku berharap suatu saat kehidupan kita akan lebih baik."

"Yah adik ku, aku juga berharap begitu."

Anak laki-laki itu pun bangun dan segera bersiap pergi. Dan benar saja, saat dirinya baru melangkahkan kakinya keluar, tiba-tiba dia melihat seseorang sedang mencari tukang kebun untuk membersihkan taman bunganya hari itu juga. Dan saat dia mendengar upah yang akan dia dapatkan, dia pun langsung kegirangan dan menerima tawaran itu.

Sesampainya disana, anak laki-laki itu melihat betapa luasnya taman yang harus dia bersihkan. Dan tanpa menunggu lama, dia segera pergi ke gudang mengambil cangkul, sabit, lalu pergi ke taman dan mulai mencabut dan memotong rumput-rumput liar di sekitar tanaman.

Kemudian dia menyapu sampah dedaunan yang berguguran di taman itu, lalu menggemburkan tanah di sekitarnya dan menyirami bunga-bunga itu.

Pemilik kebun itu pun sangat senang dengan pekerjaan anak laki-laki itu.

Lalu saat hari sudah sore, pemilik kebun itu memanggilnya dan memberinya upah. Dan tak bisa dibayangkan, pemilik kebun itu memberinya upah yang lebih banyak dari yang dia ucapkan sebelumnya. dia mengatakan,

"Nak, aku yang sudah tak punya daya lagi, menyerahkan kebun bunga ku ini untuk mu.

Mulai sekarang kamu lah yang harus merawatnya, dan mengurusnya.

Dan mulai sekarang kamu tidak usah memulung lagi. Jadi datanglah besok pagi di jam yang sama.

Karena aku melihat pekerjaan mu baik dan aku puas, itulah sebabnya aku memberi mu upah lebih. Kamu adalah anak yang baik."

Anak laki-laki itu pun hanya menganggukkan kepalanya tanda setuju dengan semua perkataan yang diucapkan pemilik kebun bunga itu.

Lalu dia pulang sambil melompat kegirangan. Tak sabar ia ingin secepatnya sampai di rumah dan menceritakan semua itu pada adiknya Christine.