Chereads / Gara-Gara Sebuah Mimpi [ END ] / Chapter 4 - Part 4. Kehidupan Bersama Sang Pemulung

Chapter 4 - Part 4. Kehidupan Bersama Sang Pemulung

Setelah pingsan semalaman, Christine pun akhirnya sadarkan diri. Tetapi bocah pemulung itu terus saja mengamatinya dan memberikan bantuan.

Maka dalam kondisi yang masih lemas, Christine bertanya pada anak laki-laki itu,

"Aku dimana? Dan kau siapa?"

Tapi pemulung itu tidak menjawabnya karena dia bisu. Kemudian pemulung itu cepat-cepat berlari mengambil air dan makanan yang dia bungkus dengan daun pisang. Dia mengulurkan tangannya sambil memberi isyarat agar Christine makan.

Maka tanpa rasa sungkan, Christine pun mengambil makanan itu dan makan dengan lahap. Bocah pemulung berusia belasan itu terus saja menatapnya.

Kemudian dia pergi mengambil sisir dan merapikan rambut Christine yang panjang. Dia juga mengikat rambutnya dengan sangat baik.

Christine sangat terharu mendapatkan perlakuan istimewa itu yang belum pernah dia dapatkan sebelumnya. Dia menangis dan menyentuh wajah bocah itu dengan lembut. Dan anak itu pun menyeka dan menghapus air mata Christine.

Setelah itu dia masuk ke kamarnya dan membongkar celengan miliknya dan berlari ke pasar membeli baju untuk Christine. Karena pakaian Christine sudah sangat jelek, kotor dan bau.

Maka dia berlari dengan sangat bahagia karena akhirnya bisa mendapatkan teman baru.

Sesampainya disana anak laki-laki itu pun memilih baju yang indah di pasar. Dia rela menghabiskan uang yang sudah lama dia kumpulkan hanya demi membeli beberapa baju bagus untuk gadis yang baru saja dikenalnya.

Tapi sementara di rumah bocah pemulung itu, Christine beranjak dan berjalan melihat-lihat kondisi rumah yang sempit dan penuh dengan tumpukan botol bekas dan kardus bekas. Rumah itu hanya ditutupi terpal dan seng bekas.

Christine juga masuk ke kamar anak laki-laki itu dan melihat-lihat beberapa barangnya. Kemudian dia melihat selembar foto kecil yang hampir terbakar habis, berada diantara lipatan kain. Foto itu adalah foto seorang anak kecil. Anak perempuan berambut panjang. Maka Christine bertanya-tanya dalam hatinya siapa anak perempuan di foto itu?

Tapi karena dia takut berlama-lama di sana, dia segera pergi dan mengembalikan foto itu ke tempat semula.

Lalu tak lama kemudian, anak laki-laki itu datang dan menarik tangan Christine. Dia memberikan isyarat agar Christine mengganti pakaiannya dengan baju yang baru saja dia beli.

Maka Christine pun segera pergi ke kamar dan mengganti bajunya. Lalu melihat dirinya pada sebuah cermin kecil.

Kemudian dia pergi kepada anak laki-laki itu dan berkata,

"Lihatlah! Aku semakin cantik kan dengan baju ini?"

Tidak hanya sebuah gaun tapi wajah polosnya juga ikut memancarkan aura meski tanpa riasan. Christine sangat bahagia dengan baju baru itu, dan anak laki-laki itu juga bahagia.

Mereka menari bersama-sama karena rasa bahagia. Menari sambil berputar-putar dan tertawa bersama.

Di tengah-tengah kebahagiaan itu, Christine mengkhayal,

"Jika saja baju ini dari orang yang aku idolakan, aku pasti sudah terbang ke awan."

Anak laki-laki itu terus saja memperhatikan senyum dan wajah bahagia Christine, hingga mereka hampir lupa diri.

**********

Suatu hari anak laki-laki itu pergi memulung dan meninggalkan Christine sendirian di rumah. Dia berpesan agar Christine tidak membukakan pintu bagi siapa pun yang datang kecuali dirinya.

Maka Christine pun melakukan semua tepat seperti yang dikatakan anak laki-laki itu. Dan demi mengusir rasa bosannya di rumah, Christine mulai merapikan rumah kecil itu. Dia mengatur semua barang sesuai tempatnya. Dia menyapu, mengepel, dan mencuci tumpukan baju kotor. Sehingga rumah itu pun kini terlihat rapi dan bersih. Dia juga merapikan tumpukan botol bekas dan kardus bekas yang berserakan di halaman.

Sekarang rumah itu sudah terlihat rapi dan bersih. Kemudian Christine berdiri di depan pintu dan memandangi keadaan rumah itu.

Lalu tak lama setelah itu, anak laki-laki itu pun pulang membawa barang-barang bekas dari hasil memulung,

Anak laki-laki itu sangat terkejut melihat rumahnya sekarang terlihat rapi dan bersih. Maka dengan bahasa isyaratnya dia mengucapkan terima kasih dan memberikan hadiah untuk christine.

Dia mengambil gulungan kertas dari karung plastik miliknya. Sebuah gulungan kertas yang sudah sedikit usang. Lalu memberikan itu padanya.

Christine pun kebingungan, untuk apa dia memberikan gulungan kertas usang itu padanya.

Tapi dengan gerakan badannya yang bersemangat itu, anak laki-laki itu seolah mengisyaratkan, kalau dia membukanya, dia pasti akan senang.

Dan benar saja, begitu Christine melihat gulungan kertas itu, dia sangat bahagia melompat kegirangan. Ternyata itu adalah poster dari sang idola favoritnya, "Taeyong NCT 127." Artis Korea yang cukup populer di Asia.

Christine hampir hilang kendali karena begitu senangnya. Sampai-sampai suara teriakannya pecah keluar.

Anak laki-laki itu membiarkannya hingga dia kelelahan karena bahagia. Usai itu, Christine bertanya bagaimana anak laki-laki itu bisa tahu kalau dia mengidolakannya.

Maka bocah itu pun menceritakan bahwa dirinya pernah mendengar Christine memanggil-manggil nama "Taeyong" saat pertama kali dia menolongnya, saat dia masih tak sadarkan diri. Bahkan disaat tidur pun dia sering mendengar Christine mengigau.

Meski hal itu sangat asing baginya, tapi bocah pemulung itu mencari tahu nama siapa yang dia panggil. Dia pergi dan bertanya kepada setiap orang di lokasi tempatnya memulung tapi tak ada yang tahu.

Sampai akhirnya dia tahu nama itu saat dirinya pergi membeli baju bagus untuk Christine di pasar. Dia melihat beberapa anak remaja yang mengerumuni tempat penjualan kaset DVD sedang mencari-cari album NCT 127 itu. Beberapa dari mereka memperbincangkan masing-masing member.

Maka dia terus memperhatikan mereka, seolah firasatnya memberikan petunjuk bahwa apa yang dia cari pasti ada di antara kelompok remaja itu. Dan benar saja, saat mereka memperbincangkan artis idolanya, salah seorang diantara mereka membicarakan "Taeyong" dan menunjuk pada gambarnya di sampul kaset itu.

Tapi anak laki-laki itu sedih karena tidak bisa membeli kaset itu untuk Christine. Dia hanya bisa memberikan poster usang yang tergeletak di jalan di dekat abang penjual kaset itu.

Meski begitu, hal itu membuat Christine terharu bahwa di tengah-tengah hidupnya yang menyedihkan, masih ada sedikit kebahagiaan.

Cristine pun menempelkan poster usang itu dibalik pintu masuk rumahnya. Agar setiap kali dia membuka dan menutup pintu, dia selalu bisa memperhatikan sang idola tercintanya.

**********

Suatu hari saat makan malam, Christine bertanya satu hal pada anak laki-laki pemulung itu, kenapa dia begitu baik padanya, padahal dia bukan siapa-siapa baginya dan hanya menjadi beban saja.

Maka anak laki-laki itu pun mengenang masa lalunya, dia menangis dan menceritakan segalanya pada Christine. Bahwa dulu dia memiliki orangtua yang lengkap dan satu adik perempuan. Dan dulu kehidupannya juga cukup baik.

Tapi sayangnya waktu yang baik itu cepat sekali berlalu. Suatu hari mereka mengalami bencana yang mengerikan, rumah mereka dan segala hal yang mereka miliki hangus terbakar. Bahkan dalam bencana itu, kedua orangtuanya dan adik perempuannya harus meregang nyawa.

Dan karena kebakaran itu sangat parah, dia pun sampai kehilangan suaranya.

Maka dari semua itu, hanya satu hal yang dia punya, yaitu foto gadis kecil yang sudah usang dan hampir habis terbakar.

Kemudian dia pergi ke kamarnya untuk mengambil foto itu dan memperlihatkannya pada Christine.

Itulah sebabnya, anak laki-laki itu sangat menyayangi Christine karena telah menganggapnya seperti adiknya sendiri.

Setelah bertahun-tahun tinggal sendirian, kini dia memiliki teman baru yang memberinya semangat baru.

Sekarang Christine mengerti kenapa anak laki-laki itu sangat sayang padanya dan sangat melindunginya. Dia bahkan tidak diizinkan untuk keluar rumah membantu anak laki-laki itu untuk memulung, karena tidak ingin kehilangan lagi untuk kedua kalinya.

Meski beban hidupnya bertambah karena harus bekerja lebih keras lagi untuk memulung, tapi itu tidak menjadi masalah besar baginya. Dia tetap gigih bekerja keras dan yakin kelak pasti hidupnya akan lebih baik. Dia memandang Christine sebagai hadiah terbesar baginya dari Tuhan.