Setelah mendengar penjelasan Alan dan kini mengabaikan ucapan Alan yang sudah melenceng dari topik, Noah memikirkan sesuatu. Dia menatap Alan yang tubuhnya diselimuti cahaya berwarna Royal Brown yang tipis.
Ya. Noah juga bisa melihat aura yang dikatakan oleh Alan. Tapi itu bukan berarti dia memiliki sihir layaknya Alan yang sedang mengeluarkan sihir [Kayu] nya yang membentuk perisai. Dan sudah jelas bahwa Noah tidak mengalami [Kebangkitan] dan bisa dibilang sebagai produk gagal atau [System Error].
'Jika aku mengatakannya, mungkin dia akan histeris dan mengatakannya kepada semua orang,' pikir Noah.
Dia ingin merahasiakan apa yang terjadi pada dirinya. Layar mengambang itu juga muncul di hadapannya, tetapi dia tidak memiliki sihir seperti orang-orang.
'Layar itu muncul tapi aku tidak diberi sihir seperti mereka. Dan anehnya aku juga bisa melihat aura mereka.'
Noah menatap lurus ke depan. Tatapannya tajam dan seperti dalam kegelapan, manik matanya yang berwarna midnight express itu tampak bersinar.
'Sepertinya sistem mengalami kerusakan, ini memang sering terjadi dalam game.'
Dia menghentikan langkah kakinya. Orang-orang berjalan masuk ke dalam gedung kampus untuk kelas di pagi ini. Sebagian ada yang berjalan tergesa-gesa dan ada juga yang berjalan dengan membawa peralatan yang banyak.
Memang, saat ini kampus sedang menggelar acara tahunan. Sebagian orang yang merupakan panitia sedang kewalahan melaksanakan pekerjaannya. Dari sebagian panitia itu, ada yang menggunakan sihirnya.
'Manusia memang cepat untuk beradaptasi, ya?' tebak Noah begitu dia melihat sihir disetiap [Player] ke luar dari tangan mereka. Mata mereka bersinar memancarkan warna sihir pada diri mereka.
'Setiap orang memiliki warna sihir yang berbeda,' lanjut Noah.
Dia berjalan masuk ke dalam gedung kampus untuk melakukan perkuliahan yang sekarang suasananya jauh berbeda. Alan juga merasakannya dan dia memilih untuk mengekspresikan hatinya melalui kata-kata.
"Wow, aku tidak menyangka dunia ini 180 derajat berubah menjadi dunia sihir. Persis seperti aku menonton film tentang sihir," tutur Alan, kagum. "Apa ada adegan action juga setelah ini?"
"Aku takut kalau ucapanmu akan terkabulkan. Lagipula ada sebagian orang yang merasa tidak senang dengan itu," jawab Noah dengan nada candanya.
Mengingat kembali tentang [False] yang menyerang Kota Banssang membuat Alan bergidik ngeri. Bulu kuduknya tiba-tiba berdiri dan tanpa sadar dia mengusap tengkuknya. Dia kembali menyusul Noah yang tadinya sempat terhenti karena melihat sihir besar melayang di depan wajahnya.
Tapi sebelum mereka benar-benar masuk ke dalam gedung, semua berubah menjadi hening. Merasakan hal yang ganjil. Noah dengan orang-orang yang hendak masuk ke dalam gedung melirikkan matanya ke luar.
Halaman gedung kampus yang semula terang tiba-tiba menjadi redup. Mereka spontan menatap ke arah langit dan berpikiran hal yang sama.
'Apakah kejadiannya sama seperti tadi malam?'
Dan sebelum pertanyaan tersebut terjawab, semua orang dibuat panik. Mahasiswa yang berada di dalam gedung berhamburan ke luar begitu merasakan getaran dari bumi.
GROOO!
Tanah bergetar dan menghasilkan suara. Cuaca mendung menjadi pemicu suasana yang mencekam. Semuanya panik dan berhamburan lari ke tempat yang luas dan tidak ada bangunan yang tinggi.
Gempa terjadi dengan kekuatan yang dahsyat. Bahkan sebagian gedung yang berada di sekitar kampus rusak dan ada juga yang runtuh. Mungkin banyak terdapat korban jiwa setelah ini.
Noah yang menatap langit yang sudah seperti portal itu bersiap-siap untuk melindungi diri. Alan berada di sampingnya. Dengan sihirnya yang dikeluarkannya melalui tangan kirinya membentuk perisai yang sebesar dirinya.
"Apa yang sedang terjadi!?"
Semua orang panik setelah gempa berhenti. Hanya saja, sesuatu hitam itu masih berada di atas sana.
CRASH!
Suara bangunan yang runtuh terdengar dari kejauhan. Semua orang menaruh perhatian pada arah timur, tepatnya matahari terbit.
"Oh, ya ampun! Bangunan apa itu!?"
"Oh, Tuhan!"
"Apa ini akhir dunia?!"
"Bangunan apa itu yang seperti tower!?"
"Itu bukan tower, tapi menara?!"
Semuanya mengambil ponsel mereka dan mengarahkan kamera mereka ke arah menara yang baru saja muncul secara tiba-tiba setelah gempa tadi. Semuanya ricuh di tengah halaman kampus tersebut sedangkan para [Player] atau yang kini disebut [Hunter] tersebut terperangah dengan apa yang terjadi di depan mata mereka.
Mereka semua sedang terperangah dengan menara yang tiba-tiba muncul dan tanpa sadar langit mengalami perubahan. Portal besar itu tampak memuntahkan sesuatu. Menjatuhkan sesuatu yang sepuluh kali lipat besarnya dari manusia.
BRAK!
Tanah sekali lagi bergetar. Semua orang yang tadinya sibuk merekam dan mengambil foto menara tadi dibuat terkejut.
"Apa yang terjadi!?"
Noah menatap ke arah bayangan hitam yang menutup pemandangannya. Tentu dia melebarkan kedua matanya ketika mata monster besar itu mengalami kontak dengannya.
Deg.
Seolah jantung berhenti berdetak, tubuh menjadi kaku layaknya menjadi patung, suaranya tercekat seperti pita suaranya diikat. Noah yang tidak berdaya, lemah, dan tidak memiliki sihir tersebut hanya bisa terperangah menatap monster yang dikatakan [False] dengan ketakutan.
[TRING!]
[TRING!]
Suara pemberitahuan dari layar itu mengembalikan kesadaran Noah. Diantara orang-orang yang sedang terperangah, hanya dia yang mendapat pesan dari [Sistem].
'Ada apa?' pikir Noah.
[Peringatan!]
[Golem – Tipe Kelas C memulai serangan]
"Golem?"
Noah mengedarkan pandangannya. Semuanya masih dalam keterkejutannya, terutama para Hunter yang tidak sigap dengan situasi.
Mata Noah beralih menatap Alan yang ternyata sedang ketakutan. Tentu saja. Monster dengan ukuran 10 kali lipat lebih besar dari tubuh manusia itu baru pertama kali mereka lihat. Tubuhnya yang dibaluti dengan batu itu membuat mereka kehilangan akal untuk melawannya.
"Pe- perkataanku benar-benar dikabulkan ...," gumam Alan yang menatap monster tersebut dengan tatapan yang ketakutan setengah mati.
"Alan!" panggil Noah. Dia berusaha menggoyangkan pundak Alan yang kekar dan kuat seperti batu. Tapi, Alan yang matanya sudah kehilangan harapan untuk hidup tidak merespon temannya itu.
'Apa yang sebenarnya terjadi!?' Noah berdecih melihat semua orang tidak bisa melakukan apa-apa.
"GROAAA!!!"
Golem kelas C itu mengamuk. Tanah yang dipijaki menjadi bergetar dan semua orang kembali pada kesadarannya. Begitu golem tersebut menatap ke bawah -yang tepatnya Noah dengan yang lainnya-, dia kembali berkoar.
"GROAAAA!!!"
Seolah mencoba berkomunikasi, semua orang yang berada di dekat golem tersebut berhamburan berlari menjauh darinya. Noah yang berkali-kali tertabrak dengan orang-orang yang berlari, masih tetap kukuh berdiri di tempatnya. Begitu juga dengan Alan yang masih terperangah.
'Apa yang dipikirkan oleh si bodoh ini!?' pikir Noah, menatap Alan.
Dia kesal dengan pria yang bersurai marigold tersebut. Tidak sigap dalam situasi yang mencekam dan justru pasrah dengan apa yang terjadi di depan matanya. Golem yang berada di depan mereka itu mulai menggerakkan kakinya.
Noah yang membenci kejadian ini karena tidak berdaya untuk mengalahkan monster besar tersebut. Pada akhirnya, dia memilih untuk menarik lengan Alan dan menjauh dari Golem tersebut. Menghindari pijakan kaki besar yang meremukkan tulang dan menghancurkan tubuh mereka.
"Oi, Alan Woods! Sadarlah! Kau seorang [Tanker] dan orang-orang membutuhkan perlindunganmu!" seru Noah disela dia berlari sambil menarik lengan Alan.
Alan yang merasa tangannya ditarik mengembalikan kesadarannya. Dia mengerjapkan matanya dan menatap Noah yang sedang panik dengan situasi yang sedang terjadi.
"Oh!"
Dengan sigap dia menengadah dan melihat bayangan yang besar menutupi pemandangannya. Ya. Itu Golem besar yang tubuhnya dibalut oleh batu segera menginjak mereka.
Dia menarik lengannya dan Noah berhenti berlari. Menoleh ke arah Alan yang akhirnya sudah tersadar dari ketakutannya. Mereka berdiri dan menatap kaki besar dari Golem tersebut.
BRAK!!!
Begitu Golem tersebut mencoba menginjakkan kakinya ke tanah, dia justru merasakan sesuatu yang bulat pada permukaannya. Dia mengangkat kakinya karena penasaran.
Cahaya berwarna royal brown itu memenuhi sekitar kakinya. Tampak dari yang dia pijak ialah perisai yang berbentuk setengah bola yang disebut-
"[Hexagon Shield]!"
Noah dan Alan selamat dari kematian mereka dengan [Hexagon Shield] milik Alan. Wajah pucat Noah itu mengarah pada [Hexagon Shield] yang berada di hadapannya. Matanya yang tadi membulat dan mulutnya menganga itu akhirnya dapat kembali seperti semula.
Dia menghela napas dan terduduk. Jantungnya hampir copot karena kematian yang barusan hampir menyapanya.
'Aku selamat,' pikirnya.
Alan menengadah. Melihat telapak kaki besar yang masih berada di atas mereka. [Hexagon Shield] miliknya mungkin tidak akan mempan lagi jika dipijak oleh [False] yang berukuran 10 kali lipat dari tubuh manusia.
"Masih belum selesai," ucap Alan yang membuat Noah harus mengopor jantungnya.
[False] yang merupakan [Golem – Tipe Kelas C] tersebut bersiap-siap untuk menginjakkan kakinya ke arah [Hexagon Shield]. Alan yang melihat pergerakan Golem itu segera mendorong telapak tangannya yang mengulur ke depan untuk menambahkan pertahanannya.
'Alan termasuk [Tanker], tidak mungkin dia bisa mengembalikan serangan dari [False] itu.'
Noah yang tidak bisa melakukan apa-apa menggigit bibir bawahnya. Dia mengepalkan kedua tangannya yang menempel di atas tanah. Tidak dapat berbuat apa-apa dalam kondisi seperti ini sangat menyebalkan bagi Noah.
'Tidak mungkin juga kita seperti ini terus menerus. Aku yakin, setiap Hunter memiliki batasan penggunaan sihirnya.'
Matanya menoleh ke wajah Golem. Tubuh yang penuh dengan batu, bahkan wajahnya juga dipenuhi dengan batu. Hanya ada sinar mata berwarna merah menatap ke arahnya.
'Kenapa dia tidak menyerang?'
Noah merasa penasaran karena Golem itu hanya berdiri dengan pose kakinya seolah akan menginjak mereka. Beberapa detik berlalu dengan sikap Golem yang hanya diam.
"Noah," panggil Alan yang juga merasakan hal yang sama dengannya.
Dia mengganggukkan kepalanya. Mengerti bahwa apa yang dipikirkan oleh Alan sama dengannya.
"[False] itu tidak bergerak sama sekali," ungkap Alan. Semakin besar dia menggunakan sihirnya, cahaya royal brown dari matanya semakin bersinar dengan terang.
"Dia hanya menatap kita," lanjutnya.
Noah memang merasakannya daritadi. Tapi, dia memilih untuk diam dan mencari cara agar mereka dapat menjauh dari Golem Tipe Kelas C tersebut. tapi tetap saja, tidak ada hasil dari apa yang dipikirkannya.
"Aku tahu," jawab Noah. Dia menatap Golem itu dengan waspada. Keringat dingin bercucur ke luar dari keningnya. Dia tidak bisa menahan raut wajah ketakutannya.