"Aku tahu," jawab Noah. Dia menatap Golem itu dengan waspada. Keringat dingin bercucur ke luar dari keningnya. Dia tidak bisa menahan raut wajah ketakutannya.
'Seandainya aku memiliki sihir-'
"Kita hanya bisa seperti ini sampai bantuan tiba," lanjutnya. Tidak ada waktu untuk berandai-andai. Saat ini nyawa mereka ada di penghujung dan bisa saja malaikat maut sedang menonton mereka.
Alan berdecih dengan situasi mereka yang terjepit.
"Aku tidak bisa menyerangnya, karena sihir [Hexagon Shield] ku sedang aktif. Saat ini, aku tidak ingin mengambil resiko dengan menggunakan sihir lain. Jika aku menghentikan sihir [Hexagon] ini, bisa saja [False] itu menggerakkan kakinya dan menginjak kita," jelas Alan.
Saat ini mereka dalam situasi yang sempit. Dilema dengan pilihan mereka dan jika saja salah memilih, maka Noah dan Alan tidak akan selamat. Salah satu cara aman hanyalah bertahan dengan menggunakan [Hexagon Shield] milik Dae Jung.
CRATAK!
Suara retakan dari bawah tanah terdengar jelas oleh Noah yang sedang terduduk. Dia menatap ke bawah dan melihat tanah yang tadi didudukinya sudah berubah menjadi es.
"-!"
Dengan ekspresi terkejut, Noah bangkit. Begitu pula dengan Alan yang sama terkejutnya dengan Noah. Dia hampir saja berteriak melengking seperti wanita.
Bagaimana tidak. Es tersebut berhasil menembus pertahanannya. Dan bergerak melewati mereka dalam sekejap.
"A- Apa yang terjadi!?" tanya Alan, panik.
Noah menoleh ke belakang dan menangkap wajah gadis berkulit putih. Matanya yang tajam berwarna chartreuse dan rambutnya yang lurus sepanjang pinggulnya berwarna strong orange. Dia mengenakan kacamatanya yang bulat sehingga pantulan cahaya pada matanya sangatlah kuat.
"Yosh!" Gadis itu berucap dengan penuh semangat karena sihirnya berhasil mengenai golem yang menjadi targetnya.
"GRAAHH!!!"
Golem itu berteriak kesakitan. Es itu menusuk kakinya hingga tembus dan mengeluarkan darah. Dengan panik dia mengangkat sebelah kaki yang tertusuk dan berlari dengan pincang menuju gadis tersebut. Tangannya mengarah lurus ke depan untuk segera mencengkram gadis itu.
Alan yang menyadari hal tersebut dan juga mengenalnya langsung berteriak, "Evelyn Roan Chartreuse!"
Suasana sangat tegang karena Evelyn yang menjadi target golem tersebut tidak beranjak dari tempatnya, dan justru gadis itu tersenyum puas. Tangannya bergerak ke depan -seperti menari- dan es yang tadi muncul dari tanah bergerak mengikuti arah gerakan tangan pemiliknya. Es tersebut berubah bentuk menjadi kristal tajam dan mengarah pada golem yang berlari menuju ke arahnya.
Sret.
Begitu tangannya berhenti bergerak, dia mengepalkan tangannya. Dan dengan cepat kristal yang berada di hadapannya melaju seperti kecepatan tornado.
JLEB.
Kristal yang ujungnya runcing tersebut menancap pada dada golem. Tepatnya pada bagian jantungnya. Golem yang tadinya berlari dengan berteriak -seperti meraung- terhenti dan memuntahkan darahnya. Dia ambruk dan mati di tempat.
Orang-orang yang tadinya menonton -sebagian ada yang merekam kejadian tadi- dengan lemah menepuk tangan mereka. Perlahan demi perlahan tepukan tangan mereka semakin keras dan berakhir pada sorakan mereka. Memuji Evelyn dan Alan yang menampilkan kehebatan masing-masing dari sihir mereka.
Evelyn mengangkat tangan kanannya dan melambaikannya. Bersorak kepada mereka yang ada yang mengucapkan terima kasih dan memujinya. Sedangkan Alan tertawa canggung sambil menggaruk pipinya yang gatal.
Noah tidak peduli dengan orang-orang tersebut. Dia menoleh ke arah Alan dan mulai mengeluarkan pertanyaannya yang sempat mampir di dalam benaknya.
"Kau mengenal-"
[TRING!]
Tapi, pesan dari [System] lebih menarik perhatiannya. Noah mengurungkan niatnya untuk bertanya dan melihat papan informasinya yang ternyata sudah muncul di di hadapannya setelah suara pemberitahukan berdering.
[Golem berhasil dikalahkan oleh [Player Evelyn Roan Chartreuse]. Sebagian [Reward] akan diberikan kepada [Partisipant] oleh [System].]
"Apa?"
Noah mengerutkan keningnya. Dia sangat yakin bahwa dia sama sekali tidak membantu para Hunter -Alan dan Evelyn- dan kini dia juga mendapatkan [Reward] dari [System].
'Aku juga dapat? Apa [System]-nya mengalami kerusakan?'
Awalnya Noah berpikir bahwa [System] mengalami kerusakan sehingga dia juga mendapatkan [Reward] yang seharusnya tidak dia dapatkan. Tetapi semakin dipikir, semakin menjanggal dalam benaknya.
'Tidak mungkin. Peraturan ini pasti sudah dibuat dengan hati-hati oleh [Admin].'
Dia berpikir begitu. Tapi setelahnya, Noah melebarkan matanya.
'Apa [System] dibuat oleh [Admin]? Lalu siapa [Admin]-nya?'
Semakin dia memikirkannya, semakin berkerut keningnya. Pertama Noah tidak mengalami [Kebangkitan] -yang dimaksud ialah memiliki sihir-, tetapi dia bisa melihat papan informasi miliknya. Kedua, [Reward] yang seharusnya tidak dia dapatkan justru didapatkannya.
"Hei, Altair Noah Ortiz!"
Konsentrasi Noah buyar begitu namanya dipanggil oleh gadis yang tadinya berhasil mengalahkan satu monster dengan satu kali serangan. Evelyn mendekati Noah dan tersenyum dengan ramah.
"Kau ...."
'Tadi siapa namanya?'
Noah yang merasa ragu dengan nama gadis itu melambatkan suaranya. Padahal dia sangat mendengar dengan jelas nama yang diteriaki oleh Alan.
Evelyn menyadari keraguan Noah dan memilih untuk memperkenalkan dirinya. Entah kenapa gadis itu lebih memilih untuk berkenalan dengan Noah dibanding Alan yang sudah dia kenal.
"Evelyn Roan Chartreuse. Kita satu jurusan!" ucapnya, tersenyum mekar.
"Ah, iya, kau Evelyn Roan." Noah tidak tahu. Sama sekali tidak mengenalnya.
"Kau baik-baik saja? Aku lihat sebelum sampai ke tempat ini, kau terlihat sangat santai menatap [False] itu," tanya Evelyn.
Noah sedikit terkejut. Dia memiringkan kepalanya dan telunjuk pada tangan kanannya menunjuk ke wajahnya.
"Aku?"
'Aku terlihat santai?'
Evelyn menganggukkan kepalanya dengan yakin.
"Ya. Kau tidak seperti orang-orang itu." Evelyn menunjuk ke arah para mahasiswa yang ketakutan setengah mati. Ada yang jatuh pingsan, menangis tersedu-sedu, dan juga ada yang pikirannya kosong.
'Suasananya sangat kacau,' pikir Noah yang sedikit membelalakkan matanya karena tidak menyangka dengan apa yang terjadi.
"[False] itu juga melihat ke arahmu. Kau tidak terkena efek sihir golem tersebut, kan?"
Spontan Noah menggelengkan kepalanya. Dia sangat yakin bahwa dirinya tidak mengalami hal yang aneh.
"Aku-"
"Sebentar! Apa maksudnya ini? Kenapa aku tidak menyadarinya dari tadi? Dan kenapa Noah yang ditatap [False]? Aku yakin [False] itu tidak hanya menatap Noah, tapi kami!"
Alan melempar pertanyaan bertubi-tubi tanpa ada jeda sama sekali. Dia tidak mengerti dengan situasinya saat ini karena masih terguncang dengan kejadian yang baru saja menimpanya.
Evelyn menatap datar Alan. Melipat kedua tangannya di depan dada dan setelahnya memperbaiki letak kacamatanya.
"Kau ini! Seharusnya kau bertanya satu-satu, bukan seperti tadi, aku jadi bingung untuk menjawabnya!"
"Kenapa kau berada di sini?! Bukannya kelasmu dimulai nanti siang!?"
"Kenapa topiknya berubah!?"
Percakapan mereka sama sekali tidak berbobot dan justru mereka malah mengabaikan Golem yang tergeletak tidak bernyawa di hadapan mereka.
Noah berbalik seolah tidak terjadi apa-apa dan berjalan mendekati golem yang sudah ramai oleh mahasiswa yang penasaran dengan mayat golem tersebut. Entah sejak kapan tentara, polisi, dan juga wartawan sudah berada di tempat itu.
'Sejak kapan mereka ada di sana?' pikirnya.
Dia menerobos kerumunan manusia itu dan berhasil sampai di bagian paling depan. Meski Noah beberapa kali kena omelan dari orang yang dia dorong. Tapi Noah bersyukur memiliki tubuh yang tinggi sehingga bisa melihat mayat golem dengan jelas.
Mereka menghalau mahasiswa dengan garis polisi yang melingkari mayat Golem sejarak 1 meter. Garis polisi itu mengganggunya dan dengan nekad Noah melewati garis polisi tersebut dengan melangkahinya. Tidak ada yang menyadarinya dan dia sangat beruntung.
Kini Noah berada di depan mayat golem dan tetap saja tidak ada yang menyadarinya. Di depannya, aura yang sangat mengerikan muncul dan dipenuhi dengan warna hitam.
'Dia masih memunculkan aura mencekamnya, apa dia masih hidup?'
Perasannya berkecamuk. Bulu kuduknya berdiri begitu memikirkan hal tersebut. dengan cepat Noah menghapus pikiran yang tidak-tidak dan kembali memfokuskan pandangannya pada mayat golem itu.
Tanpa berpikir panjang dia menggerakkan tangan kanannya untuk menyentuh tubuh mayat golem itu. Terasa hangat meskipun tubuhnya terbuat dari batu.
Deg.
[Yang Mulia! Ampuni hamba!]
[Kemakmuran berada ditangan Anda, Yang Mulia.]
Tiba-tiba otaknya dipenuhi oleh bayangan peperangan dan orang-orang yang mengagungkan seorang Raja. Ada juga yang meminta pengampunan dari Sang Raja dan bayangan darah menghiasi lantai kerajaan. Seolah dia berada di zaman kerajaan dalam sekejap.
Spontan Noah menjauhkan tangannya dari mayat golem tersebut. wajahnya menjadi pucat dengan munculnya ingatan yang tidak diketahuinya dan membuat jantungnya berdetak dengan kencang beserta napas yang terasa sesak berada di kerumunan ini.
'Apa itu ingatan [False] ini?'
Kepalanya terasa pusing dan seseorang akhirnya menyadari kehadirannya.
"Hei! Kenapa kau ada di sini! Menjauh dari tempat ini!"
Dari kejauhan seorang polisi berteriak dengan suara yang tegas. Dia kesal dengan seseorang yang melanggar perintahnya. Dia mendekati Noah yang belum sepenuhnya tersadar dari ingatannya dan menyeretnya keluar dari kawasan mayat golem tersebut.
"Anak muda sekarang sama sekali tidak mau mengikuti perintah orang tua!" omelnya yang terdengar sama oleh Noah.