Jam satu malam. Mereka tertukar kembali ke tubuh mereka masing-masing seperti biasanya. Pertengkaran mereka sebelumnya tak berbekas. Seolah memang hal itu selalu terjadi dan tidak pernah habisnya.
"Reino, biar aku obati lukamu," ujar Ruby saat sudah berada di dalam kamar Reino.
"Tak usah, aku sudah terbiasa seperti ini. Luka kecil begini tak membuatku kesakitan sama sekali," tampik Reino.
Ruby tak bisa memaksa. Ia hanya ingin membalas kebaikan Reino yang sudah memasak makanan untuknya.
"Kau tidur di sini. Biar aku tidur di sofa itu," ujar Reino sambil menunjuk sofa panjang di samping ranjang.
"Tapi? Kau 'kan sedang sakit. Harusnya bisa beristirahat dengan nyaman di ranjang," ujar Ruby.
Reino menatap datar bola mata Ruby.
"Baiklah, kalau begitu, aku yang tidur di ranjang. Kau tidur di sofa itu," ujar Reino.
"Apa? Bukan begitu maksudku, aku … aku juga ingin istirahat dengan nyaman. Apa … apa tidak ada lagi kamar yang lain selain kamar ini?" tanya Ruby.