Chereads / Rahasia Putri Vanetta / Chapter 12 - Part Reino : The Butterfly Day

Chapter 12 - Part Reino : The Butterfly Day

~ ~ Butterfly, terbanglah tinggi

Setinggi anganku untuk meraihmu

Memeluk batinmu yang sama kacau

Karena merindu

Butterfly fly away so high

As high as hopes I pray

To come and reach for you

Rescuing your soul

That precious messed up

False me and you ~~

= = = Melly Goeslaw ~ Butterfly = = =

14 Maret.

"Antarkan nenek sekarang juga! Sudah tidak ada waktu lagi. Cepat!"

Dengan langkah tergesa ia mengikuti nenek tua itu dari belakang. Bagaimana bisa seorang nenek tua tapi langkah kakinya sulit disejajarkan dengan langkahnya. Reino semakin curiga dan was-was pada nenek tua itu, tapi ia sudah terlanjur mengedepankan rasa penasarannya sehingga ia sudah tidak bisa berbalik badan untuk pergi dari nenek tua itu.

Nenek tua itu tiba-tiba saja berhenti di sebuah bangunan tua dengan tembok yang rapuh di sana sini, yang memperlihatkan wujud bata merah di dalamnya.

Nafas Reino terengah-engah saat ia tiba di depan bangunan tua itu. Ia masih tak habis pikir, bagaimana ia sangat lelah berjalan dengan seorang nenek tua yang ia yakini dengan mata kepalanya bahwa nenek itu berjalan sangat lambat.

Nenek tua itu bergerak ke depan hendak masuk ke dalam pintu kayu berwarna hijau pada bangunan tua itu.

Perlahan Reino melangkah masuk ke dalam pintu itu. Sebuah ruangan kosong yang tak ada perabotan sama sekali. Hanya ada empat kursi yang di letakkan secara melingkar.

"Duduk di sana!"

Reino tersentak dari keheranannya saat suara nenek mendadak lantang memerintahkannya duduk di salah satu kursi yang melingkar di depannya. Dengan gugup Reino menuruti perintah nenek itu. Ia duduk di kursi yang melingkar itu.

Tiba-tiba sinar menyilaukan mata menyergap dirinya. Ia tak bisa melihat sekitar, bahkan untuk melihat tubuhnya sendiri ia tak bisa. Cahaya menyilaukan itu menelan utuh Reino.

****

Reino mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia lantas bangun dari posisi tidurnya dengan panik. Sekujur tubuhnya mendadak bermandikan keringat. Ia menatap sekelilingnya. Syukurlah, ia terbangun di atas ranjangnya. Rupanya ia tadi bermimpi.

'Mimpi yang sangat mengerikan.'

Reino mengusap wajahnya yang basah karena keringat. Ia lantas turun dari ranjangnya dan bergegas untuk mandi. Jam yang ia lirik di atas nakas sudah berada di angka sepuluh pagi. Kedai kopi miliknya dapat dipastikan sudah mulai beroperasi. Hari ini ia hatus hadir di kedai karena Juan akan membawa gadis yang akan bekerja sebagai pelayan tambahan di akhir pekan.

**

Reino memarkirkan mobilnya di tepi trotoar depan kedai kopinya. Reino membuka pintu mobilnya dan berjalan mendekati kedai kopi miliknya. Ia menengadah, menatap papan kayu yang tergantung di depan pintu kedainya. Butterfly's Caffe, nama yang ia pilih saat membuka pertama kali kedai kopinya. Nama butterfly mengingatkannya pada sebuah dongeng masa kecilnya saat masih bersama ibu kandungnya. Dongeng tentang seorang putri yang beribah menjadi kupu-kupu cantik. Mungkin ini adalah salah satu alasannya mengapa ia tak mau memacari sembarang wanita. Ia juga ingin memiliki seorang pendamping hidup yang sama seperti putri dalam dongeng masa kecilnya. Tapi tentu saja itu sangat sulit ditemukan apalagi di jaman modern saat ini yang mayoritas wanitanya lebih agresif daripada kaum lelaki.

Reino masuk ke dalam kedai kopinya tepat pukul sebelas siang. Suasana kedai saat akhir pekan selalu ramai. Seperti biasanya ia mendatangi Juan dan memintanya membuatkan kopi Americano juga tiga buah croissant favoritenya.

Reino duduk di kursi paling pojok di ruangan itu. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan itu. Mayoritas pengunjung kedai kopinya adalah kaum remaja. Tapi ada juga para orang tua yang menikmati kopi hitam yang menjadi andalan di kafenya.

Lalu tiba-tiba matanya menangkap satu sosok gadis dengan penampilan khas pelayan di kafé nya. Celemek hitam yang menutup bagian bawah baju dan topi yang ia kenakan ditambah lagi nampan hitam yang berisi pesanan pengunjung, jelas sekali bahwa gadis itu adalah pelayan di kedainya.

Reino berpikir cepat, otaknya memproses memori kemarin.

'Gadis itu pasti teman Juan yang bekerja paruh waktu di akhir pekan saja.'

Reino tak begitu memedulikan gadis itu, ia tak lantas memerhatikan wajahnya

Reino meneguk cangkir kopinya. Ia menikmati siang hari yang terik di dalam kedainya dengan menatap ke luar kaca pembatas kedainya. Kebiasaan yang selalu ia lakukan jika sedang memikirkan sesuatu. Ia kembali teringat dengan mimpinya semalam. Mimpinya yang semalam seolah bukan sebuah mimpi, ia merasa sangat nyata menemui nenek tua yang di mimpinya. Dan ia meyakini bahwa semalam ia pergi ke klub milik Baran. Tapi bagaimana bisa, ia terbangun di atas ranjang di kamarnya.

"Aku harus ke klub Baran nanti malam," gumamnya.

Ia harus menemukan jawaban dari kebingungannya. Dan Reino mendapat sebuah nada dering alarm dari ponselnya.

'Ah, sekarang tanggal 14 Maret. Hari ini kafe harus buka 24 jam,' gumam Reino saat melihat catatan peringatan di ponselnya.

Setiap tanggal 14 Maret hampir setiap tahun Reino harus mengingat itu. Tanggal istimewa yang tak pernah dia lupakan.

Flasback on …

Reino kecil saat itu sedang berdiri menganggumi barisan tanaman bunga yang sedang bermekaran warna-warni. Dia sangat suka dengan aroma bunga. Karena ibu kandungnya adalah seorang florist. Ibunya sering mengajaknya ke toko bunga tempatnya bekerja.

Dan saat itu Reino melihat beberapa kupu-kupu cantik menghampiri tanaman bunga itu. Reino pun terlihat senang melihat kupu-kupu itu.

"Vanetta!"

Reino menoleh ke arah sumber suara. Ibunya berdiri dengan memegang seikat bunga hasil rangkaiannya. Reino heran kenapa ibunya memanggil sebuah nama. Vanetta, kalau dia tidak salah dengar.

"Mama!" Reino kemudia menghampiri ibunya.

Namun Reino melihat ada raut sedih di wajah ibunya itu. Ada apa, kenapa Mamanya seperti sedang bersedih?

"Reino, Mama mungkin akan menjadi Vanetta."

"V-Vanetta, maksud Mama?" Reino tidak mengerti apa yang dibicarakan mamanya itu.

"Mama harap nanti saat kamu dewasa, jangan pernah melupakan ini!"

Mamanya berjongkok kemudian membisikkan sesuatu padanya, "Mama akan berubah menjadi kupu-kupu cantik. Menjadi seorang Putri Vanetta."

Reino tidak mengerti saat itu mamanya bicara tentang apa. Karena sejak itu, Reino tidak menemukan ibunya lagi di rumah. Dan ayahnya, malah membawa wanita lain ke rumahnya. Reino berusaha mencari mamanya ke tempat dia bekerja. Namun pemilik toko itu tidak mau menceritakan ke mana mamanya pergi. Dan dia hanya menitipkan sebuah buku tebal padanya.

Reino menerima sebuah buku dongeng klasik berjudul "Putri Vanetta."

Flashback end.

Reino kemudian pergi ke lantai atas. Ke ruangan pribadinya. Dia mengingat sesuatu.

Sampai di sana, Reino kemudian membuka loker pribadinya. Di dalam sana kemudian dia mengeluarkan buku tebal yang sudah menemaninya bertahun- tahun ini.

Kemudian dia memanggil semua karyawan kafenya, termasuk karyawan setianya bernama Juan.

"Malam ini, tanggal 14 Maret. Setiap tahun kafe kita setiap tanggal itu kita akan buka selama 24 jam!"

Juan dan karyawan lainnya pun menarik napas panjang. Ini artinya malam akhir pekannya akan dihabiskan di kafe ini sampai besok pagi.

"Bos, bagaimana kalau Ruby ikut bekerja malam ini!" Juan memberi ide karena kalau ada Ruby setidaknya malam lemburnya tidak akan terasa sesak.

"Jangan, aku tidak mau malam ini ada karyawan wanita dulu. Besok pagi saja!"

Reino kemudian membubarkan kembali para karyawannya. Dia sedikit mendengar bisik-bisik karyawan yang lain yang penasaran kenapa mereka harus lembur malam ini. Tepat tanggal 14 Maret.

Reino hanya tersenyum mendengarnya. Dia juga tidak punya alasan yang jelas dan kuat untuk memberi tahu pada semua karyawannya. Ini semua hanya karena …

Reino kemudian membuka lagi buku dongeng peninggalan ibu kandungnya.

Salahkah dia berharap keajaiban, kalau kepercayaannya dulu akan terjadi . Dia mengingat kalau ibunya pernah mengatakan kalau dirinya akan menjadi kupu-kupu seperti Putri Vanetta.

Dan Reino sudah membaca buku itu beratus-ratus kali. Sampai dia pun hapal di luar kepalanya. Dongeng Putri Vanetta yang berubah menjadi kupu-kupu.

Reino sudah dewasa,tapi entah kenapa hati kecilnya sering berharap kalau keajaiban akan muncul. Dia akan kembali bertemu dengan ibu kandungnya yang sudah berubah menjadi kupu-kupu.

Dan tanggal 14 Maret adalah The Butterfly Day. Dia berharap hari itu akan muncul ibunya di depannya.