Hujan rintik- rintik yang turun di pagi hari membuat Bee malas turun dari kasurnya, kalau saja bukan neneknya yang mengetuk dia malas untuk keluar dari dalam selimut tebalnya.
"Bee kamu tidak keluar dari kamar, bukan kah hari ini kamu sudah mulai kuliah kembali," Desi merupakan orang tua yang sedikit ortodok dia mewajibkan semua penghuni rumah untuk bangun pagi, walaupun hari itu hari libur.
Bee membuang selimutnya kesal, dia baru sampai rumah jam dua belas malam dan baru bisa tidur jam 1 lebih, selain mahasiswa bee merupakan salah satu penyiar radio disebuah radio ternama di kotanya.
"Iya Nin aku sudah bangun," Bee menjawab panggilan neneknya, jika tidak demikian maka sang nenek tidak akan berhenti menggedor-gedor pintunya sampai sang penghuni kamar menjawab panggilannya.
Oya perkenalkan ini Beani Andriani Kesumah Alard, lahir dikota Bandung blasteran ibu Sunda bapak Perancis (Perancis betulan bukan Perapatan Ciamis) ibunya tinggal di Perancis dengan ayah dan adik laki-lakinya karena sang ayah harus kembali kenegara asal karena tugas di Indonesia sudah selesai. sementara bee memilih untuk stay di Indonesia dan menuruskan kuliahnya di sini walau ayah berasal dari negeri Perancis dia sama sekali tidak pandai berbahasa Perancis , dia bilang lidahnya belibet kaya makan moci lengket dimulut kalau ngomong bahasa Perancis.
Sejak ayah dan ibu kembali kenegeri ayahnya Bee memilih tinggal dengan neneknya yang biasa dia panggil Nini atau dalam bahasa Indonesia artinya nenek. kegiatan lain Bee adalah sebagai penyiar disebuah stasiun radio anak muda ternama dikota itu. karena dia masih kuliah dia memilih membawa program dimalam hari selain music on the nite setiap rabu dia juga membawakan acara bagi kisah yang belum lama diluncurkan, acara yang mengusung program curhat ini tadinya dia pikir akan lebih banyak wanita yang mengikutinya, ternyata tidak juga atau karena wanita jam 10 sudah pada ngantuk qiqiqiqi.
"Kamu katanya sudah mulai kuliah, mandi sana sarapan lalu berangkat biar tidak kesiang," Desi menyiapkan sarapan untuk Bee sementara Desi mengambil handuk lalu masuk kedalam kamar mandi yang berada dekat dengan dapur.
"Memangnya gak bisa ya Bee siaran radionya dipindah jadi siang atau sore gitu," Desi berteriak kearah kamar mandi agar Bee mendengar.
"Kalau siang acaranya bukan musik on the nite donk nin tapi on the berang," Desi menjawab sambil menyiram kepalanya dengan air dibawah shower didalam kamar mandi.
"Ya nggak maksuk Nini kamu tuh bawain acara nya musik siang-siang gitu jadi kalau pulang gak usah malem-malem banget." Desi sebetulnya khawatir dengan cucu perempuannya ini karena dia menggunakan motor dan pulang diatas jam 9 malam.
"Nanti Nin aku ajuin, semoga aku bisa dapet acara yang gak kemaleman," Bee berusaha menengkan perasaan neneknya sebenarnya dia paham maksud neneknya hanya saja tidak semua pekerjaan bisa seperti yang kita mau, apalagi ditambah acara yang dia bawakan sebenarnya dia sangat suka, jadi agak sulit buat Bee menolaknya.
"Kalau tidak, kamu pakai mobil saja Bee, sekarang banyak begal soalnya," bukan tanpa alasan kenapa neneknya khawatir Bee memang terkadang juga suka merasa takut apalagi jika jalanan sepi, tidak jarang dia harus memacu dengan kencang motor.
Sebenarnya bisa saja sih dia membawa mobil sendiri, namun terkadang macet jalanan yang membuatnya malas menggunakan mobil sementara dengan motor, dia bisa selap kiri selip kanan walaupun terkadang kalau hujan dia suka sedih juga.
"Malas Nin kalau harus pakain mobil, jalanannya macet," Bee memberi alasan kepada neneknya.
"Kamu kan bisa berangkat lebih awal kalau pagi," neneknya memandang Bee yang baru keluar dari kamar mandi.
"Iya Nin akan Bee pertimbangkan usulan Nini." Bee mencium perempuan berusia 72 tahun itu.
"Nin serius Bee, kalau kamu gak mau nurut, biar Nin aduin sama Mami kamu, kalau kamu sering pulang malam," Desi sepertinya mulai kehilangan kesabarannya.
"Iya nin, iya Bee akan bawa mobil kalau harus pulang malam, kalau hari ini kan jam 9 juga Bee sudah dirumah." Bee lalu berlari kedalam kamarnya untuk berpakaian, hari ini merupakan kuliah pertama setelah libur semester ganjil.
***
"Bee grup band the Voice mo konser nih lu gak nonton?" Ane sahabarnya memperlihatkan berita diponselnya.
"Masih 2 bulan lagi kan?" Bee mengambil ponsel ditangan Ane.
"Tambah ganteng aja nih orang," Bee memperbesar gambar Yoelie Idolanya.
"Halu lu gak ilang-ilang Bee," Ane mengambil ponselnya. Bee hanya tertawa mendengar perkataan Ane sahabtnya.
"Gue udah beli tiketny biar dapet paling depan," kataya. Bee menunjukan bukti pembayar tiket.
"Gila lu duit segitu dibeliin yang gak guna" Ane mengelengkan kepala, Bee memang tidak pernah sayang kalau untuk bisa menonton Idolanya.
" Gue sengaja udah nabung biar gak perlu pake duit dari bokap kalau mo nonton, yang ada nyokap gue ngamuk-ngamuk kalau duit yang dikasih bokap dibeliin ginian," Ane masih menggeleng gelengkan kepalanya.
"Masuk kelas yu, siapa tau Aldi chayang sudah datang," Bee menggoda Ane.
"Sompret lu," sambil berusaha memukul Bee dengan tangannya, Bee berlari untuk menghindari Pukulan Ane, namun tak disengaja dia malah menabrak pria yang sedang berdiri sambil mengobrol dengan teman-temannya.
"Sory gak sengaja." Bee langsung masuk kedalam kelasnya.
"Sukurin jail sih." Ane duduk disamping Bee sementara Bee sendiri memegang tangannya karena setelah menabrak orang didepannya dia malah terlempar kesamping dan tangannya mengenai tiang disampingnya.
"Lumayan sakit nih tangan gue," dia mengusap-usap tangannya.
"Gue nabrak orang kan bukan nabrak tembok?" tanya Bee pada Ane yang aedang memgeluarkan bukunya.
"Orang lah, lu kalau ga dipegang sama dia, gak cuma nabrak tiang kayu tapi mental jauh kali," Ane berkata sambil tertawa melihat Bee masih menahan sakit.
"Memang dia megangin gue tadi?" Tanya bee penasaran.
"Iya, lu nabrak truk gandeng, tuh orang gede tinggi tapi ganteng Bee," Ane menutup mulutnya sambil tertawa.
"Yeee lu ya, mau ganteng mau gak, tetep aja gue sakit," Bee tampak kesal dengan perktaan Ane kemudian dia mengeluarkan buku nya karena dosen Pengantar Ilmu Komunikasi II sudah masuk kedalam kelas.
***
Bee masih menyalin buku catatan dari Ane karena tadi pagi pas jam pelajaran Sosiologi Komunikasi, dia sangat mengantuk karena baru bisa tidur di jam 2 pagi bagaimana, tidak tetangga sebelah rumah neneknya meminta tolong karena anaknya berteriak-teriak kemasukan arwah, katanya. Bee yang dibesarkan oleh papahnya yang asli Perancis tentu saja tidak pernah diajarkan seperti itu, papahnya hanya menyuruh berdoa jika dia tidak bisa tidur.
"Nin ada apa sih itu?" Bee heran melihat para tetangga dan pak Ustad mendatangi rumah tetangganya.
"Kesurupan katanya," Desi lalu menyuruh bee untuk masuk kedalam rumah.
"Kok bisa sih nin?" Bee penasaran, sementara Desi hanya mendorong agar Bee masuk kedalam rumah.
"Mungkin dia kebanyakan melamun jadi kosong pikirannya makanya dimasuki setan", Desi menjelaskan kepada Bee mengapa orang bisa kesurupan, ketika mereka sudah masuk kedalam rumah. Bee hanya membulatkan mulutnya lalu kembali masuk kedalam kamar.
"Jangan lupa berdoa kalau mo tidur, nanti kamu kemasukan juga lho" Desi mengingatkan cucunya lalu Desi masuk kedalam kamarnya . Dan Bee kalau sudah terbangun dia akan sulit untuk tidur Kembali, karena sudah hilang kantuknya.
"Hai kamu Beani ya, anak Fikomkan? kenalkan aku Yuan." Pria bertubuh tinggi rambut agak gondrong, mata agak lebar namun memiliki kelopak mata cukup Tebal, berhidung mancung, serta senyum yang menawan karena ada lesung pipi, mengulurkan tangannya kearah Bee.
Bee yang sedang menyalin catatan Ane, menengadahkan kepalanya kesipemilik suara bass dihadapanya.
" Ya ampun ini orang kok kaya Yoelie vocalis The Voice," dalam hati Bee sambil menelan ludah dengan pandangan yang tidak berkedip.
"Haloooo," pria itu melambaikan tangannya didepan wajah Bee.
"Ehhhh iya ada apa?" Bee bertanya balik karena dia tidak ingat apa yang ditanyakan pria itu
"Kenalkan Aku Yuan anak Teknik, kamu Beani kan?" Bee hanya menganggukan kepalanya. Yuan kembali tersenyum.
"Ada perlu apa?" Bee berusaha mengontrol detak jantungnya.
"Gila mirip amat , kok bisa" Bee mengutuk hatinya Karena sepertinya tidak bisa mengontrol detak jantungnya.
"Aku mo minta maaf soal kemarin kamu hampir terjatuh dan terbentur tiang," Yuan duduk di kursi, depan Bee duduk.
"Gue kok yang salah, jalan gak liat-liat. Mungkin karena badan lu gede, makanya malah gue yang kepental, Yaaaa ibarat teronton nabrak mobil kutu yang penyok malah mobil kutu." Bee kembali meneruskan menyalin catatanan Ane. sementara Yuan hanya terkekeh mendengar perkataan Bee
"Iya sori ya, tapi kamu gak ada yg luka kan?" Sambil bertanya Yuan memperhatikan Bee yang masih menyalin catatan milik Ane.
"Cuma ini," Bee menunjukan sikunya. tampak luka lebam disiku tangannya.
"Waduh, tapi udah kamu obatin kan?" Yuan merasa bersalah.
"Udah, gak terlau sakit kok cuma tinggal bekasnya aja." Bee menaruh pulpen kemudian menyedot Jus yang dia pesan tadi.
"Oooh syukur deh" Yuan masih melihat Bee yang dari tadi asyik menulis dan menghentikan kegiatannya yang sekarang malah asyik menyedot juicenya, padahal yang sebenarnya Bee sedang mengatur detak jantungnya karena setiap Yuan tersenyum jantungnya tidak bisa diajak kompromi.
"Ini ponsel kamu?" Bee melihat ke ponsel yang dipegang oleh Yuan.
"Iya, eehh mau diapain ponsel aku" Bee melihat ponselnya disentuh layarnya oleh Yuan.
"Pinjem jari tangannya," Yuan menarik tangan kanan Bee lalu meletak jempolnya diponsel bee, Yuan memasukan nomer ponselnya kedalam kontak.
"Nih, itu nomer aku, jangan gak diangkat ya kalau aku telepon," Pintanya sambil mengembalikan ponsel milik Bee
"Aku tinggal dulu ya." Yuan mengacak-acak rambut Bee lalu pergi meninggal Bee yang masih terbengong-bengong dengan apa yang dilakukan Yuan padanya
****