Ai Zhiyi terdiam beberapa saat. Ia mengenal pemilik suara itu dengan cukup baik dan mulai memikirkan banyak hal di benaknya. Tetapi, karena saat ini keadaan Chu Weixu menjadi prioritas utamanya, ia pun mencoba untuk tetap tenang, dan bertanya dengan suara datar yang sedikit ditekan, "Di mana Weixu?"
Qing Hua (hua = sejahtera), seorang pria yang berbicara dengannya, saat ini sedang bersandar di dinding. Satu tangannya menggenggam ponsel di telinga dan tangan lainnya di dalam saku. Begitu ia mendengar pertanyaan itu, ia menjawab dengan acuh tak acuh, "Di rumah sakit. Rumah Sakit Xingfu."
"Baik."
Ai Zhiyi tidak ingin berbicara terlalu lama. Ketika ia mengetahui di mana Chu Weixu berada saat ini, ia segera menutup teleponnya, dan bergegas menuju rumah sakit tersebut.
Begitu ia tiba, ia berjalan dengan buru-buru menuju ruang UGD dimana Chu Weixu dirawat. Di sana, di depan sebuah pintu bangsal, Qing Hua duduk sambil memainkan ponselnya. Ia tampaknya tidak menyadari kehadiran Ai Zhiyi, hingga Ai Zhiyi bertanya padanya, "Bagaimana keadaan Weixu?"
Qing Hua sedikit dikejutkan dengan suara seseorang. Ia segera mengangkat wajahnya dan melihat Ai Zhiyi sedang berdiri di hadapannya dengan pandangan tidak senang, seolah-olah ia melihat seorang musuh.
Jelas, Qing Hua merasa terhina dengan tatapan itu. Tetapi, karena ia tidak ingin menunjukkan sikap tersinggungnya di hadapan Ai Zhiyi, ia berdiri dan membalas dengan keramahan yang dibuat-buat, "Itu akan lebih baik jika kau melihatnya secara langsung daripada harus menanyakan hal itu padaku."
Ai Zhiyi memutar bola matanya begitu ia mendengar jawaban dari Qing Hua. Dengan sikap acuh tak acuh, Ai Zhiyi segera membuka pintu tanpa tanggapan apa-apa. Sejak awal ia memang tidak serius dalam menanyakan hal itu. Ia hanya perlu menyapa Qing Hua, tetapi karena ia tidak benar-benar tahu bagaimana cara menyapa orang itu, jadi ia mengajukan pertanyaan sebagai basa-basi.
Ai Zhiyi mendorong pintu, lalu segera berjalan masuk ke dalam ruangan tersebut. Qing Hua mengikutinya di belakang dengan senyuman misterius yang terlukis jelas di wajahnya yang tenang, namun sedikit bengis.
Di hadapan mereka, Chu Weixu terbaring tak berdaya di atas tempat tidur pasien dengan selang infus di punggung tangannya. Ia tampak belum sadarkan diri saat ini.
Melihat keadaan Chu Weixu, Ai Zhiyi dengan sangat khawatir pun segera menghampirinya. Ia meraih tangan Chu Weixu dan menggenggamnya dengan penuh kasih sayang yang tulus, yang tidak pernah sedikit pun berubah di hatinya, lalu bertanya kepada Qing Hua dengan isak tangis yang ditekan di tenggorokannya, tanpa menoleh ke arahnya, "Apa yang terjadi? Kenapa Weixu bisa seperti ini?"
Qing Hua duduk di sebuah kursi, bersandar dengan malas. Ia menatap Ai Zhiyi dengan tajam dalam waktu beberapa detik, seolah-olah ia tidak ingin mendengar pertanyaan apa pun darinya. Namun, pada akhirnya, ia pun menjawab dengan acuh tak acuh, "Aku tidak tahu. Aku hanya datang sebagai pengunjung biasa dan tanpa sengaja menemukan Weixu tergeletak begitu saja di atas lantai dengan darah di hidungnya."
Ai Zhiyi terdiam untuk waktu yang lama sebelum bertanya, "di mana Wen Qi?"
"Tidak tahu."
Mendengar jawaban itu, Ai Zhiyi tertegun sesaat, memikirkan sesuatu di kepalanya. Ia mengingat bahwa Wen Qi akan datang untuk membantu Chu Weixu dalam melayani tamu setelah ia menyelesaikan kelasnya siang ini, dan bertanya-tanya apakah Wen Qi mempunyai kesibukan lain atau bahkan lupa dengan kata-katanya sendiri.
Namun, sebelum ia berpikir lebih jauh, suara Qing Hua membuyarkan pikirannya, seperti air tenang yang tiba-tiba diaduk.
"Zhiyi, apa Weixu sakit? Saat aku datang, aku pikir dia tanpa sengaja terjatuh dan pingsan. Tapi, melihat di sekitarnya, tidak ada benda apa pun yang terjatuh. Aku yakin, dia pingsan karena sesuatu yang lain," sambil bertanya, ia berjalan menghampiri Ai Zhiyi. Begitu ia tepat berada di dekatnya, ia menyentuh pundak Ai Zhiyi dengan lembut, meremasnya sedikit seolah-olah ia turut berempati dengan kondisi Chu Weixu.
Namun, Ai Zhiyi tahu bagaimana sikap pria itu dengan cukup baik, dan hanya enggan berkomentar.
Tetapi, sepertinya ia tetap tidak senang dengan perlakuan itu. Ia segera menyingkirkan tangan Qing Hua dengan kasar, sambil menjawab tanpa keramahan pada nada suaranya, "Dia menderita hemofilia tipe B. Itu diturunkan dari ibunya. Dia mungkin lupa meminum obatnya sehingga dia menjadi seperti ini."
Mendengar hal itu, Qing Hua tiba-tiba menyeringai dingin. Raut wajah itu tentunya berbeda dari sebelumnya, seperti seekor singa yang baru saja memamerkan taringnya dengan bangga. "Benarkah? Aku tidak pernah tahu itu."
Ai Zhiyi menggertakkan gigi. Ia ingin mengatakan bahwa bajingan seperti dirinya tidak pantas mengetahui apa-apa mengenai keadaan Chu Weixu, namun ia memilih untuk mengurungkan niatnya dan tetap diam.
Sementara itu, dilihat dari ekpresi wajahnya, Qing Hua juga tampaknya tidak peduli dengan jawaban itu. Ia lalu menanyakan hal yang membuat Ai Zhiyi ingin memukul wajahnya dengan keras.
"Apakah kau yakin dia benar-benar lupa? Apakah dia memang tidak berniat mengakhiri hidupnya karena lelah dengan keadaannya sendiri?"
Kata-kata itu segera membuat Ai Zhiyi mengangkat tangannya, hendak memberikan tamparan di wajahnya, namun segera ditahan oleh Qing Hua yang masih menunjukkan senyuman dingin yang membuat Ai Zhiyi merasa benar-benar ingin menendangnya keluar dari ruangan ini.
Setiap sikap kekhawatiran yang ditunjukkan oleh Qing Hua hanyalah kepura-puraan. Ai Zhiyi mengetahuinya dengan cukup baik.
Selama ini, Qing Hua adalah orang yang suka berpura-pura. Ia adalah seorang yang senang memperdaya orang lain dan manipulatif. Ai Zhiyi pernah dijebak olehnya dan ia tidak ingin terjebak untuk kedua kalinya. Karena itu, Qing Hua adalah orang yang selalu terlihat buruk di matanya walau sekalipun ia tidak bermaksud apa-apa.
Ai Zhiyi pernah ditipu satu kali, dimana ia harus kehilangan harga dirinya, dan harus menanggung rasa bersalah yang membuatnya menyesal.
Sejak saat itu, Qing Hua menjadi orang yang paling ia benci di dunia ini. Semua hal manis darinya adalah bisa yang mematikan. Sekali tersengat, maka tidak ada orang yang bisa selamat dari racun seekor ular berbisa sepertinya. Tidak ada hal baik yang tertinggal di benak Ai Zhiyi, selain keburukan yang selalu membuatnya mual.
Namun, Ai Zhiyi adalah orang yang tidak enak hati. Qing Hua sudah membantu Chu Weixu dengan membawanya ke rumah sakit, jadi Ai Zhiyi memiliki rasa bersalah jika ia menuruti keinginan hatinya.
Ai Zhiyi berusaha mati-matian untuk menekan amarahnya dan tidak berteriak. Ia menarik napas dalam diam untuk menenangkan dirinya. Tetapi, walaupun ia berhasil bertahan, begitu ia bertanya, ketidaksenangan terdengar jelas pada kata-katanya, "Sebenarnya, apa yang kau inginkan?"
"Kau masih bisa menanyakan hal itu?" Qing Hua tertawa dingin yang terkesan mengejek. Ia melepaskan cengkeraman tangannya di pergelangan tangan Ai Zhiyi, lalu tiba-tiba menarik pinggangnya sehingga Ai Zhiyi mendadak terdorong ke depan dan berada di dalam dekapan pria tidak tahu diri itu.