Chereads / Memandang Lautan Biru Yang Luas / Chapter 2 - Pertanyaan Yang Ingin Dia Hindari

Chapter 2 - Pertanyaan Yang Ingin Dia Hindari

Ai Zhiyi bingung untuk sementara waktu. Dia ingin menolak tetapi tidak dapat menemukan cara yang tepat untuk mengatakan penolakannya.

Hingga Chu Xinian kembali berbicara dengan nada memohon, "Aku juga ingin mengobrolkan banyak hal denganmu—aku ingin tahu bagaimana keadaan Weixu sekarang—pokoknya aku ingin mendengar banyak hal darimu. Mengerti?"

Sudut bibir Ai Zhiyi sedikit terangkat, berusaha tersenyum tetapi berakhir dengan seringai jelek. Kegembiraan yang baru saja memenuhi hatinya pun perlahan memudar.

Sejak awal, dia sudah menduga bahwa Chu Xinian datang hanya untuk mencari tahu hal yang sama seperti pada kunjungan sebelumnya. Dan sialnya, Ai Zhiyi telah kehabisan alasan yang bagus untuk melarikan diri. Dia pun hanya bisa mengangguk dengan pasrah.

Sementara Chu Xinian tampak acuh tak acuh. Dia terus berjalan keluar sambil menyeret Ai Zhiyi seperti memaksa anaknya pulang.

Saat keduanya berada di depan Volkswagen Jetta berwarna merah, Chu Xinian langsung masuk diikuti oleh Ai Zhiyi dengan ragu.

Di tengah perjalanan, Ai Zhiyi mengalihkan pandangannya ke luar jendela sambil memikirkan cara menggabungkan pikiran mereka, tetapi tidak berhasil. Hanya ada keheningan sampai mereka tiba.

Restoran mewah ini dipadati banyak tamu.

Setelah memarkir mobil, Chu Xinian segera masuk dengan anggun diikuti oleh Ai Zhiyi di belakang dengan canggung.

Namun entah mengapa, Ai Zhiyi perlahan merasakan sesuatu yang berbeda. Dia merasa bahwa suasana terasa tidak biasa dari sebelumnya. Terasa dingin dan aneh.

Chu Xian bahkan tidak menyadarinya.

Mereka duduk di dekat jendela, sehingga orang-orang dapat langsung melihat mereka dari luar.

Seorang pelayan datang. Chu Xinian meraih buku menu. Dia tidak membacanya melainkan menyerahkannya langsung kepada Ai Zhiyi sambil berkata dengan nada ramah, "Pesanlah apa pun yang kau mau."

Tanpa berkata apa-apa, Ai Zhiyi mengambil menu dan memesan makanan secara acak karena sebetulnya dia tidak membutuhkan makanan selain istirahat.

Ketika mereka duduk diam di sana, sedetik kemudian Ai Zhiyi menyadari bahwa Chu Xinian tampak cemberut.

Saat Chu Xinian membuka tas kulit hitamnya, Ai Zhiyi mau tidak mau bertanya, "Apa ada masalah?"

Chu Xinian mendengus. Dia memiliki senyum di wajahnya saat itu, tetapi Ai Zhiyi telah melihat ekspresi tidak nyaman di wajahnya terlebih dahulu, jadi dia bertanya sekali lagi, "Apa masalahnya?"

Chu Xinian dengan enggan menjawab pada awalnya. Tetapi setelah banyak berpikir, dia memutuskan untuk mengatakan sebuah pernyataan. Sambil menghela nafas, dia berkata dengan putus asa, "Asisten rekan ayah datang ke kantor pagi ini dan meminta lembar kerja sama yang telah mereka kirim. Ya, kpikir asistenku sudah memberikannya kepada mereka, tapi rupanya belum." Berhenti sejenak, dia menggelengkan kepalanya sambil memulai lagi, "Aku lupa tentang itu, tapi entah kenapa tiba-tiba aku ingat lagi."

Mendengar pengaduan itu, Ai Zhiyi terperengah. Dia tidak tahu mengenI hal-hal seperti itu, jadi dia tidak bisa menemukan solusi apa pun.

"Sepertinya aku harus memecatnya," Chu Xinian berceletuk lagi tapi dia tidak bersungguh-sungguh.

Chu Xinian menggerutu kesal saat dia mengeluarkan sarung tangan hitamnya dan menghempaskannya ke samping meja. Dia berpikir untuk tidak membicarakan urusannya dengan Ai Zhiyi, jadi dia berkata, "Cukup. Itu masalahku."

Tidak ada yang berbicara setelah itu, namun 30 detik kemudian Chu Xinian kembali berbicara dengan topik yang berbeda, "Oh ya, sebenarnya aku sudah berencana untuk menemuimu sejak seminggu yang lalu. Tapi karena urusan mendesak, aku baru sempat hari ini. Kau tau, kupikir kau sudah tidak bekerja di tempat itu lagi. Tapi setelah bertanya ke salah satu siswa, dia bilang kau masih di sana, jadi aku langsung bergegas."

Ai Zhiyi sedikit merendahkan pandangannya. Dia sekilas mengingat sesuatu. Sambil mengerutkan kening, dia menatap Chu Xinian dalam-dalam sebelum berkata dengan nada memohon, "Kalau begitu, apa kau tidak ingin menemui Weixu?"

Chu Xinian yang tampaknya menikmati percakapan mereka tadi, pun terdiam.

Begitu dia mendengar pertanyaan itu, matanya yang cerah seketika menunjukkan tatapan garang dan dingin seolah dia tidak senang.

Ai Zhiyi melihat sekilas perubahan itu dengan cukup jelas. Dia pun merasa sedikit gugup, namun dia mengabaikannya, dan melanjutkan, "Um, mungkin ... Weixu akan berubah pikiran kali ini."

Menyelesaikan kata-kata Ai Zhiyi, senyum misterius tiba-tiba muncul di wajah Chu Xinian, namun segera raut wajahnya menjadi lebih tenang tanpa alasan yang jelas.

Chu Xinian menarik napas dalam-dalam, lalu berbicara dengan nada nostalgia, "Mustahil. Weixu pasti tidak akan pernah mau melakukan itu. Aku mengenalnya dengan sangat baik. Dia anak yang berkepala babi. Aku masih ingat dengan jelas bagaimana si brengsek itu mengabaikanku. Dia bahkan tidak mau melihatku," berhenti sejenak, tiba-tiba dia tertawa hampa. "Entah apa yang membuatnya sampai sebenci itu padaku. Aku berusaha bersikap baik padanya, tapi dia malah tetap enggan berbicara padaku."

Ai Zhiyi sedikit menoleh ke samping, membuang senyuman pahit di wajahnya. Seolah merasa malu, ia tidak ingin menatap wanita yang baru saja mengucapkan kata-kata itu.

Sementara Chu Xinian menatap Ai Zhiyi secara diam-diam. Dia dapat mengetahui bagaimana Ai Zhiyi menanggung beban itu selama bertahun-tahun karena kebodohan adik laki-lakinya sendiri.

Di sisi lain, Ai Zhiyi hendak menghibur Chu Xinian dengan kata-kata, tetapi dering telepon membuatnya berhenti.

Ai Zhiyi merogoh sakunya, lalu mengeluarkan ponselnya. Dia melirik layar ponselnya dan melihat nomor yang dia kenali, menjawab, "Ada apa?"

Di saluran telepon yang lain, Chu Weixu sedang membuat teh krim untuk seorang pelanggan. Dia menempelkan telepon ke telinga sambil mengaduk teh. Dari suaranya terdengar khawatir, "Xiaoyi, ini sudah malam. Kita sudah mau tutup tapi kenapa kau belum pulang?"

Ai Zhiyi tidak langsung menjawab. Dia terdiam sesaat dan diam-diam melirik Chu Xinian yang sedang menyambut makanan yang baru saja diantarkan, lalu memberi alasan, "Aku menemui temanku. Aku sedikit terlambat sore ini."

Ada jeda yang lama sebelum Chu Weixu menjawab dengan suara rendah, "Oh, oke. Tapi, jangan terlaru larut, oke?"

Begitu Chu Weixu mengakhiri kata-katanya, telepon juga terputus.

Ai Zhiyi menatap layar ponselnya dengan tatapan khawatir. Meskipun Chu Weixu tidak mengatakan keluhan apa pun, Ai Zhiyi tahu bahwa Chu Weixu tidak senang.

Tetap saja, dia juga tidak bisa mengabaikan keberadaan Chu Xinian, jadi dia memutuskan untuk mengesampingkan masalah ini.

Di sisi lain, Chu Xinian mengawasinya diam-diam sambil melahap makanannya.

Sejak awal, dia telah mengetahui bahwa itu adalah Chu Weixu, jadi dia meminta konfirmasi, "Weixu?"

Tanpa mengangkat pandangannya, Ai Zhiyi mengangguk pelan.

Chu Xinian menyeringai kecil. "Dia tidak berubah ...." Dengan jeda, dia melanjutkan, "Lebih baik kau makan makananmu selagi hangat."

Ai Zhiyi sangat patuh. Dia segera melakukan apa yang dikatakan Chu Xinian.

Chu Xinian menyeka bibirnya dengan tisu dan bertanya, "Hemofilianya tidak bertambah parah, kan?"

Mendengar pertanyaan itu, Ai Zhiyi semakin terkejut, bahkan dia tidak mampu mengunyah makanannya. Dia membeku untuk waktu yang lama sebelum menjawab, "Ya, dia baik-baik saja ...."