Waktu istirahat telah tiba, semua murid-murid dipersilahkan mengisi perut mereka yang kosong.
Hal tersebut tentu saja tidak disia-siakan oleh semua siswa SMA Nusa Bangsa. Terkecuali salah satu cowok dengan buku tebalnya yang tengah duduk di pojok ruang kelas XII IPA 3 itu.
Cowok itu Anan, siswa yang terkenal dengan kepintarannya itu. Tak lupa dangan penampilan ala kutu buku yang senantiasa nampak pada cowok itu.
Anan sesekali membenarkan letak kaca matanya. Cowok itu fokus pada kalimat yang tertera pada bukunya. Ia tak memperdulikan orang-orang di sekitarnya. Sementara orang-orang tersebut tidak mengganggunya Anan tak pernah peduli. Hingga salah seorang cowok membuyarkan konsentrasinya.
"Woy Nan!" seru seorang cowok seraya menggebrak meja Anan keras. Membuat perhatian teralih kepada cowok tersebut.
Anan menghela nafasnya pelan, menyingkirkan bukunya.
"Apa Vid?" Ujar Anan bertanya kepada cowok yang diketahui bernama David itu.
"Kantin" ujar David sekilas.
Anan menganggukkan kepalanya sekilas. Lantas cowok itu menyimpan bukunya di dalam laci yang tersedia di bawah mejanya.
Anan mengikuti langkah David seraya memasangkan sebuah earphone pada kedua telinganya seraya berjalan di samping David yang tangah menggoda beberapa cewek yang ia temui di koridor hingga mereka sampai pada suatu tempat yang penuh.
Anan menggeser kursi di depannya sehingga menimbulkan bunyi deritan dan menyita perhatian tiga cewek yang sebelumnya sudah duduk di sana dan tengah berbincang bincang.
"Kenapa lo pindah Lev?" Celetuk David menimpali obrolan ketiga cewek tersebut.
Anan memperhatikan satu persatu ketiga cewek yang ada di meja itu. Tentu saja Anan tahu siapa mereka, mereka adalah teman sekelasnya dan juga merupakan sahabat David sejak kecil, setidaknya itu yang pernah David katakan. Lalu Anan mengalihkan pandangnya menatap pada cewek yang duduk di hadapannya itu. Ia juga tahu siapa cewek tersebut, cewek itu adalah murid baru di kelasnya.
"Tanya aja sama bang Andra" ujar Levi menjawab pertanyaan David.
Anan memperhatikan gerakan Levi yang di depannya, hingga ketika Levi mendongak mata Levi dan juga Anan bertemu. Anan langsung mengalihkan pandangnya, lalu cowok itu menggeser kursinya ke belakang lalu bangkit dari duduknya.
"Mau kemana lo Nan?" Tanya David ketika mengetahui Anan hendak pergi.
"Kelas" ujar Anan lalu setelahnya cowok itu pergi dari sana.
***
Anan telah sampai di tempat yang ditanami banyak tumbuhan dan terasa sejuk. Bukan, bukan kelas tujuan Anan yang sesungguhnya, Anan hanya asal menjawab saja ketika ditanyai David tadi.
Anan duduk disalah satu bangku yang memang tersedia di sana. Cowok itu memandang pada hamparan tanaman mawar merah yang berada dua meter di depannya.
Suasana yang hening dan ditambah dengan semilir angin yang bertiup menerpa wajahnya membuat siapa saja yang berada di sana merasa tenang san nyaman.
Bel sudah berbunyi beberapa jam yang lalu. Bahkan tinggal beberapa menit lagi bel pertanda pulang akan segera berbunyi. Anan mendongakkan kepalanya, ia menutup kelopak matanya kala sinar mentari menusuk indera penglihatannya. Entahlah, dadanya terasa sesak dan nyeri. Sesuatu yang telah lama tak ia rasakan kini memenuhi rongga dadanya.
Perasaan senang, sedih, kecewa, marah, dan menyesal bercampur menjadi satu, menari nari di rongga dadanya sehingga membuatnya sesak. Tiba-tiba bak kaset rusak yang berputar-putar kenangan itu terputar di memorinya, kenangan yang membuat Anan merasakan itu semua. Kenangan yang coba ia pendam dalam dalam dan berusaha ia lupakan. Lenangan yang tak ingin ia ingat lagi.
Anan memegang kepalanya yang terasa sedikit pening. Bersamaan dengan itu pula suara bel berbunyi nyaring. Taman yang tadinya hening kini berubah, terdengar beberapa suara orang orang yang lewat atau memag sedang di sana.
Anan menghela napasnya pelan, cowok itu krmbali menatap hamparan bunga mawarerah yang berada dua meter di depannya itu. Tak berniat beranjak dari duduknya meski cowok itu tau jika jam sekolah sudah berakhir.
Setelah beberapa menit menunggu akhirnya sekolahpun nampak sedikit sepi. Anan bangkit dari duduknya. Cowok itu melangkahkan kakinya menuju ke kelasnya untuk mengambil tasnya yang masih berada di dalam kelas.
Tak lama kemudia Anan telah sampai di depan kelasnya itu. Cowok itu memasuki kelasnya yang sudah sepi. Pandangan cowok itu berhendi pada sebuah bangku yang ditempati oleh anak baru di kelasnya tadi pagi. Di sana terdapat seorang cewek yang tertidur, tentu saja itu adalah Levi. Anan kembali melangkahkan kakinya mengambil tasnya yang terletak di bangkunya. Cowok itu menoleh ke samping kanan bangkunya, dengan ragu ragu Anan menghampiri Levi yang tertidur.
Cowok itu sengaja menendang kaki meja di hadapannya dengan keras. Sehingga membuat Levi terusik dari tidurnya. Anan mengalihkan pandangannya kala Levi menatap tajam dirinya dengan mata sayu khas seorang bangun tidur.
"Um.. ma..ma...maaf udah bel" ujar Anan gugup seraya menggatuk tengkuknya yang tidak gatal.
"Lo gagu?" Tanya Levi tanpa dosa.
"Eng...enggak" ujar Anan berusaha tenang.
"Kalo nggak nagapain lo ngomong gagu gitu?" Ujar Levi lagi yang langsung di tinggalkan oleh Anan dengan kepala menunduk.
Levi menghela napasnya melihat punggung Anan yang keluar dari pintu, "Cowok aneh"
Di lain sisi Anan terus saja berjalan melewati koridor dengan kepala yang menunduk. Entah kenapa ia bisa tidak lancar berbicara ketika di tatap Levi tadi. Cowok itu tak berhenti merutuki sikapnya tadi.