Chereads / Ra - Vita / Chapter 3 - 3. Anantha

Chapter 3 - 3. Anantha

Suara deruman motor yang bersahutan menembus gendang teling. Di tengah jalanan beraspal yang sepi, terdapat dua pengendara motor yang bersiap melajukan motornya. Lalu di sisi kanan dan kiri jalan terdapat pemuda pemudi yang berbaris menonton.

Beberapa menit kemudian seorang perempuan dengan busana sexynya berdiri di tengah tengah jalan dengan membawa bendera . Perempuan tersebut mengangkat benderanya ke atas seraya menghitung 1 sampai 3. Ketika hitungan ke-3 bendera di kibarkan dan kedua motor tadi langsung melaju dengan kencang saling salip menyalip.

Sorakan meriah dari penonton bersahutan dengan deruman motor yang salip menyalip memeperebutkan posisi yang menunggu di ujung sana. Membuat ketegangan dan penasaran hadir di sela sela penonton.

Setelah beberapa lama hening, suara deruman motor yang menggema dan diikuti oleki sorakan riuh penonton terdengar kembali. Di sana, salah satu motor sport dengan warna hitam tadi melewati garis finish dan diikuti oleh motor motor lainnya.

Orang yang berada di atas motor sport hitam tersebut membuka helm full facenya, ia menatap remeh sesorang yang balapan dengannya tadi, "Sesuai perjanjian, mana kunci motor lo?"

Orang itu mendengus sebal, lalu tak urung juga melemparkan kunci motor ke arah lawannya.

゚+*:;;:* *:;;:*+゚

Levi mengecek jam yang melingkar dipergelangan tangannya sekali lagi. Pukul 00.50, denga perlahan dan hati-hati Levi memutar kenop pintu yang belum terkunci itu. Pertama kali yang ia lihat adalah kakaknya yang tengah duduk di sofa ruang tamu dengan papanya. Keduanya tak menyadari kehadiran Levi dan tetap mengobrol. Samar samar Levi bisa mendengar percakapan keduanya.

"Sudah, untuk apa menanyakan saya?" Celetuk Levi ketus kala mendengar namanya yang disebut. Membuat kedua pria berbeda usia itu menoleh ke arahnya dengan pandangan yang berbeda.

"Dari mana aja lo?" Ujar Andra sedikit kesal karena adiknya itu baru pulang tengah malam dan membuatnya khawatir.

"Ketiduran di rumah Raka" balas Levi. Memang benar, ia tadi sore jalan sama Raka.

"Lain kali jangan pulang larut, gak bagus. Iangat kamu cewek" ujar Hendra memperingati.

"Sejak kapan Papa perduli?" sarkas Levi yang membuat Hendra menatapnya tajam.

Hendra menghela napasnya pelan, ia memijit pelipisnya yang terasa pusing, "Kamu tidur sekarang sudah larut, besok sekolah"

Levi langsung melangkahkan kakinya melewati kedua pria itu. Cewek itu menaiki undakan anak tangga hingga sampai di depan pintu berwana coklat.

Levi merebahkan badannya di atas kasurnya setelah mengganti pakaiannya denga piyama. Cewek itu menatap langit langit kamrnya yang berewarna putih polos. Tak lama kemudian cewek itu terlelap ke alam mimpinya.

●○●○●○●○

Levi telah siap dengan seragam sekolahnya dan tas punggungnya. Cewek itu menyantap sarapan pagi hari yang dibuat oleh Bi Surti dan ditemani oleh Andra yang juga siap dengan seragam kerjanya.

Levi memasukkan sesuap nasi terakhir ke dalam mulutnya, lalu cewek itu minum minuman yang dudah tersedia setelah menelan seluruh makanannya. Cewek itu menyudahi sarapan paginya.

"Bang gue berangkat ya" Pamit Levi seraya mengecup pipi kanan Andra.

Levi menghampiri motor maticnya di garasi rumahnya. Ia memakai helmnya dan melajukan motornya keluar dari pekarang rumahnya. Tak lupa sebelumnya Levi menyapa Bi Surti yang tengah menyapu halaman dan satpam yang membuka gerbang untuknya.

Motor matic Levi melaju dengan kecepatan rata rata berbaur dengan kendaraan kendaraan lain. Tak banyak dari pengemudi kendaran-kendaraan tersebut memiliki tujuan yang sama dengan Levi.

Dilain sisi, disebuah gang menuju SMA Nusa Bangsa terdapat beberapa anak remaja dengan seragam abu-abu putih berada di sana. Terlihat salah satu di antara mereka tengah berteriak kepada salah satu cowok dengan kaca mata bulat yang bertengger di hidungnya yang berdiri berhadapan dengan mereka.

"Anantha" eja salah satu cowok membaca name tag cowok di depannya. Cowok itu adalah Anan

"Ada apa? " Ujar Anan seraya menundukkan kepalanya.

"Mana uang lo?!" Sarkas cowok itu. Ia mencengkram dagu Anan kuat dan menariknya hingga mendongak.

"Uang? gue bukan orang tua lo kenapa minta uang ke gue?" balas Anan.

Cowok itu mengepalkan tangannya hendak meninju wajah Anan. Mengetahui hal itu Anan langsung waspada dan bersiap untuk menangkis pukulan cowok itu, namun sayang kedua tangannya di tahan oleh orang lain. Anan memberontak mencoba melepaskan diri, tetapi sebuah pukulan lebih dahulu mendarat di pelipisnya. Sekali, dua kali, dan ketiga kalinya harus berhenti di depan wajahnya karena ulah seseorang yang menahannya.

Anan menoleh ke arah orang itu, cewek. Ia tahu siapa cewek ini, ia adalah teman sebangku Anan dan merupakan murid baru di kelasnya, Alesan Levi Pradita.

"Selamat pagi Den, gak nyangka gue bisa ketemu lo disini. Setelah kehilangan motor lo sekarang jadi malak orang lain ya" ujar Levi seraya menyeringai.

"Ck, urusan gue bukan sama lo, minggir!" ketus Deni.

"Tentu saja ini urusan gue juga, karena lo keroyok temen sekelas gue" balas Levi santai lalu ia mendaratkan satu pukulan di rahang Deni.

Ah ngomong ngomong Deni ini dulunya satu sekolah Levi di sekolah lama Levi. Entah karena apa Deni sangat membenci Levi, selalu ada perkelahian ketika mereka bertemu. Selain itu, karena cowok ini pula Levi di D. O dari sekolah lamanya.

Hal itu membuat Deni menggeram marah. Cowok itu mengepalkan tinjunya lalu mengarahkannya ke arah Levi. Beruntungnya Levi segera menghindar dan membalas pukulan cowok itu sehingga mengenai rahang Deni.

Deni mengusap hidungnya kasar, cowok itu menatap Levi dengan penuh amarah, sehingga baku hantam antar Levi dan Denipun tak dapat dihindari lagi.

Sedangkan Anan, cowok itu menatap penuh arti ke arah Levi dan Deni yang tengah baku hantam tersebut. Pandangan cowok itu tak pernah lepas dari setiap gerakan yang di buat oleh Levi maupun Deni.

Anan melengkungkan garis bibirnya tipis ketika melihat Levi unggul dari pada Deni. Entah mengapa cowok itu sedikit merasa senang ketika Levi unggul dari pada Deni yang notabeennya adalah laki-laki.

Akan tetapi, Anan langsung mengubah ekspresinya menjadi datar kala teman-teman Deni ikut membantu Deni ketika cowok itu sedikit kewalahan melawan Levi.

Anan mengepalkan tangannya kala sebuah pukulan mendarat di pelipis Levi. Anan melepaskan tas yang ada di pundaknya. Cowok itu melangkahkan kakinya mendekati Levi yang tengah melawan 4 cowok seorang diri itu.

Sudahlah, Anan tak perduli dengan imagenya sebagai kutu buku atau persetan dengan itu semua. Cowok itu menghampiri Levi membuat Levi sedikit terkejut dengan kehadirannya. Lalu setelahnya keduanya saling membantu dan mebalas setiap serangan yang mengarah pada mereka.

Pihak Deni dan teman-temannya kabur setelah merasa mereka kewalahan dan menyisakan Levi dan Anan dengan beberapa luka lebam.

Anan menghela napasnya kasar, cowok itu mengusap bibirnya yang sedikit sobek dengan kasar.

"Lo gak papa? Thanks lo udah bantuin gue" tanya Anan seraya menyeka darah yang keluar sudut bibirnya.

Levi mengangkat alisnya dan menatap Anan, cewek itu menatap name tag yang tertempel di seragam Anan, "Gak papa, lo sendiri?"

"Gak papa, mending sekarang berangkat sekolah habis ini bel" ujar Anan seraya mengambil tasnya yang tergeletak di atas trotoar lalu ia menghampiri motornya dan langsung melakukan motornya itu ke sekolah. Begitupun dengan Levi yang juga mengendaraksn motornya di belakang motor Anan.

Bersambung...