"Aku hanya ingin menyelesaikan masalaluku saja, agar tak menyengsarakan hati pasanganku kelak."
Dian menatap les uke arah Fatih. bukan dia iba pada pria itu, atau salut dan perasaan yang lainnya. Tapi, entahlah. Dia sendiri juga tidak tahu, perasaan apa yang tengah dia rasakan sekarang ini sudah tak tahu denga napa lagi menyebutnya.
Yang jelas, jawaban ini, sudah Dion jadikan semacam nasi sayur besrta lauk. Makanan sehari-hari walaupun menunya terus berubah-ubah. Dalam artian, jawaban Fatih itu selalu sama di segala kesempatan waktu dan ekpresi yang berbeda.
"Kamu itu jangan terlalu mematok tinggi seorang Wanita untuk kau jadikan kriteria pasangan, Fatih."
"Tidak, kok. Aku juga sadar diri, Wanita seperti Arsyla itu tidaklah layak untukku. Cukup melihat dia hidup dengan pria yang tepat saja itu sudah lah sangat cukup bagiku."
"Ya sudah, kamu sabar, ya. Apakah kau mau ke madrasah hari ini?" tanya Dion.