Asap mengebul keluar dari mulutnya itu. Entah sudah dosis keberapa ia menambah tembakau kedalam rokoknya. Jas yang dipakainya tercium bau darah. Namun, karena warnanya yang hitam, siapapun tak akan menyadari bahwa ternyata jas itu dipenuhi darah. Mata si pemilik jas memandangi pria yang ada dihadapannya.
Pemandangan yang terlihat seperti harimau yang siap menyantap kelincinya.
"Jadi, kamu akan tetap merahasiakan siapa tuanmu?" tanya pria itu.
"Kamu bisa menjual nyawa tuanmu untuk menyelamatkan nyawamu loh."
Si lawan bicara menatap Elang sekilas dengan matanya yang lebam.
"M... maaf tuan. Saya tidak bisa menjual sumpah setia saya." jawabnya dengan nada lemah.
Elang memandangnya pura pura iba. Mata yang dulu sejuk itu berubah mengerikan. Ralat, memang selalu mengerikan. Ia hanya tak menunjukkan mata itu kepada orang terkasih. Ia menepukkan tangannya meriah.