Mobil mereka perlahan masuk ke dalam Rumah Besar Mo, mereka kembali ke sarang cinta mereka berdua.
"Hari Rabu, ikut aku pergi ke rumah orangtuaku."
"Aku? Kamu mengajakku bertemu dengan orang tuamu?" Tanya Shen Chengjing yang masih belum siap. Apalagi saat mengingat hubungan sebenarnya antara dirinya dengan Mo Yanchen, apakah pantas untuk bertemu dengan orang tuanya?
"Walau menantu mereka jelek, namun tetap harus bertemu dengan mertuanya, kan!" Sindir Mo Yanchen.
"Maaf, Paman. Aku tidak jelek!" Shen Chengjing menolak pernyataan itu. Walau mengakui bahwa wajah lelaki ini tampan, namun bukan berarti ia tidak bisa mengejeknya.
Dengan nada kesal Shen Chengjing berkata, "Walaupun kamu sangat tampan, tetapi aku masih belum menyukaimu, Paman! Kita menikah bukan karena cinta, apakah pantas untuk bertemu dengan orang tuamu."
"Hey, banyak orang yang menikah dulu, baru saling jatuh cinta. Peristiwa semacam ini sangat normal." Jawab Mo Yanchen.
Mo Yanchen pun menoleh ke arah Shen Chengjing, meski kedua tangannya masih memegang kemudi, "Atau kamu tidak senang dengan kita pisah kamar? Aku tidak keberatan…."
"Tidak tahu malu." Shen Chengjing membuka pintu mobil dan keluar dari mobil.
Melihat punggung Shen Chengjing yang keluar dari mobilnya, membuat Mo Yanchen semakin tertarik kepadanya. Walau tampak cuek, namun gadis ini sangat pemalu.
Pada saat makan malam, Mo Yanchen yang masak dan Shen Chengjing hanya memainkan ponselnya.
"Paman, apakah kamu ingin merayuku dengan masakanmu?" Setelah makan malam, Shen Chengjing tiba-tiba menyadari sesuatu yang ditakutinya ini. Andai ada sesuatu dibalik ini semua, pasti hal itu akan sangat sadis.
Bila menyadari perilaku pria ini yang bersedia memasak untuknya dan makanannya juga sangat enak, tentu hal ini sangat mencurigakan. Apalagi Shen Chengjing adalah orang yang sangat gampang tergantung dengan orang lain. Hal semacam ini akan membuatnya tidak ingin meninggalkannya.
"Kamu berpikir terlalu jauh." Ucap Mo Yanchen sambil mengambilkan beberapa hidangan ke piring Shen Chengjing. Ia juga menambahkan, "Kalau kamu tetap berpikir demikian, aku juga tidak keberatan."
Mendengar perkataan pria itu, makanan Shen Chengjing seperti tersumbat di tenggorokannya. Ia pun mengambil semangkuk sup yang masih hangat untuk ditelan ke dalam perutnya.
"Sekarang seharusnya kita berdiskusi dengan jujur, aku sangat penasaran kenapa waktu itu kamu bersedia membuat surat nikah denganku saat tengah malam?" Tanya Shen Chengjing.
Saat melihat Mo Yanchen, Shen Chengjing pun menyadari bahwa pria ini tidak mungkin mengatakan alasannya lebih dahulu. Oleh sebab itu, Shen Chengjing pun menjelaskan alasannya terlebih dahulu.
"Aku memang memerlukannya untuk menyelesaikan masalahku. Oleh karena itu, aku harus secepatnya mencari seseorang yang bersedia menikah denganku." Tambah Shen Chengjing lagi.
Namun setelah menikah, Shen Chengjing tetap menyadari bahwa keadaan hidupnya masih tidak berubah.
"Waktunya kebetulan cocok… Perasaanku juga kebetulan cocok." Mo Yanchen kemudian menjawab tanpa memperlambat kecepatan makannya. Walau demikian, setiap gerakannya sangat anggun seperti telah dilatih dari kecil.
Setelah Shen Chengjing makan, ia membereskan mangkok dan piringnya. Lalu, ia kembali ke ruang tamu. Melihat Mo Yanchen yang sedang sibuk, ia sebenarnya tidak tahu kesibukan Mo Yanchen sampai sekarang.
"Masalah keluarga Shen, apakah kamu perlu bantuanku?" Pertanyaan ini adalah pertanyaan pertama dari Mo Yanchen tentang Shen Chengjing.
"Sekarang masih belum perlu, mereka masih berani melawanku sekarang. Mereka juga pasti menduga bahwa aku tidak memiliki kekuatan untuk membalas perbuatan mereka saat ini." Ucap Shen Chengjing dengan tatapan serius.
"Aku yang sekarang perlu menjadi lebih dewasa. Setelah memiliki kemampuan yang cukup, aku akan merebut semua hak yang seharusnya menjadi milikku." Tambah Shen Chengjing dengan pelan. Ia pun memeluk bantal sofa dan menganti posisi duduk untuk menatap Mo Yanchen.
"Walau terkesan singkat, namun menikah denganmu sepertinya adalah pilihan yang bagus." Seketika Shen Chengjing berkata lagi untuk menyampaikan perasaannya tentang Mo Yanchen.
Shen Chengjing memang belum mengenal latar belakang Mo Yanchen dan tidak mengetahui topik pembicaraan yang sesuai dengannya. Meski demikian, paling tidak Mo Yanchen menghormatinya dan dapat memahaminya.
Salah satu contohnya adalah saat Mo Yanchen menanyakan bantuan yang bisa diberikannya untuk menyelesaikan masalahnya, perkataan itu sangat membuat Shen Chengjing terharu.
"Tentu saja." Mo Yanchen mengangkat dagunya dengan bangga. Ia langsung menatap mata jernih Shen Chengjing dengan tatapan angkuh. Meski tidak terkesan sombong, seolah semua dunia adalah milik Mo Yanchen dan dapat memberikan apapun kepada Shen Chengjing, tapi karisma Mo Yanchen sungguh yang sangat kuat.
"Saat bertemu dengan orang tuamu, apa yang harus aku perhatikan?" Tanya Shen Chengjing.
"Hanya makan-makan saja, tidak perlu mempersiapkan sesuatu yang khusus." Ucap Mo Yanchen sambil melihat laptop kecilnya itu. Shen Chengjing juga tidak menunggunya dan mengambil ponselnya untuk masuk ke akun QQ-nya.
Dalam group QQ, beberapa temannya sudah bergosip tentangnya.
[Katanya Shen Chengjing sudah putus dengan Tuan Mo Yongqiang. Orang miskin sepertinya, bagaimana mungkin mendapatkan Tuan Mo yang seperti itu?]
[Gadis yang malang, lihat saja kalau dia masih saja sok di depan kita!]
[Aku juga mendapatkan kabar dari orang dalam. Katanya Shen Ziqian sudah menjadi pacar Mo Yongqiang. Ada orang yang melihat mereka masuk ke suatu toko pernikahan. Aku penasaran, apakah pernikahan mereka tidak lama lagi?]
Setelah membaca sekilas dan melihat anggota QQ yang sudah bergosip, Shen Chengjing langsung menutup akunnya karena tidak tahan melihat cibiran-cibiran itu lagi.