Chereads / DASHA & JAKARTA / Chapter 20 - MEMBAIK

Chapter 20 - MEMBAIK

Ke esokan harinya, kedua sahabatnya datang berkunjung ke rumah dan memutuskan untuk menginap meski beberapa hari, karena kebetulan sekolah libur karena guru ada rapat dan pelatihan. Untuk meluapkan kerinduan. Dan bisa di tebak, kehebohan di rumah mewah itu kembali terjadi dan terdengar, tatkala para dua wanita itu histeris kegirangan melihat sahabatnya telah pulang.

"Aaaaaa demi Tuhaaannn... gue seneng bangeeeett..!!!" pekik Naila senang dan dia terus memeluk Dasha erat.

"Sumpah, gue ngga nyangka kalo lo beneran kabur. Gilaaa...!" ucap Faida dengan wajah takjub lalu memeluk kedua sahabatnya. "Aaaa gue kangen banget masa-masa iniiii..!" ucapnya senang.

Beberapa menit berpelukan, lalu mereka melepaskan.

"Gue ngga mau tau, Dash. Lo harus cerita gimana bisa lo hidup di jalan dan lo ngapain aja," tuntut Naila.

"Jangan lupa juga, dimana lo tinggal," tambah Faida.

Hemmm.... Dasha mengetuk-ngetuk dagunya dengan wajah berfikir.

AHA!

"Gimana kalo sekarang kita nginep di tempat gue tinggal dulu?" usul Dasha memandang Naila dan Faida bergantian.

Kedua temannya tampak terkejut dan saling berpandangan. Sementara Dasha menaik turunkan kedua alisnya dengan cepat disertai senyuman tanda menggoda dan meminta persetujuan.

Pada akhirnya, jadilah mereka berlima menuju lokasi tempat Dasha tinggal dulu. Ya, mereka berlima, Dasha, Naila, Faida, Arjuna, dan Putra. Karena kostan hanya cukup untuk tiga orang, maka dua laki-laki tersebut menyewa satu kamar lagi demi memantau ketiga wanita tersebut. Tentunya butuh bujukan keras kepada orang tua Dasha dalam hal ini, terlebih saat orang tua Dasha tau kalau Putra turut andil di dalamnya. Dengan gentle, Putra meminta maaf di hadapan kedua orang tua Dasha. Orang tua Dasha memaafkan dan kali ini orang tua Dasha memakai sistem pelacak agar terus mengetahui posisi putrinya.

Sepanjang perjalanan menuju ke lokasi, Dasha terus bercerita yang tentu saja di dengarkan ke empat temannya. Entah tak terhitung berapa kali Dasha terus memuji Putra.

"Aaaaa Putraaaa.. sweet banget sih lo!" puji Naila dengan gemas.

Putra tersipu malu. "Biasa aja ah," ucapnya salting sambil tersenyum.

Arjuna yang sedang menyetir, beralih pandang sekilas ke Putra yang duduk di sampingnya, karna ketiga wanita tersebut memilih untuk duduk di tengah.

Arjuna menepuk pundak kanan Putra. "Gue salut sama lo, bro! Makasih udah jagaian Dasha," ucapnya kemudian tersenyum.

"Ah santai, bro. Lagian hal biasa kok, dia juga jadi tanggung jawab gue selama dia sama gue," ucap Putra merendah.

"Untung masa kostan masih ada karena bayar sebulan kemarin, walaupun kena biaya tambahan lagi karena bawa dua orang. Jadi kita masih bisa mampir, Put," ucap Dasha.

"Ya, Dash. Syukurnya juga Ibu kost punya kamar kosong satu lagi buat gue sama Arjuna," ucap Putra.

"Kurang Mas Gama aja nih. Kangen deh gue. Syukur dia mau diminta balik lagi kesini, walau dia mintanya naik kereta aja," ucap Dasha.

"Tuh kangen juga kan? Makanya jangan aneh-aneh lagi lo. Kasian Mas Gama. Syukur mau balik lagi dia," celetuk Putra.

Dasha cemberut sebentar. Mobil Avanza yang saat ini mereka pakai, tiba di pelataran lapangan kostan. Sesuai kesepakatan dengan Ibu kost, bahwa mobil mereka akan di parkir disini. Sengaja mereka tidak memakai salah satu mobil mewah milik Dasha, agar tidak menjadi pusat perhatian. Walau Dasha saat ini sudah tidak masalah jika orang-orang tau siapa dirinya.

Mereka segera turun dengan bawaan masing-masing menuju kamar. Disambut Bu Ambara, Ibu kost yang memiliki perawakan judes, namun berhati baik. Mereka satu persatu mencium punggung tangan Bu Ambara. Bu Ambara pun tanpa basa-basi segera menunjukkan kamar yang disewakan untuk Putra dan Arjuna. Kamarnya berhadapan dengan kamar para gadis. Itu memudahkan mereka untuk bisa memantau. Selepas itu pun Bu Ambara pergi kembali ke rumahnya.