Rumah dinas di kawasan Jakarta pusat yang bercat putih dan dua tingkat, nampak sepi. Rumah yang di huni delapan orang itu terlihat besar. Empat pemilik rumah, dua pembantu dan dua supir. Dengan garasi yang cukup untuk dua mobil, taman kecil, teras yang luas, jug kolam ikan besar berisi ikan hias yang setiap hari di beri makan.
Di dalamnya pada lantai dasar terdapat ruang tamu, ruang menonton, ruang keluarga, dapur, ruang makan, enpat kamar mandi, ruang santai, tujuh kamar tidur, dan gudang. Setiap ruangan memiliki AC, kecuali kamar mandi dan gudang. Di bagian belakang rumah terdapat taman kecil, kolam renang, ruang bilas, ruang ganti baju, dan tempat menjemur cucian. Sementara di lantai dua adalah ruangan luas tanpa pintu yang biasa di gunakan untuk mengumpul bersama dalam jumlah orang yang banyak, juga terdapat balkon disana untuk bersantai atau ingin melukis.
Dasha Amanda Benedict, adalah anak pertama dari dua bersaudara. Sejak kecil orang tuanya memanggil Dasha. Anak dari seorang karyawan yang bekerja di instansi Negara dan seorangnya lagi Ibu rumah tangga. Bukan hanya itu, Evan Benedict atau yang biasa di panggil Papa oleh Dasha, juga seorang politikus dengan banyak usaha. Meskipun pekerjaan Papa menjamin, Lavanya Kusuma atau biasa di panggil Mama oleh Dasha ini memilih untuk menjadi Ibu rumah tangga dan mengurus putri keduanya yang baru lahir.
Kehidupan kaya raya tidak membuat Dasha ingin bersekolah di tempat bergengsi, ia lebih memilih bersekolah di SMA Negeri biasa. Karena ia tidak begitu suka gaya hidup pelajar di sekolah mentereng saat ia SMP dulu.
Dwi Adila Benedict. Sejak lahir sudah di panggil Dila. Adik Dasha satu-satunya dan baru lahir. Usianya beda 14 tahun dengan Dasha. Tentu saja, di usianya yang masih itungan hari membuat Mama lebih fokus kepada si kecil ini.