Chereads / Cinta Sang Malaikat Penjaga / Chapter 39 - KALIAN TIDAK SEHARUSNYA TERPISAH

Chapter 39 - KALIAN TIDAK SEHARUSNYA TERPISAH

Di pintu masuk istana, semua orang telah menunggu Jedrek, namun sang Raja belum juga terlihat keberadaannya.

"Apa aku harus memeriksanya?" Lilac berkata, sedikit merasa khawatir karena Jedrek berkata padanya bahwa ia hanya akan mengurus sesuatu untuk beberapa saat sebelum mereka bisa memulai perjalanan, tapi ini sudah waktunya untuk pergi, namun ia masih belum bisa terlihat dimanapun.

Sejak hari pengeksekusian, Lilac menyadari bahwa dirinya mulai memikirkan sesuatu dengan cara yang berlebihan, namun ia tidak bisa menahannya, meskipun Jedrek sudah mencoba untuk menghentikannya melakukan demikian.

"Kau tidak perlu khawatir dengan keadaan Jedrek, dia mungkin sedang mengurus sesuatu. Dia pasti akan sampai sesaat lagi." Eaton mencoba untuk meyakinkan dan menenangkan Lilac.

Raine bisa melihat bahwa Lilac menjadi sedikit tegang dan akan dengan mudah merasa terkejut dengan hal-hal kecil setelah hari pengeksekusian. Meskipun, Lilac bertindak seakan tidak ada apapun yang terjadi, akan tetapi Raine, sebagai orang yang sangat sensitif, ia sangat-sangat bisa merasakannya.

"Jangan terlalu merasa khawatir." Hope berkata, tersenyum dengan sangat ceria seperti biasanya, ia memeluk Lilac dan terkekeh.

Semua orang mencoba untuk bertindak seperti biasa sebisa mungkin, tapi apa yang terlah terkjadi sebelumnya masih meninggalkan luka di hati mereka masing-masing dan itu bukan hal yang mudah untuk diterima secara langsung. Namun mereka pasti akan bisa melewatinya suatu hari nanti.

Itu hanya masalah waktu, sebelum hati yang lembut dari para guardian angel bisa merasa tenang dan terbiasa dengan situasi mereka saat ini, beradaptasi dengan semua masa sulit mereka.

"Kenapa dia membawa Bree bersama dengannya?" Kace mengerutkan keningnya ketika ia melihat kakak tertuanya itu berjalan menuju ke arah mereka dan menggendong Bree.

Dan ketika rombongan yang sedang menunggu di depan pintu masuk menolehkan kepala mereka ke arah yang ditunjuk oleh Kace, mereka melihat sang Raja sedang berjalan mendekat, menggendong seorang gadis kecil di dalam dekapannya, sementara gadis itu berbicara dengan bahagia padanya, terkekeh dengan santai.

"Aku tidak salah melihatnya, kan?" Calleb menyikut Torak di sebelahnya dan mengedipkan kedua matanya beberapa kali, Gamma itu berada disana untuk melihat mereka pergi karena Raphael memiliki banyak hal untuk dilakukan.

Di sebelahnya, Torak juga mengerutkan dahi. Ia bahkan tidak ingat kapan terakhir kali Jedrek meluangkan waktunya untuk bisa akrab dengan seorang anak kecil.

"Aku rasa memiliki seorang pasangan dapat mengubahmu," Calleb bergumam, tapi di sebelah Torak, Raine menyikutnya juga.

"Kata seseorang yang baru saja menemukan pasangannya dan akan selalu menemukan kesempatan untuk lari dari menjagaku dan pergi ke tempat dimana pasangannya yang baru dia temukan itu berada." Raine mendengus dengan bermain-main.

Calleb tidak memiliki kalimat apapun untuk membalasnya dan hanya bisa menggaruk kepala yang sama sekali tidak terasa gatal, karena ia tahu Raine tidak akan mengatakannya kepada Torak, maka dua hari terakhir ini, ia akan selalu mendapatkan alasan untuk pergi ke arah utara untuk bertemu dengan Rosie, tapi tentu saja ia akan melakukan ini jika Riane sedang bersama dengan Raphael atau Lana, dan terlindungi.

"Kau apa?" Torak mengalihkan perhatiannya kepada Calleb dan menyipitkan kedua matanya dengan sangat mengancam, tapi Raine datang untuk menyelamatkan dan memeluk lengan pasangannya sambil membicarakan hal lain untuk mengalihkan perhatiannya lagi dari Calleb.

Di sisi lain, Jedrek berhenti berjalan dan menurunkan Bree dari gendongannya sebelum ia berjalan mendekat ke arah Lilac dan mengecup keningnya.

"Kemana saja kau?" Lilac bertanya kepada Jedrek.

"Kau pasti adalah orang, yang bertanggung jawab atas keterlambatannya, kan?" Kace berkata kepada Bree dan mengacak rambutnya, yang sudah bertumbuh panjang sekarang.

Gadis kecil itu menyingkirkan tangan Kace dan bergeser untuk bersembunyi di balik Hope, merengek. "Dia mengacak rambutku lagi..." Bree berkata dengan kesal, sambil mencoba untuk merapikan rambutnya.

"Kemarilah, aku akan merapikannya." Hope tertawa dan merapikan rambut Bree.

"Hey, kenapa kau pergi bersama dengannya? Apa kau tidak takut jika dia akan mengunyahmu?" Kace mencubit pipi Bree dan gadis kecil itu menggigit tangan Kace.

Untungnya, Kace cukup cepat untuk menarik kembali tangannya, atau jika tidak, gigi kecilnya akan meninggalkan bekas di kulit Kace sekarang.

"Tentu saja tidak." Bree berkata. "Aku ingin melihat Raja, dia bilang aku bisa menjadi seorang putri."

"Bagaimana bisa kau menjadi seorang putri?" Kace mengejek. "Bahkan aku saja bukan seorang pangeran."

"Kau adalah seorang penipu." Calleb menimpali dan ia mendapatkan tatapan tajam dari Kace.

"Tapi, sang Raja berkata bahwa aku bisa menjadi seorang putri," Bree menjawab dengan keras kepala sambil menyentuh rambutnya ketika Hope sudah selesai merapikan rambut gadis itu. "Benar kan?"

"Benar." Jedrek menyetujuinya.

Semua orang mengangkat kedua alis mereka dan menatap ke arah Jedrek, bahkan Lilac saja tidak tahu bahwa Jedrek memiliki sisi hati yang lembut untuk anak-anak. Atau, mungkin itu adalah Bree yang cukup memiliki kemampuan untuk bisa mencairkan gunung es seperti Jedrek.

"Aku rasa sudah waktunya bagi kalian untuk pergi." Torak berkata dengan singkat. "Apa kau yakin bahwa kau hanya akan membawa sebanyak ini?"

Hanya ada sekitar dua ratus orang yang ingin Jedrek bawa bersamanya menuju ke wilayah bagian timur.

"Aku akan membicarakan mengenai syarat, tapi jika semuanya menjadi kacau, aku menganggap bahwa kau sudah mempersiapkan semuanya." Jedrek menatap ke arah adiknya itu, yang saat ini menggumamkan kalimat 'aku tahu',

Kace masih merasa enggan untuk terlibat dalam tanggung jawab atas semua orang itu dan pasukan mereka, tapi pilihannya hanyalah ini atau bertindak seperti seorang Raja selama Jedrek tidak ada.

Tentu saja, ia telah memutuskan itu baik untuk memilih yang buruk dibandingkan yang paling buruk.

"Ayo pergi." Jedrek berkata.

Seakan menjadi petunjuk bagi Lilac, Raine dan Hope, mereka saling berpelukan. Mereka baru saja bertemu, tapi harus terpisah lagi karena keadaan. Tidak ada yang bisa memprediksikan kapan mereka akan kembali.

Bahkan janji mereka untuk berlatih bersama tidak bisa menjadi kenyataan sekaran, terlebih lagi ketika Serefina tidak lagi bersama dengan mereka.

"Terus berhati-hatilah." Raine berkata kepada Lilac dan mengecup pipinya, lalu diikuti oleh Hope.

Setelah itu, Jedrek membantu Lilac untuk naik ke dalam kereta kuda sebelum ia juga ikut masuk ke dalam. Ketika semuanya sudah siap, Sebastian berbicara beberapa hal kepada Eaton sebelum ia juga masuk ke dalam kereta kuda lain, bersama dengan Theo di belakangnya.

Lilac melambaikan tangannya dari jendela dan semua orang berdiri disana hingga rombongan Jedrek tidak bisa terlihat lagi.

"Kalian tidak seharusnya terpisah."

Sebuah suara menggema di belakang tujuh orang yang sedang berdiri itu, dengan cepat, semua lycan bisa mencium aroma aneh, dan mereka memutar balik tubuh mereka, sikap mereka seakan sedang berwaspada untuk melindungi para gadis yang ada di antara mereka.

Namun, apa yang mereka lihat membuat mereka semua mengerutkan kedua alis dengan terkejut.

"Kau?" Raine mengenalinya.

Itu adalah orang kerdil yang ia temui saat itu, ketika ia, Torak dan yang lainnya harus melarikan diri dari orang-orang di kampung halamannya.