"Lulus."
Pria tua itu berdiri, dia lalu menunjukkan sebuah remote dengan beberapa tombol. Dia menekan salah satu tombolnya, dan seketika sebuah portal berwarna putih muncul di kanannya. Aku menatap portal itu dengan sedikit takut, portal itu mengingatkanku dengan portal yang muncul tepat di belakang rumahku. Pria itu tersenyum lebar, menunjuk portal itu seakan menyuruhku untuk masuk. Sebenarnya tanpa dia suruh pun aku sudah tau, mereka yang terpilih harus melewati portal menuju planet khusus.
Aku melihat kearah satu-satunya pintu yang ada di ruangan. Di luar sana, mungkin Abi dan Gadis sedang menungguku keluar. Aku terpilih. Aku tidak pernah menyangkanya, aku benar-benar menjadi seorang Lumentia. Sekarang aku akan pergi? Sedikit keraguan dan rasa takut menyergapku.
["Apa yang kau tunggu?"]
Aku menghela nafas, melangkah menuju portal tanpa melihat ke belakang lagi. Bukankah ini adalah keinginanku sejak dulu? Menjadi seorang Lumentia dan melenyapkan semua Magnogium di Bumi. Dia benar, apa lagi yang aku tunggu?
Aku menutup mataku secara refleks ketika aku melewati portal tersebut, rasanya seperti berada di dalam air untuk sepersekian detik saat aku melewatinya. Saat aku menapakkan kakiku, aku langsung bisa merasakan hawa yang sangat berbeda dengan di hawa dalam ruangan. Aku membuka mataku saat aku mulai mendengar ingar bingar di sekelilingku, tempat ini terlihat seperti sebuah aula raksasa yang futuristis, aku bisa melihat banyak orang ada di sekelilingku dengan portal di mana-mana. Aku mengeratkan pegangan pada tas, orang-orang lain terlihat sangat hebat. Beberapa di antara mereka bahkan sudah memakai pakaian khusus, pakaian yang biasanya hanya di pakai oleh Lumentia, mereka sudah pasti lahir di keluarga yang sudah sering terpilih menjadi Lumentia.
["Dunia yang asing, nak?"]
'Tidak. Tidak terlalu. Saya sudah membaca cukup banyak.' Jawabku, tentu saja aku menjawab dalam hati. Aku yakin seratus persen kalau dia bisa mendengar suaraku.
["Itu bagus. Oh, akan baik jika kau bisa berbaur dengan beberapa."]
Aku menoleh, melihat sekelilingku sesuai saran darinya. Mataku menangkap satu portal yang baru muncul di sebelah kiriku, seseorang melangkah keluar dari portal itu. Aku tanpa sadar memperhatikannya, saat dia menyesuaikan posisinya. Seorang laki-laki, aku yakin dia seusiaku walau dia lebih pendek dariku. Rambutnya hitam, dan kulitnya pucat. Sepertinya dia sadar dengan tatapanku, dia menoleh kearahku. Dia mengernyit, lalu mundur menjauh dariku.
"Apa kamu juga baru sampai?" Aku bertanya, mencoba menjadi ramah kepada orang baru. Aku tidak terlalu pintar bersosialisasi, tapi mau tidak mau aku harus mulai melakukannya untuk kenyamanan tinggal di sini. Dia melangkah mundur sekali lagi, menatap galak kearahku. Ah, sepertinya dia tidak menyukaiku. "Siapa namamu?" Dia mendengus, tidak menjawab, lalu berjalan menjauh menuju kumpulan Lumentia baru.
"Ah, pendiam sekali." Aku menggerutu pelan, ikut melangkah menuju tempat banyak orang berkumpul.
["Kau kurang pintar bicara."]
'Saya sudah berusaha sebisa saya, mungkin saja dia yang memang pendiam.' Aku menjawab, berusaha untuk tidak mengomel kearahnya. Bagaimana pun dia adalah Predecessor yang posisinya jauh di atasku, aku tidak bisa kasar padanya atau dia bisa membuangku. Aku sudah terlanjur di sini, aku tidak boleh terbuang begitu saja. Aku mencoba berbaur di antara banyaknya murid, sekaligus memperhatikan sekelilingku, bisa jadi ada orang yang kukenal di sini.
Aku berbaris di bagian belakang, karena tinggi badanku memang lebih tinggi dari Lumentia baru yang lain. Aku berjinjit sedikit, mencoba mencari anak yang tadi kulihat. Setelah beberapa detik, aku menemukannya berada di barisan depan, sepertinya dia di paksa berbaris di depan karena tinggi badannya. Perhatianku teralihkan saat aku mendengar suara portal muncul, aku dan beberapa anak lain melihat ke belakang, lalu sedikit tercengang ketika banyak portal muncul di belakang barisan kami.
Aku bisa melihat orang-orang yang keluar dari portal, mereka kelihatan seperti anak 15 tahun biasa, yang tidak biasa adalah bagaimana warna rambut mereka yang bisa beragam. Rambut mereka bisa memiliki modek yang kukira hanya ada di komik, dan bahkan ada yang memiliki sisik di kulitnya. Aku merinding ketika melihat seorang laki-laki bersisik, saat dia menguap dia mengeluarkan lidahnya yang bercabang. Aku langsung menghadap ke depan lagi, melihat perbedaan yang sebelumnya tidak kulihat, yaitu orang-orang yang melayang dengan menaiki benda seperti papan. Orang-orang itu merupakan orang dewasa yang memakai seragam dengan logo khusus, mereka adalah para Lumentia senior.
"Perhatian!" Semua mata memandangnya, seorang Lumentia wanita yang berumur sekitar 25 tahunan. Ada yang memandang mereka dengan kagum, takut, gugup, dan juga meremehkan. Aku termasuk yang ada di kategori 'kagum'. Wanita itu mengibaskan rambutnya yang berwarna pink.
["Kau tidak bertanya tentang bahasanya?"] Suara itu tiba-tiba muncul di kepalaku.
'Tidak. Bahasa para Lumentia, saya tau kalau semua Lumentia otomatis bisa menggunakannya.'
["Baiklah. Sebaiknya persiapkan dirimu."]
Antusiasku sedikit meredup, di gantikan oleh rasa bingung. 'Kenapa?' Tanyaku, namun tidak ada jawaban apapun. 'Tuan?' Panggilku, tapi ia tidak menjawab.
"Selamat bagi para Calon Lumentia yang terpilih!" Eh?
Semua yang ada di aula mulai berbisik satu sama lain, sama terkejutnya dengan hal itu. Tapi, kulihat tidak semua anak benar-benar terkejut, mereka adalah anak yang berasal dari keluarga yang memiliki banyak Lumentia. Anak yang berasal dari keluarga seperti itu biasa di sebut
"Kita tidak langsung jadi Lumentia?! Candaan apa ini?! Tidak lucu sama sekali!"
"Mereka tidak pernah mengatakan itu."
"Apa mereka menipu kita?"
Suara protes dan pertanyaan bisa terdengar dari sebagian besar anak di aula, tidak termasuk aku yang bahkan tidak bisa mengatakan apapun lagi. Aku tidak pernah membaca tentang ini di buku manapun, mereka seperti memang sengaja merahasiakan ini dari publik. Aku mencoba tenang, menunggu apa yang akan di katakan oleh Lumentia senior itu.
"Tenang semua!" Suaranya menggelegar, fantastis. Alat yang mirip masker dan menutupi sebagian wajahnya itu, sepertinya adalah hal yang membuat suaranya menjadi begitu keras. Semua anak langsung diam, beberapa terlonjak kaget karena bentakan yang tiba-tiba itu. Wanita itu bisa mengintimidasi kami bahkan dari jarak jauh, aku merinding. "Semua yang terpilih memang tidak langsung menjadi Lumentia! Di karenakan alasan khusus, kami juga tidak memberitakannya ke publik! Tapi, semua yang terpilih akan menjalani ujian sebagai Calon Lumentia!" Aku mendengarkan dengan saksama perkataan dari Lumentia senior itu, di belakangnya beberapa Lumentia lainnya juga mulai melayang.
"Lalu, bagaimana cara menjadi seorang Lumentia resmi?" Seorang anak berteriak, tidak sabaran. Seisi aula mencari asal suara tersebut, dan suara itu berasal dari seorang perempuan yang berada di barisan tengah. Dia melihat kearah Lumentia senior itu dengan polos, seolah tidak merasa bersalah dengan apa yang baru ia tanyakan. Lumentia senior menunduk melihat perempuan itu, lalu dia menunjuknya dan mengatakan sesuatu kepada rekannya. Aku memperhatikan perempuan itu, lalu kembali memperhatikan Lumentia senior tadi.
"Kalian harus melewati ujian di akademi, belajar sekaligus ujian. Tidak sulit bukan? Tapi, bersiaplah. Rata-rata tidak sampai setengah yang bisa bertahan."
Aku melongo, tiba-tiba aku merasa khawatir. Apa yang terjadi jika kami gagal?
"Apa yang terjadi jika kami gagal?" Suara dari anak perempuan yang tadi berteriak. Aku tidak tau apakah harus berterimakasih padanya, dia berani meneriakkan pertanyaan yang tidak berani kami tanyakan, karena jawabannya yang mungkin lebih baik tidak kami ketahui.
"Tentu saja mati. Kalian pikir ini permainan?" Wanita itu menjawab, memasang wajah meremehkan. Tubuhku bergetar. Mati? Kepalaku memutar kembali memori ketika Magnogium membantai keluargaku. Tangisan dan suara jeritan adik perempuanku, dan kalimat dari ibuku yang menyuruhku menyelamatkan diri. Tanganku bergetar, kebencian memenuhi kepalaku, perasaam seolah membakar dadaku dengan rasa sakit.
["Bagaimana? Kaget ya?"]
'...'
["Ah, kurasa kau takut. Tapi, tenang saja! Dengan Garuda yang Hebat ini, kau pasti bisa melewatinya!"]
'Benarkah, Tuan?' Tanyaku, aku mulai berharap.
["Tentu saja, nak. Aku Sang Garuda, Raja dari Semua Burung. Dan kau adalah Lumentia pilihanku.]