"Akademi untuk para calon Lumentia, Akademi Luments. Kalian akan diajar oleh Lumentia generasi awal, juga Portalae khusus. Masa pembelajaran berlangsung selama 3 tahun, setelahnya kalian akan menerima di lantik menjadi Lumentia secara resmi." Lumentia senior lainnya, kali ini laki-laki dengan kacamata, tampak melayang sembari membaca dari layar di hadapannya. "Tiga tahun tersebut akan termasuk pelajaran teori maupun praktik, baik di lingkungan akademi maupun di planet lain. Semua 'murid' di haruskan untuk siap dengan semua metode pembelajaran yang di berikan oleh 'guru'. Tingkat kesulitan dan berbahayanya akan semakin tinggi setiap tahunnya."
Praktik di planet lain? Kemungkinan besar ini adalah praktik bertarung dengan Magnogium atau makhluk lainnya, itu hanya tebakanku. Tapi, apakah di sini juga punya pelajaran seperti di Bumi? Matematika misalnya?
Laki-laki itu melayang di atas kami semua, dia tiba-tiba berhenti di tengah. "Kalian akan tinggal di asrama akademi yang sudah di siapkan. Selama masa yang telah di tentukan, kalian dilarang keras menghubungi siapapun di luar akademi. Mengerti?"
"Mengerti." Kataku sambil menganggukkan kepalaku, anak-anak lain juga menjawab. Anak-anak lain sepertinya juga masih syok dan mungkin takut dengan fakta bahwa kami tidak langsung menjadi Lumentia, apalagi ketika tau kalau gagal berarti mati. Mereka langsung menatap tajam kearah perempuan yang tadi bertanya, tapi kurasa itu bukan salahnya, justru kupikir lebih baik jika kami tau secepatnya. Rasa syok dan raguku mulai berkurang ketika mendengar perkataan Tuan Garuda, dia menambahkan harapan bahwa aku pasti bisa melewati 3 tahun tersebut.
"Bagus." Laki-laki itu mengibaskan tangannya, membuat angin bertiup dengan keras. Itukah salah satu kekuatannya? Karena setahuku, Lumentia biasanya tidak hanya memiliki saru kemampuan, tapi itu juga tergantung dari Predecessornya. Aku mendengar orang-orang di barisan depan seperti berseru kagum, aku lalu berjinjit untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Sebuah portal besar muncul di sana. "Masuklah ke dalam portal, portal akan mengantar kalian ke asrama."
Aku mengernyit, apa itu berarti portalnya langsung mengantar kami ke kamar masing-masing? Tapi, melihat yang lain tidak bertanya, aku juga mengurungkan niatku untuk bertanya. Anak-anak lainnya sudah berjalan menuju portal, bahkan ada yang dengan kasar mendorong yang lain. Termasuk seseorang di belakangku yang membuatku hampir terjatuh.
"Aduh!" Aku terdorong ke depan, aku menoleh hendak memprotes pada orang yang mendorongku. Aku melihat seorang anak laki-laki yang sudah memakai pakaian khusus, dia seorang Spelumen. "Tolong jangan seenaknya mendorong seseorang." Kataku, mencoba untuk tetap tenang dan sopan. Dia mengangkat satu alisnya, lalu tertawa meremehkan. Ah, menyebalkan.
"Lalu, kau mau aku meminta maaf?" Aku mengalihkan pandanganku, memilih berjalan lebih cepat menuju portal dan tidak menghiraukan laki-laki itu. Seorang yang berasal dari keluarga Spelumen memang menyebalkan, kebanyakan dari mereka merasa sangat superior dari para Mortals. Bahkan sebelum mereka terpilih, aku pernah mengenal beberapa yang seperti itu. Mereka yakin kalau mereka pasti akan menjadi Lumentia, contohnya Abi. Tapi Abi tidak pernah merasa superior dari yang lain, karna itulah kami bisa sangat akrab. Spelumen yang seperti anak itu lebih baik tidak di hiraukan, mereka hanya anak penindas yang arogan, semakin di lawan dia akan semakin menjadi-jadi.
Aku menghentikan langkahku di depan portal, menghirup udara dan melangkah masuk. Sensasi seperti melewati air itu masih sama, perbedaannya adalah portal ini membuatku merasa di dalam air untuk beberapa detik, tidak seketika seperti portal sebelumnya.
Ting! Sebuah jendela notifikasi muncul di hadapanku.
[ Kamu mendapatkan satu kunci, terima? ]
'Ya.'
[ Satu buah 'Kunci Kamar Asrama' di terima. Buka jendela informasi personal? ]
'Ya...?'
[ Nama : Nakula Siran
Ras : Manusia
Level : 0 (0/50 exp)
Kemampuan :
- (Terkunci)
- (Terkunci)
...
Inventory (Opsional) :
- Kunci Asrama kamar nomor 236
- (Kosong)
... ]
Kemampuanku masih terkunci. Aku melihat kesekelilingku, sepertinya yang lain juga sedang membuka jendela masing-masing, namun jendela ini memang tidak bisa di lihat oleh orang lain. Bagaimana kira-kira caranya mengambil dari inventory? Baiklah, kita coba-coba saja dulu.
'Ambil Kunci Kamar Asrama.'
Aku bisa mendengar sebuah suara seperti komputer memproses muncul, lalu aku merasakan sesuatu yang dingin di tanganku. Aku membuka telapak tangan yang sejak tadi kumasukkan ke dalam saku, senyumku melebar ketika menemukan sebuah pin kecil berbentuk angka 236. Aku melihat kearah gedung tinggi yang ada di hadapanku, aku berjalan memasuki gedung itu bersama dengan anak-anak yang tersisa. Aku melihat kearah sekitar, mencari cara untuk sampai ke kamar asramaku. Aku melihat beberapa anak lainnya tiba-tiba menghilang, membuatku bertambah bingung.
"Eh? Ke-kemana mereka?" Saat aku bertanya-tanya, sebuah tangan menepuk bahuku. Aku menoleh. "Siapa ya?" Tanyaku kepada perempuan yang ada di belakangku. Perempuan itu memiliki rambut panjang berwarna cokelat, mata berwarna biru gelap, dan tingginya sekitar telingaku. Aku mengingat perempuan ini, dia perempuan yang tadi bertanya di aula. Si Perempuan Pemberani. Aku baru menyadari kalau perempuan ini memakai pakaian khusus, dia juga seorang Spelumen. Sepertinya dia bukan seorang Spelumen yang menderita Narsisme.
"Kamu tinggal menekan kuncinya, nanti kamu akan otomatis ke sana. Untuk kembali ke sini, di lorong nanti ada tombolnya lagi." Dia tersenyum, menunjuk kunci yang ada di tanganku. Aku mengangguk-angguk, tersenyum kepadanya. "Aku mengerti, terima kasih."
"Sama-sama. Aku duluan ya, sampai jumpa." Dia lalu menghilang, bersamaan dengan suara ledakan kecil. Aku tersenyum, ikut menekan kunciku. Satu detik, aku berada di ruang hampa serba hitam. Untunglah, setelah satu detik semuanya normal.
Aku menoleh ke kanan dan kiri, melihat bahwa aku ada di sebuah lorong panjang. Lorong ini memiliki pintu di kedua ujungnya, dan juga beberapa pintu di sisi yang ada di hadapanku. Aku berbalik, melihat jendela kaca yang sebesar pintu. Lorong ini terlihat sederhana dengan dinding berwarna putih, panjangnya sekitar 50 meter dan tingginya sekitar 5 meter. Asrama ini memang besar sekali. Selagi aku mengagumi sekitarku, pintu kamar di hadapanku terbuka.
Aku membetulkan jaketku, lalu melangkah masuk dengan hati-hati ke kamar. Kamar ini cukup besar, di tambah lagi dengan adanya kamar mandi, aku melirik kearah pintu yang ada di dalam kamar. Mataku membulat ketika melihat dua tempat tidur yang menempel di dinding, satu di kanan dan satu di kiri. Ini berarti aku memiliki teman sekamar, hanya saja kemungkinan besar dia belum ada di sini, karena tidak ada barang-barang lain selain dua tempat tidur dan dua lemari. Aku berjalan kearah jendela yang ada di antara dua tempat tidur, membukanya dan melongok keluar. Aku bisa melihat bagian luar asrama, tanah lapang kosong, sepertinya itu bisa di jadikan tempat berlatih yang bagus.
["Bagaimana perasaanmu?"] Tuan Garuda bertanya, aku mendengar suaranya di dalam kepalaku.
'Entahlah. Saya tidak yakin, terlalu bercampur aduk.' Aku memandang jauh ke arah tanah lapang, merasakan angin yang bertiup.
["Gimana, gimana?"]
'Saya merasa senang karena terpilih, antusias menunggu pelajaran, sedikit lega, dan takut.' Aku menutup jendela, berjalan menuju salah satu tempat tidur dan duduk di sana. Kasur ini ternyata cukup empuk dan nyaman.
["Apa yang sebenarnya kau takutkan? Anak lain atau ujiannya?"]
'Keduanya.' Aku teringat sesuatu. 'Oh, Tuan. Bolehkah saya bertanya?'
["Ya."]
'Bagaimana saya membuka kemampuan yang terkunci?'
["Menurutmu bagaimana?"]
'Naik ke level satu dengan menambah exp?' Aku melepaskan tasku, menaruhnya di atas kasur, lalu merebahkan tubuhku.
["Kau pintar juga ya. Kau harus mengerjakan quest."] Aku menatap ke langit-langit kamar. Quest? Seperti yang ada di game. Aku sedikit tau tentang hal ini, salah satu Lumentia terkenal ada yang pernah membahas sekilas tentang hal ini.
'Quest yang Anda katakan, kapan bisa dimulai?' Tanyaku, lebih cepat melakukannya akan lebih baik.
["Kita lihat saja, saya sedang menunggu momen yang tepat."] Jadi, Predecessor jugalah yang mengatur tentang hal ini. Lumentia benar-benar berada di bawah para Predecessor. Aku merenggangkan tubuhku, kasur ini benar-benar nyaman. Aku akan beristirahat setelah ini.
'Baiklah, Tu—'
Suara pintu terbuka, aku menoleh. Bukan pintu kamar yang terbuka, berarti...
Seseorang keluar dari kamar mandi, memakai pakaian khusus dan memegang handuk. Rambut hitamnya basah, sepertinya sudah jelas kalau dia baru selesai mandi. Dia melihat kearahku, lalu terdiam. Dia mengernyit lalu mengalihkan pandangan, menggosokkan handuk ke rambutnya dengan canggung.
Dia anak laki-laki yang tadi kuajak bicara di aula!
Suasana langsung berubah canggung, aku bangkit duduk dengan cepat. Berarti dia masuk sebelum aku masuk? Kenapa aku tidak mendengar suara apapun saat dia sedang mandi?
[ Quest Pertama untuk hari ini. Berkenalan dan mengenal lebih jauh teman sekamarmu! ]
Mataku membulat ketika melihat Quest itu. Aku melirik kearah laki-laki pucat itu, menangkap basah dia juga sedang melihatku, dia cepat-cepat melihat kearah lain. Aku mengalihkan pandanganku. Sial. Aku tidak pintar bergaul! Entah kenapa aku merasa Tuan Garuda sedang tersenyum jahat melihatku. Jadi, inilah yang dia tunggu!
Bagaimana caraku berkenalan dengannya?