Chereads / Suami Pungutan Mama / Chapter 8 - Isi Surat Perjanjian

Chapter 8 - Isi Surat Perjanjian

Saat ini Khaibar sudah berada di rumah sakit. Dia ada di bagian administrasi untuk membayar terapi dan cuci darah ibunya. Dia menandatangani dengan gelisah karena terus berfikir uang yang didapat adalah hasil rekayasa bukan hasil kerja kerasnya. Ia meyakinkan sekali dan langsung tanda tangan dengan cepat.

"Hmmm sudah lunas ya, Sus, total terapi sama cuci darah dalam satu bulan 25 juta kan, Sus." Khaibar menatapi suster setelah menandatangani dokumen itu. Suster mengangguk dan tersenyum.

"Iya, Pak, terima kasih." Khaibar ikut tersenyum lalu pergi menuju ruang ibunya. Saat dia berjalan sambil melamun. Khaibar tak sengaja menabrak seseorang dengan kerasnya, hingga orang itu jatuh terjerembab.

Khaibar langsung duduk berjongkok dan mengulurkan tangannya. Berniat untuk membantu orang itu. Namun, orang itu menepis tangannya dengan cepat.

"Kamu! Kamu lagu, kamu lagi! Kamu gak punya mata apa! Kenapa di mana-mana ada kamu sih, sial sekali hidupku ini, cih ..." keluh orang itu yang ternyata adalah Kimberly. Keysa yang ada di belakangnya hanya geleng-geleng kepala lalu membantu Kimberly berdiri. Dia juga ikut menatap tajam ke arah Khaibar. Tatapannya persis seperti Kimberly yang siap menguliti Khaibar.

Khaibar awalnya tak tau kalau dia adalah Kimberly, tapi suara khas ketusnya langsung bisa dikenali meskipun dia belum sempat memandanginya. Dia langsung menatap Kimberly dengan senyuman manisnya, setelah dari tadi hanya sibuk melamun.

"Ehhh kamu, Mbak, maafkan aku, aku tak sengaja, kamu tak apa-apa? Ada yang luka gak dengan anakmu?" Pertanyaan Khaibar membuat Kimberly melongo, seraya melirik ke arah mamanya dengan kebingungan. Ia benar-benar kaget saat Khaibar yang ternyata sudah mengetahui kondisinya meskipun tanpa diberitahu.

Setelah Khaibar mengatakan itu, ia hanya tersenyum saja dan memperhatikan Kimberly yang sangat dekat dengannya. Dia menatap Kimberly dengan rasa kagum, hatinya sedikit bergejolak. Kimberly pun sama, tatapan Khaibar sangat menusuk sehingga membuat Kimberly salah tingkah.

'Dia benar-benar cantik kalau dari dekat, wajahnya sungguh sangat mulus, hidungnya, bibirnya, semua sempurna, hanya saja temperamennya sangat buruk dan selalu berlagak kalau berbicara, pokoknya sangat meyebalkan. Hey Khaibar sadarlah dia itu akan menjadi musuh bebuyutanmu.' Batin Khaibar. Akhirnya Khaibar menghentikan senyumannya dan menundukkan kepalanya karena melawan rasa itu dan tak mau berurusan dengan Kimberly yang menyebalkan itu.

Keysa akhirnya yang bertindak dan menjentikkan jarinya ke arah Khaibar sehingga membuat Khaibar menaikkan kepala sedikit dan menatapi Keysa dengan seksama.

"Maksud kamu tadi apa. Khaibar? Apa kamu sudah mengetahuinya?" Khaibar mengangguk. Dia takut akan disalahkan dan disuruh mengembalikan uangnya.

Keysa mengernyit, rasanya dia ingin tau secara detail Khaibar mengetahui itu dari mana, tapi jika dipikirkan lagi itu semua tak penting, yang paling penting saat ini adalah apakah Khaibar masih mau melanjutkan atau berhenti sampai sini, begitu pikir Keysa.

Saat Keysa ingin membuka suaranya lagi. Kimberly langsung menyergah dan menyeret Khaibar dengan cepat. Tanpa memperdulikan Keysa yang berteriak memanggil namanya. Keysa tak habis pikir ke mana Khaibar akan dibawa oleh anaknya. Dia pun lalu mengikuti langkah Khaibar dan Kimberly yang ternyata ke arah gudang, sepi dan aman bila untuk berbincang.

Mereka lalu duduk berhadapan setelah menemukan kursi plastik yang diambil dari gudang. Saat memperhatikan tempat itu benar-benar aman Kimberly pun memulai pembicaraan.

"Lantas kalau kamu sudah mengetahuinya, apa kamu mengundurkan diri? Jangan lupa ya perjanjian di atas kertas itu, bahwasanya mengembalikan uang 2x lipat dari surat itu." Kimberly menekan semua katanya dengan geram, tapi dia sungguh terlihat sangat santai. Keysa hanya tersenyum kecut melihat aksi anaknya yang sudah bertambah pintar itu.

Khaibar hanya menghembuskan nafasnya dengan kasar. Dia tersenyum dan mencoba meraih tangan Kimberly yang ada di dekatnya. Dia pun saat ini menggenggam erat tangan Kimberly dan membuat Kimberly deg-degan rasanya. Kimberly melupakan kesombongannya dan menikmati genggaman tangan itu dengan tersenyum sangat tipis, tak ada yang bisa melihatnya.

'Aduh, kenapa dengan jantungku ini, kenapa rasanya sungguh tersengat saat Khaibar memegang tanganku, apa jangan-jangan aku ... hey, hey tidak ini hanya sedikit kaget saja karena aku lama tak mendapat belaian cowok, sadarlah Kimberly, sadarlah!' Batin Kimberly.

Kimberly langsung mencoba melepaskan genggaman tangan Khaibar dengan memberontak dan menginjak kaki Khaibar dengan keras. Membuat Khaibar meringis dan melepaskan genggamannya dengan mengedipkan matanya. Dia terus-menerus menggoda Kimberly biar rencananya berjalan dengan mulus dan membuat cewek angkuh itu bertekuk lutut padanya.

"Enggak, Bu, Mbak, aku akan terus setia kepada kalian, tenang saja aku tak akan berubah pikiran kok dan pastinya akan menjaga Mbak Kimberly dan anaknya dengan sangat baik," balas Khaibar dengan sangat tenang, dia tak seperti waktu itu yang sungguh sangat ketakutan dan setiap berbicara nadanya selalu bergetar.

"Mbak? Siapa Mbak yang kamu maksud, apa aku? Sembarangan! Panggil aku Kimberly saja, bisa Kim atau Erly, terserah kamu, intinya jangan Mbak, aku tak setua itu, cih," protes Kimberly yang mendapat cubitan dari Keysa. Keysa lalu berbisik ke telinga Kimberly.

"Hey anak bodoh, apa itu penting saat ini? Apa kamu mau dipanggil sayang hah, sudah cepat lanjutkan isi perjanjian secara tuntas." Kimberly sedikit meringis lalu mengangguk dan memasang wajah yang serius kembali, seraya meraih tas yang disodorkan oleh Keysa ke arahnya.

Kimberly menyerahkan beberapa lembar kertas yang berisi perjanjian penting yang harus ditandatangani oleh Khaibar yang didapat dari tas Keysa. Dia melipat kedua tangan di dada. Menunggu Khaibar yang melihat-lihat isi perjanjian itu.

'Ternyata Mama sudah merencanakannya, tadi katanya mau bertemu dengan temannya di rumah sakit, tapi kenapa Khaibar, apa yang dimaksud Mama teman itu dia? Cih, pantas saja Mama ribet sekali membawa tas besar dan ternyata isinya adalah ini semua.' Batin Kimberly yang menatapi mamanya. Keysa hanya tersenyum dan mengangguk, dia mengerti maksud tatapan anaknya itu.

"Hey, sudah jangan dilihat terus nanti lama, setelah kamu tanda tangan aku akan membacakannya. Cepat! Sudah tak ada waktu lagi, aku sangat sibuk, apa susahnya sih tinggal tanda tangan doang." Akhirnya Khaibar menandatangani surat itu. Dia benar-benar malas mendengar ocehan Kimberly jadi langsung saja tanpa membaca isi surat perjanjian itu.

Kimberly merampas surat itu dengan kasar setelah melihat Khaibar menyelesaikannya. Dia langsung berdehem dan membacakan inti dari surat itu.

"Inti surat ini adalah, apabila kamu berkhianat dan meninggalkan saat belum waktunya tiba, akan mengembalikan uangnya 2x lipat, apabila kamu juga terus melawan, akan mengembalikan 10x lipat." Khaibar hanya mulutnya menganga, tapi dia juga mengangguk patuh.

"Satu lagi, catat di dalam otakmu dengan sangat dalam, semua keputusan akan kembali ke pihak pertama dan pihak pertama bisa merubahnya kapanpun itu, setelah kawin kontrak selesai kamu bebas, masa berlaku kawin kontrak satu tahun, apa kamu mengerti?" jelas Kimberly dengan ketusnya.

"Jadi? Apa intinya kita hanya kawin kontrak? Bukankah itu sangat dibenci oleh Allah dan tak diperbolehkan agama?" protes Khaibar yang sedikit tak terima, dia kira pernikahan sah, tapi nyatanya kenapa hanya kontrak, dia terus mencerna kata-kata Kimberly di isi surat perjanjian itu lalu tersenyum senang.

"Apa kamu tak terima?" tanya Kimberly yang merasa aneh dengan tingkah Khaibar yang awalnya protes, tapi sekarang tersenyum, benar-benar membuat bingung.

"Ya, kini aku paham, sudah aku sepakat saja! Mau kontrak atau enggak terserah." Khaibar menyodorkan tangannya agar Kimberly menjabat tangannya. Kimberly hanya menatap remeh, tapi dia pun membalas jabatan tangan Khaibar dengan berpura-pura angkuh, padahal aslinya dia sedikit senang. Setelah itu Khaibar melepaskan jabatan tangan itu dan berganti menjabat tangan Keysa.

"Deal? Ya sudah kalau begitu, berpisah di sini dan jangan mengungkit masalah ini lagi, bye!" ucap Keysa menyudahinya dan pergi begitu saja disusul oleh Kimberly yang berjalan dengan angkuhnya.

"Ya, ya, terserah saja, intinya nanti kalau Kimberly sudah bertekuk lutut padaku, pasti aku bisa merubah isi surat perjanjian sialan itu, benar-benar perjanjian yang mencekik," seru Khaibar dengan tersenyum menyeringai dan pergi menuju ke ruang ibunya.