"Jadi ... begitu?" ucap Kimberly yang sudah teringat tentang uang itu. Namun, ia berlagak dan berpura-pura sok cool dengan gaya kedua tangannya diayun-ayunkan seirama ke depan dan ke belakang, mencoba memancing Khaibar agar dia saja yang berbicara dan menjelaskan dengan cepat. Tak lupa dengan melototkan matanya agar Khaibar segera berucap, karena ia sungguh sangat ingin pulang.
Khaibar yang dipancing dia hanya mengurut dahi dengan tangan kanannya. Kedua alisnya sudah menyatu dengan sempurna, dia bukannya takut untuk mengucapkan itu, uang juga uangnya sendiri, untuk siapa juga terserahnya dong, hanya saja Khaibar benar-benar malas untuk mendengar ocehan ibu dan anak itu akhirnya ia langsung membuka suaranya.
"Begitu apa? Nona sebenarnya tahu kan kalau uang itu uang yang sudah, Nona, kasih tadi." Mendengar itu semua Keysa yang lupa akan setengah uang yang dimaksud dia langsung menoleh ke arah Kimberly dengan tatapan mata yang tajam setajam silet, tak terima dengan perlakuan Kimberly, menurutnya apa sebodoh itu anaknya. Keysa takut Kimberly akan kalah lagi dengan lelaki seperti sebelumnya yang mengelabui Kimberly sampai menghamilinya pula.
Sementara Kimberly hanya tersenyum ke arah mamanya dengan tangan yang kini sudah menggantung ke udara karena tingkah lagaknya yang semakin menjadi. Dia hanya menaikturunkan alisnya tanda meminta penjelasan kepada Keysa apa maksud tatapannya itu.
"Jadi ... apa kamu yang memberi uangnya?" Kimberly mengangguk cepat. Ia langsung mendahului Keysa yang akan berbicara, sebelum dia dimarahi berlanjut tangannya langsung menutupi mulut Keysa dengan sempurna.
"Mamaku sayang ... apa, Mama lupa dengan uang setengah yang belum kita berikan itu untuk Khaibar? Ya sepertinya itu uang mahar yang dimaksud, apa benar begitu Khai?" seru Kimberly dengan mulut manisnya dan diimbuhi dengan bertanya Khaibar agar semakin meyakinkan Keysa. Khaibar hanya mengangguk dengan cepat.
Saat sudah selesai penjelasannya Kimberly langsung melepas bungkaman tangannya di mulut Keysa. Keysa hanya menghembuskan nafasnya kasar, mengatur pernafasannya dan langsung menginjak kaki Kimberly karena kesal.
Kimberly hanya berteriak kesakitan, setelah itu dia mengabaikannya dan diam membisu saat Kendrick dan omnya sudah kembali. Kimberly memang tak mau siapapun tau tentang dirinya kecuali mamanya saja. Ia takut papa Kendrick akan terserang penyakit jantung, jadi itu sudah direncanakan oleh ibu dan anak sendiri tanpa ikut campur dan sepengetahuan Kendrick.
Keheningan membuat Kendrick menaruh curiga kepada istri dan anaknya. Matanya dimicingkan. Itu tandanya salah satu di antara mereka harus segera bercerita. Kimberly yang pintar dalam berakting dia langsung bangkit berdiri dan berjalan ke arah Kendrick dengan gemulai, tangannya bergelayut manja di bahu papanya dan menaruh kepala di pundaknya setelah semakin dekat dengan Kendrick.
"Makasih ya, Papa sudah datang, demi Kim Papa benar-benar datang, meskipun Papa ada di luar negeri sekalipun," canda Kimberly dengan manjanya untuk menutupi rasa curiga papanya. Namun, bukan Kendrick namanya kalau mudah melupakan, sifat Kimberly memang turunan dari papanya, tak mudah melupakan, tapi polos dan gampang dibohongi.
"Heeey anak centil, jangan mencoba menutupi semuanya dari, Papa, oke! Sebaiknya kita pulang saja terlebih dahulu, nanti kita bercengkrama di rumah, urusan kita belum selesai!" tegas Kendrick yang sudah melepaskan diri dari gelayutan manja Kimberly. Ia langsung memeluk anaknya sebentar dan melepas pelukannya, setelah itu dia mencubit hidung Kimberly yang mancung itu dengan cepat.
"Ihhh, Papa, ya sudah pulang sana! Khaibar pasti memaklumi Papa kalau gak datang ke makam, karena Papa jelas sangat capek, ya kan Khaibar." Khaibar hanya mengangguk, bingung bagaimana ia harus berbicara, ia sungguh serba salah dengan posisinya, mau berbicara takut keceplosan karena hanya suami pungutan.
Dan benar, menurut Kimberly Khaibar salah karena tidak menyapa atau sekedar basa-basi kepada papanya. Ia benar-benar tak mau Kendrick curiga karena Khaibar cuek, jadi Kimberly langsung saja menginjak kaki Khaibar sambil berbisik di telinga Khaibar agar Khaibar segera menyapa papanya dengan sedikit berbasa-basi. Khaibar yang kini sudah menyetujui dengan anggukan kepala, akhirnya Kimberly melepaskan injakan kakinya.
"Iya, Pa, gak apa-apa Papa pulang saja, biar nanti di rumah Khaibar yang menjelaskan semuanya tentang asal usul Khaibar dan tentang pernikahan mendadak ini, tapi sekarang maaf, Pa tidak bisa, kasihan jenazah ibuku yang sudah lama dan belum terurus," ucap Khaibar dengan sedih setelah menatapi jenazah ibunya yang sudah terbujur kaku dengan memakai selimut khas rumah sakit yang membaluti seluruh tubuhnya. Khaibar mengusap tubuh itu dengan menghela nafas panjang, setelah itu ia menatap papa Kimberly sesekali dengan tangan yang masih berada di jenazah ibunya.
"Baiklah, Khai, terserah saja, nanti Papa datang atau enggaknya lihat situasi dan kondisi dulu, ya sudah Papa pulang dulu, bye assalamu'alaikum," jawab Kendrick dengan lantang lalu pergi bersama supirnya tanpa menunggu balasan salam dari semuanya.
Kimberly yang puas dengan jawaban Khaibar, tersenyum dan mengangkat kedua jari jempolnya ke udara. Keysa hanya menggeleng agar Kimberly tak lebay dan cepat menurunkan kedua jempolnya.
"Kim, apa kamu mau ikut menemani Khaibar mengurus jenazah ibunya? Mama sungguh capek dan mau pulang saja menyusul papamu, lagian mama sudah lama gak bertemu papamu, jadi mama mau bercinta dulu dong, secara mama sangat rindu dong." Mendengar itu semua Kimberly hanya menyengir dan berpura-pura muntah dengan kegenitan mamanya itu.
"Ya terserah Mama saja, pergi sana!" Keysa mengangguk. Dia berdiri dan menatapi Khaibar dengan bibir yang dimiringkan. Khaibar hanya tersenyum tipis saat menatap Keysa. Ia mengangguk dan menerima apapun ucapan Keysa, mau ikut atau enggak mereka terserah, Khaibar tak perduli, intinya ia hanya berpacu pada ibunya, memang dia sudah berfikiran kalau mama dan papa Kimberly pasti tak akan mau, emang dia siapa menantu kesayangan? Orang hanya dipungut saja jadi dia sadar diri dengan kodratnya saat ini.
Keysa langsung pergi saja tanpa membalas tangan Khaibar yang hendak ingin bersalaman dengannya, dia tertawa kecil seiring kepergiannya, seperti mengejek Khaibar disela tawanya itu. Khaibar hanya menghembuskan nafasnya kasar dan menatap Kimberly yang masih duduk termangu menatapi jenazah ibunya.
'Dulu ibu Keysa sangat manis bicaranya saat meminta bantuan kepadaku, aku kira dia sangat baik, tapi ternyata dia sama seperti orang kaya pada umumnya, yang manis hanya ada maunya saja, kalau sudah terwujud keinginannya, boro-boro manis lagi, tapi tunggu! Ehhh Kimberly? Kenapa dia masih di sini? Serta menatapi ibuku? Apakah dia menyesal tak datang disaat ibuku masih hidup? Kalau iya berarti dia berbeda dari mamanya, kalau Kimberly seperti ini, mungkin aku bisa mentolerirnya.' Batin Khaibar panjang lebar memikirkan apa yang di dalam otaknya memperpadukan ke dalam hatinya yang kadang belum sinkron.
Khaibar yang penasaran terhadap Kimberly. Ia langsung menjentikkan jarinya tepat di muka Kimberly. Kimberly langsung menoleh dan gelagapan.
"Kamu?"