Khaibar dan Kanha sudah sampai di kantor, keduanya pun keluar dari mobil, berjalan terpisah bagaikan tak kenal saja karena kebanyakan berfikir. Namun, masih sempat bertukar pandangan terlebih dahulu setelah itu pergi ke ruangannya masing-masing. Khaibar berjalan dengan sesekali mendesis seraya memegangi pipinya. Tapi rasanya dia tak memperhatikan luka memarnya itu, karena sakitnya itu tak sebanding dengan rasa sakit di hatinya
Bahkan Kanha juga sama memarnya, kedua muka saudara itu sungguh hancur dan menjadi bahan pembicaraan semua karyawan di kantor dengan berbisik-bisik, mereka semua merasa iba dan heran dengan atasannya yang diam membisu itu, padahal biasanya kedua atasannya itu kalau tidak menegur ya menyapa para karyawan, tapi sekarang terasa hening dan bagaikan tak bertulang saja, jalannya seperti keong, sangat lama. Dan tak bersemangat. Mereka pun saling mengobrol.