"E-eh, mana mungkin? Keberanian macam apa yang aku miliki sehingga melakukan hal seperti itu? Lagipula kita sudah lama saling kenal, kau memiliki segalanya yang aku butuhkan, jadi untuk apa lagi aku bermain di belakangmu?" ucap Byanca.
"Lagipula, siapa laki-laki yang berani menyentuh calon istrimu Devan Atmdaja?"
"Cih," Devan berdecih tak suka, ucapan Byanca seolah-olah dia adalah wanita paling suci. Ia sangat benci pembohong.
"Hei, sudah. Kenapa pembahasan kalian jadi seperti ini? Devan, jangan mengatakan yang tidak-tidak. Aku bisa menjamin Byanca adalah wanita sempurna yang cocok untukmu," ucap Nyonya Seira berusaha meyakinkan putranya.
"Ma, mungkin Devan lelah, jadi dia seperti ini. Iya kan, Sayang?"
Devan tak membalas, sebaliknya pria itu membuang muka ke arah lain.
"Lagipula, kenapa tanggal pernikahannya dirubah tanpa persetujuanku? Apakah kalian tidak menganggap penting pendapatku sama sekali?" Devan sedikit meninggikan suaranya.
